Home / Rumah Tangga / Tetanggaku Maduku / Bab 3 Kekhawatiran Rahman

Share

Bab 3 Kekhawatiran Rahman

Author: Dhesu Nurill
last update Last Updated: 2024-04-03 16:15:29

Rahman mengguyar rambutnya, frustasi. Otaknya masih merekam jelas pesan dari Sari. Ingin membalas, tapi ponselnya mati total.

Matanya melirik Ayu yang sudah pulas di pembaringan. Wajah cantiknya tampak teduh dan menenangkan. Sebenarnya, Ayu lebih cantik dari Sari.

Bukan hanya karena terlahir dengan paras memikat saja, tapi ada cahaya di wajahnya. Mungkin sebab air wudhu. Karena, setahu Rahman, Ayu jarang menggunakan make up, hanya perawatan wajah yang dipakai oleh perempuan pada umumnya.

Berbeda dengan Sari. Wanita janda itu selalu memakai pakaian yang ketat, berbanding terbalik dengan Ayu yang memakai jilbab. Sari juga selalu ber-make-up, hingga terlihat lebih menggoda dibanding Ayu. Mungkin itulah yang menyebabkan Rahman mendua.

Dia pun tak tahu, yang pasti hatinya sudah terpaut sebagian oleh Sari. Awalnya, tak terpikir akan sejauh ini. Coba-coba bermain api, hingga lupa sudah menghanguskan bahtera rumah tangga sedikit demi sedikit.

Sekarang, Sari hamil. Entah itu benar atau tidak. Namun, sisi tenangnya goyah. Bagaimana jika Ayu tahu semuanya? Dan, apa yang harus dia lakukan terhadap Sari? Semua itu terus membayangi benak Rahman, hingga menyulitkannya untuk tidur.

"Mas." Suara parau Ayu mengagetkan Rahman.

Laki-laki itu menoleh dengan senyum kecil. "Kok bangun, Sayang?" tanya Rahman sembari beringsut mendekati Ayu yang kini setengah duduk di kepala ranjang.

"Aku yang harusnya tanya. Kenapa Mas belum tidur?" tanya Ayu, sembari mengusap wajah Rahman yang tepat di depannya.

Rahman menggenggam tangan Ayu yang bebas dan menciuminya. "Aku hanya kepikiran kerjaan. Sedangkan HP-ku rusak. Itu saja. Salahnya, aku gak bawa laptop," jawab Rahman beralasan, yang sudah pasti bohong.

Wanita cantik dengan rambut hitam legam yang tergerai indah itu tersenyum simpul. "Ada HP aku, Mas. Pakai saja. Kalau buka e-mail sih, masih bisa."

Rahman membalas senyum Ayu lalu menggeleng. Sudah pasti laki-laki itu menolak. Tidak mungkin dia menghubungi Sari dengan ponsel Ayu. Bisa perang dunia, rumah tangga mereka.

"Tidak usah. Besok aku coba ke tukang servis di sini. Semoga saja bisa diperbaiki," ujar Rahman yang langsung diangguki Ayu.

Setelah itu, Rahman pun mengajak istrinya untuk kembali terlelap. Semoga saja esok ada cara untuk menghubungi Sari. Dia tidak bisa berlama-lama memendam penasaran terhadap wanita keduanya itu.

***

Esoknya, Ayu dan Rahman mencari tukang servis ponsel terdekat. Rencana awalnya ingin berkeliling di kampung halaman Rahman. Namun, ternyata rusaknya ponsel Rahman membuat rencana berubah haluan.

Rafli yang tahu itu pun merajuk. Dia protes dan minta tambahan hari liburannya di sana.

"Enggak bisa, Sayang. Papa harus kerja," tolak Rahman dengan hati-hati.

Rafli memanyunkan bibirnya sembari melipat tangan di depan dada. Wajahnya dia palingkan ke jendela mobil.

"Kan janjinya hari ini mau keliling, Pa. Kok bohong?!" protes Rafli masih tampak kesal.

Rahman yang sedang menyetir pun hanya menggaruk tengkung sambil melirik sang istri, meminta bantuan.

"Sayang, Papa kan kerja buat Rafli. Nanti, kapan-kapan kita ke sini lagi, ya. Tapi, besok kita pulang dulu. Oke?" bujuk Ayu pada anaknya.

Namun, ternyata sang anak tetap bersikukuh tidak mau pulang dan meminta liburannya ditambah. Ayu dan Rahman hampir kewalahan. Lalu, sekelebat ide muncul di benak Ayu.

"Gimana kalau Mas pulang duluan?" cetus Ayu, membuat Rahman memelankan laju mobilnya.

"Maksudnya, aku pulang dan kalian di sini?" tanya Rahman, menyamakan pemikirannya dengan Ayu.

Ayu mengangguk mantap sambil tersenyum. "Kalau memang kerjaan itu penting, cepat selesaikan. Biar Rafli sama aku di sini dulu. Nanti lusa, baru pulang pakai taksi online atau travel."

Rahman masih berpikir. "Lalu, sekolah Rafli?"

"Nanti aku izin ke wali kelasnya, Mas. Soalnya Rafli juga kayaknya susah dibujuk sekarang ini," timpal Ayu, membuat Rahman diam.

Jika dia pulang besok, rasa penasaran pada pernyataan Sari bisa terjawab. Dan, ini kesempatan emas agar dia bisa leluasa menemui wanita keduanya. Dalam hati, Rahman bersorak hore. Namun, tak diperlihatkan pada istrinya.

"Ehm, kamu yakin?" tanya Rahman, memastikan.

"Iya, Mas. Setelah servis ponsel kamu, nanti aku siapkan baju-baju kamu, ya. Gak apa-apa kan kalau kamu di rumah sendirian besok?"

Rahman tersenyum. "Gak apa-apa, Sayang. Makasih sudah ngertiin aku, ya?"

Ayu kembali tersenyum dan menoleh ke belakang. Ternyata, Rafli tertidur. Mungkin saking kesalnya anak itu memilih diam dan malah tertidur.

***

Rahman tersenyum senang menatap ponselnya yang sudah kembali sembuh. Untunglah masih bisa diperbaiki. Walaupun harus menunggu berjam-jam agar bisa diambil hari itu juga, tapi semua terbayar lunas dengan pulihnya benda pipih hitam itu.

Rahman memindai kamarnya yang saat ini kosong. Lalu, sengaja menengok ke arah pintu, mengawasi sekitar. Setelah dirasa aman, ditutuplah pintu dengan rapat.

Laki-laki itu berjalan ke arah ranjang dan duduk menghadap meja rias di depannya. Saat data seluler diaktifkan, banyak pesan dan panggilan tak terjawab melalui w******p. Beberapa dari rekan kerja dan setengahnya dari Sari.

Rahman tak mempedulikan pesan dari rekan kerjanya, dan memilih membuka pesan dari Sari. Isinya hampir sama, menanyakan keberadaan dirinya dan meminta tanggung jawab.

Rahman mengusap wajahnya kasar. Bergetar tangannya mengusap pesan dari Sari. Dia masih menyangsikan kebenaran itu. Karena, baru dua kali Rahman melakukan hubungan ranjang dengan wanita itu. Bertambah ragu pula karena pernikahan Sari dengan mantan suaminya dulu tak menghasilkan buah hati.

Namun, bagaimanapun masalah ini harus dihadapi. Masalah benar atau tidaknya, akan diketahui besok. Sekarang, yang perlu dia lakukan tenang dan mencari jalan keluar dari masalah ini.

Suara langkah kaki mendekat menginterupsi Rahman. Dengan cepat dia menyimpan ponselnya di tempat yang aman.  Saat pintu terkuak, tampaklah Ayu datang dengan ponsel di tangannya.

"Mas, Mbak Sari telepon," ucap Ayu tiba-tiba membuat jantung Rahman serasa melorot.

Wajah Rahman terlihat pucat dengan tangan yang dingin. Jelas, ketakutan menyergapnya. Apa yang Sari perbuat? 

Melihat Rahman yang mematung, Ayu pun menghampiri suaminya. Dia menyentuh lengan Rahman.

"Mas."

"Eh, iya, Ma?"

"Mbak Sari telepon tadi. Katanya, ada paket buat aku. Berhubung gak ada orang di rumah, jadi paketnya disimpan di rumah Mbak Sari dulu," papar Ayu dan Rahman hanya diam.

"Tapi, ada yang aneh, Mas," lanjut Ayu membuat Rahman mengernyit.

"Aneh? Aneh kenapa?" tanya Rahman penasaran.

"Perasaan, aku gak pernah pesan apa pun. Tapi, kenapa tiba-tiba ada paket datang untukku?"

Keterangan Ayu membuat jantung Rahman kali ini semakin kencang. Pasti Sari tengah merencanakan sesuatu untuk Ayu. Firasatnya mengatakan itu.

"Nanti besok Mas tanyain sama Mbak Sari, ya?" ujar Rahman, mencoba menghentikan pembicaraan ini. Takutnya, semua adalah rencana Sari.

"Hemm, lebih baik begitu saja."

Ketakutan Rahman sudah mulai meningkat. Jika benar Sari merencanakan hal buruk untuk Ayu, maka dia harus mencegahnya. Jangan sampai Ayu tahu semua ini dan besok akan Rahman pastikan itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tetanggaku Maduku   Bab 29 Akhir Kisah

    Sari berdiri. Air mata mulai luruh di pipinya. Dia tidak tahu jika perbuatannya bisa sampai menjadi bumerang karenanya. Bukan bahagia yang didapat, tapi sengsara dan cemoohan yang menyambut."Iya, Bu. Aku siap," jawab Sari, yakin.Ambu menghela napas panjang. Wanita paruh baya itu mencoba untuk tenang menghadapi situasi seperti ini. Dia belum berniat juga mempersilakan masuk pada Sari. Sampai ...."Sari?"Dari balik gerbang, Rahman datang dengan wajah bingung.***Tiga bulan kemudian....“Azam?” Ayu mengernyit bingung menatap mantan adik iparnya yang datang.Azam tersenyum, tangannya penuh dengan kantong kertas. Isinya adalah mainan untuk keponakannya, Rafli. Semenjak perceraian Rahman dengan Ayu, Azam kerap kali menengok Rafli. Dia merasa kasihan karena Rahman jarang bertemu Rafli. Alasannya adalah Sari.Istri baru kakaknya itu sering sekali menghalangi Rahman menemui Rafli dengan berbagai alasan. Jadilah, Azam berinisiatif untuk menggantikan peran kakaknya. Meskipun Ayu sering berti

  • Tetanggaku Maduku   Bab 28 Benarkah Anak Rahman?

    "Aku tidak bisa, Mas." Ayu berdiri, menjauhi Rahman yang duduk dengan wajah menghiba."Kenapa?" tanya Rahman, kesedihan tampak jelas di wajah itu.Ayu memejamkan mata sejenak. Dia mencoba untuk tidak memakai perasaan lagi. Walaupun ada rasa iba, tapi sakit hatinya mendominasi. Ayu tidak mau bersanding dengan mantan pengkhianat."Kamu sudah beristri Sari, Mas. Aku pun ingin memulai hidup baru tanpamu. Kita sudah bukan siapa-siapa lagi, Mas," terang Ayu, mencoba membuat Rahman mengerti.Rahman bangkit dan mencoba mendekati Ayu. Tetapi, lagi-lagi Ayu menjauh. Wanita itu benar-benar sudah menghilangkan nama Rahman di hidupnya."Jangan buat semua semakin sulit, Mas. Aku membebaskanmu bertemu Rafli, tapi bukan berarti kita bisa kembali bersama. Kamu sudah punya Sari, perlakukan dia dengan baik. Karena, bagaimanapun dia juga ibu dari calon anakmu."Ayu mencoba untuk tegar. Walaupun mengatakan itu semua butuh keberanian dan kesiapan hati, tapi hanya dengan cara ini Rahman bisa ditolak. Setiap

  • Tetanggaku Maduku   Bab 27 Sanki Sosial

    Warga di sana semakin gaduh. Sedangkan Sari semakin ketakutan. Badannya sudah panas dingin karena melihat Wak Toriq yang terus merapalkan sesuatu.Lalu, Wak Toriq mengusap seluruh tangan dan kaki Rahman, hingga dia menemukan sesuatu di pergelangan tangan Rahman. Sebuah rambut melingkar di tangan Rahman, hanya beberapa helai, sehingga tak begitu jelas jika tidak diamati.Wak Toriq mengucap asma Allah sembari menarik gelang itu sampai putus. Sari langsung menjerit dan tumbang, bersamaan dengan itu disusul robohnya Rahman yang tidak sadarkan diri."Rahman!" seru Abah dan Ambu berbarengan.***"Saya atas nama keluarga Rahman, memohon maaf yang sebesar-besarnya. Ini di luar dugaan. Maaf jika kelakukan keponakan saya merugikan banyak pihak," tutur Wak Toriq memulai pembicaraan.Masih di rumah Sari, ada Pak RT, Pak RW, Ibu RT, Ibu RW, orang tua Rahman dan Ayu. Warga yang masih betah di sana pun hanya beberapa orang. Mereka sengaja dibubarkan demi keamanan. Hanya tersisa mereka yang menemani

  • Tetanggaku Maduku   Bab 26 Keberadaan Rahman

    Ayu diam sejenak. Dia mengehela napas pendek sebelum berucap. "Baiklah, Wak. Aku akan memanggilnya. Dia ada di rumah Sari," ujar Ayu, membuat Ambu dan Abah menghela napas lega.Kedua orang itu pikir Sari berbuat macam-macam atau membawa kabur Rahman entah ke mana. Ternyata, dibawa ke rumah Sari yang tidak ingin dianggap menantu oleh mereka."Biar kita saja yang ke sana. Uwak juga mau tahu, apa wanita itu menyimpan sesuatu di rumahnya," papar Wak Toriq yang langsung disetujui Ambu.Sebelum pergi, Ayu menelepon Ibu RT dan Ibu RW. Dia ingin penutupan pembalasan dengan cantik. Hukum sosial akan lebih menyakitkan dibanding dengan hukuman jeruji besi.***"Sari, buka pintunya!" seru Ibu RT yang menggetuk pintu rumah Sari dengan kasar.Sari yang tengah bermesraan dengan Rahman pun terperanjat. Bagaimana Ibu RT tahu kalau dia ada di rumah? Padahal kunci rumah sudah diganti tanpa sepengetahuan Ibu RT dan Ibu RW."Siapa?" tanya Rahman, bingung.Sari gelagapan. Dia seperti terciduk untuk kedua k

  • Tetanggaku Maduku   Bab 25 Terciduk

    "Ma, kok Papa sama Tante Sari terus?" tanya Rafli setelah pulang sekolah. Anak kecil itu keheranan melihat tingkah ayahnya yang cuek padanya juga jarang berkumpul dengan Ayu dan dirinya. Tentu semenjak Sari datang ke rumah itu.Ayu mengelus surai hitam milik Rafli. Marah dan sedih memenuhi rongga dada Ayu. Apalagi saat anaknya dengan terpaksa melihat kemesraan Sari dan Rahman. Sebelumnya, Ayu sudah mengusir dua manusia laknat itu agar Rafli tak melihat yang seharusnya tak dilihat.Namun, permintaan Ambu membuat Ayu tak bisa berkutik. Wanita itu tidak tahu apa yang terjadi pada Rahman, hingga dalam sekejap berubah drastis. Dia benci dan muak melihat itu semua. Sakit hatinya sudah tak terbendung. Hanya saja, lagi-lagi Ayu harus menahan semua demi Rafli. Psikologis Rafli lebih penting dari apa pun. Ayu mengehela napas sebentar. Dia pun menangkup wajah anaknya dengan senyum palsu."Emm, Rafli. Mulai besok Papa akan sering bareng Tante Sari," ujar Ayu mecoba menjelaskan."Kenapa?" tanya

  • Tetanggaku Maduku   Bab 24 Kalah Telak

    "Buat kopi hitam tanpa gula. Taruh di kolong tempat tidur Rahman. Nanti malam, aku ke sana. Kalau berkurang, berarti Rahman kena guna-guna," papar Wak Toriq dari seberang sana.Ambu dan Abah yang mendengar itu pun tersentak. Mereka saling pandang. Awalnya, besok akan memanggil Kakak Ambu itu.Tetapi karena penasaran, Ambu berinisiatif untuk meneleponnya terlebih dahulu. Ternyata, praduga mereka terwujud. Walaupun belum pasti, tapi melihat gerak-gerik Rahman rasanya semua yang dimungkinkan itu terjadi."Lalu, kami harus bagaimana, Wak?" tanya Abah, khawatir.Kebetulan panggilan di louspeker, jadi Ambu dan Abah bisa leluasa mengobrol. Mereka sekarang sedang di kamar, agar tak ada yang mengganggu, terutama Sari."Biarkan saja dulu, nanti malam baru aku kasih tahu selanjutnya," timpal Wak Toriq yang langsung dipatuhi Ambu dan Abah.Setelah itu, mereka menutup panggilan. Keduanya mulai mencari cara menaruh kopi hitam di bawah kolong ranjang Sari. Ya, karena Rahman sekarang tidur di kamar S

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status