Share

Tetanggaku si Crazy Hot Boss
Tetanggaku si Crazy Hot Boss
Penulis: Vellichor_Ann

Pertemuan dengan Tuan mesum

"Yaaakk!"

Genangan air di jalanan terciprat ke arah seorang gadis, ketika sebuah mobil melintas dengan begitu kencang. Namun bukannya berhenti, orang tersebut justru mengabaikannya. Sangat menjengkelkan karena pakaian yang dipakainya berwarna putih dan masih terbilang baru.

"Mentang-mentang pake mobil jadi bisa seenaknya. Gue tandain mobil lo!" Meski menggerutu, gadis itu masih tetap melanjutkan langkah kakinya.

Kalea Sakeyra Atmaza. Seorang gadis remaja yang berada di tahun terakhirnya, di Universitas terkenal Ibu Kota. Hari ini mnejadi hari paling sial menurutnya. Setelah mobilnya mogok di tengah jalan, dompet yang ketinggalan, dan tadi pengendara mobil yang menambah mood-nya semakin hancur.

Setelah cukup lama ia menyusuri jalanan, akhirnya langkahnya terhenti di depan sebuah rumah minimalis. Di depan rumahnya, Kalea berpapasan dengan satpam komplek yang sedang melintas. Ia tak segan menyapa karena memang sudah mengenal dan dekat dengan pria paruh baya tersebut.

"Habis ngapain, Neng? bajunya kok kotor begitu?"

Kalea melirik sekilas pakaian putihnya sebelum kembali menatap orang di depannya. "Tadi di jalan ada masalah sedikit, pak."

"Masalah apa? habis jatuh, ya?"

"Engga. Tadi tuh-"

Sebuah mobil yang melintas di depan rumah membuat gadis itu berhenti dengan ucapanya. Ia ingat betul mobil tadi. Mobil yang membuat seragamnya basah. Oh, Kalea tak sepemurah itu untuk melupakan kejadian menjengkelkan di hidupnya.

"Kena lo!" Dia bergegas menghampiri mobil tersebut. Ternyata mobil itu berhenti tepat di samping rumahnya.

Satpam pria itu sudah memanggil beberapa kali tapi ia abaikan. Tujuan Kalea sekarang adalah untuk memberi tahu si pengemudi tentang sopan santun dan bertanggung jawab.

"Turun!" sentak Kalea sambil mengetuk kaca mobil.

Sang pengemudi tersebut segera turun dan berhadapan langsung dengannya. Seolah lupa akan niat awal, gadis tersebut terdiam menatap wajah pria dihadapannya. Jujur saja, Kalea akui pria itu terlihat tampan dan umm ... Sexy.

Melihat Kalea yang diam saja,pria itu mengibaskan tangannya. "Maap dek, saya gak ada receh."

Hah? Dipikirnya dia ini anak jalanan apa? Tapi jika sekilas mungkin iya sih. Penampilannya acak-acakan dan bajunya kotor. Meski sedikit ragu ada pengamen yang menggunakan seragam sekolah dan cantik sepertinya. Ahh, sial!

"Hah? Lo pikir gue mau minta recehan lo yang ga seberapa? Gue kesini minta pertanggungjawaban atas kejadian tadi. Pokoknya lo harus tanggung jawab!"

"Tanggung jawab apa? Kamu mau ngaku hamil anak saya? Maaf, ya. Perempuan yang ngaku-ngaku seperti kamu itu banyak. Bahkan model ternama saja saya gak percaya, apalagi kamu bocah yang masih pake minyak telon."

Kalea menatap horor pria tersebut. Ternyata benar tidak ada yang sempurna di dunia ini. Lihat saja contohnya ada di depan mata. Punya wajah tampan, postur tubuh bagus, terlihat seperti orang berada, tapi isi otaknya hanya sebatas biji jagung.

"Lo gila, ya?"

"Saya gila? Kamu yang gila. Datang-datang minta saya tanggung jawab."

"Denger ya! Gue kesini minta pertanggung jawaban karena baju gue jadi kotor gini. Lo liat! Ini baru gue beli kemarin," ucap Kalea menunjuk seragamnya. Namun pria di depannya langsung menyingkirkan tangannya yang terangkat.

"Ck, gak usah ditunjuk juga kali. Saya kan jadi salah fokus."

What the hell?

Kalea yang mendengar ucapan pria itu membulatkan matanya. Ia segera menyilangkan kedua tangannya di dada. "Yak!! Dasar mesum!"

"Kan kamu yang nunjuk tadi," jawabnya dengan pembelaan.

"Gue nunjuk baju. Otak lo aja yang ngeres."

Rasanya dia menyesal datang kemari tadi. Seharusnya ia lupakan masalah tadi dan tidak berurusan dengan pria gila di hadapannya. Dan saat itu lah Kalea berniat kembali ke rumahnya. Namun tangan gadis itu ditarik pelan.

"Mau kemana, hm? Katanya mau saya tanggung jawab."

Ia menghempaskan tangan itu kuat. "Gak perlu. Lupain aja kejadian tadi."

"Saya sudah merasa bersalah loh sekarang. Buka baju kamu, biar saya cuci," kata pria itu dengan tatapan yang membuat Kalea jijik.

'Bugh'

"Makan tuh rasa bersalah!" Kalea segera berlari setelah memukul wajah orang gila tadi. Namun dibelakang, bukannya kesakitan justru si pria malah tertawa. Dia baru tau rasanya berdekatan dengan seorang gadis seperti ini.

"Salam kenal tetangga baru," lirih Elkan Cyrano Putra.

****

"Wah, tumben banget masak banyak. Mau ada acara, ya?" Kalea menarik salah satu kursi di meja makan dan duduk di samping Papanya.

"Baru pulang? Itu kenapa baju kotor begitu? Kamu jatuh?" panik Vita, Ibunya. Wanita paruh baya itu segera mematikan kompor dan menghampiri anak gadisnya, apakah dia baik-baik saja?

"Gapapa, Mah. Tadi ada masalah sedikit di jalan. Salahin Papa, tuh. Tadi bilangnya gak bisa jemput, sekarang malah makan-makan di rumah. Padahal mobil aku mogok," balas Kalea menggerutu pada Papanya, Wilan.

Wilan langsung menelan makanan di mulutnya dan meraih segelas air. "Kenapa jadi Papa? Kamu itu harus belajar mandiri sekarang. Minggu depan Papa ada tugas di luar kota, jadi nanti kalau Papa sama Mama tinggal, kamu udah terbiasa."

"Maksudnya? Mama juga ikut gitu?"

"Iya. Tenang aja, masih minggu depan. Gak akan lama juga, kok."

Tanpa Vita dan Wilan tau, Kalea menahan rasa senangnya. Ada rasa sedih sedikit saat tau akan ditinggal orangtuanya ke luar kota. Namun tak bisa dipungkiri juga bahwa Kalea senang bisa bebas. Lagi pula Mamanya mengatakan hanya sebentar. Kalea bisa melakukan banyak hal nanti, karena selama ini Wilan selalu membatasi ruang lingkup putrinya.

"Ganti baju dulu," tegur Wilan saat anaknya menjulurkan tangannya hendak meraih piring. Gadis itu justru merengek lapar, dan meraih kue coklat yang berada di atas piring. Namun, lagi-lagi Wilan menahan tangan dan melarangnya mengambil kue tersebut.

"Kenapa, sih? Sayang tau Mama udah buat banyak makanan tapi gak dimakan. Aku laper, Pah."

"Tapi itu bukan buat kamu. Itu buat tetangga baru kita. Mama sengaja buat untuk dia. Iya kan, Ma?" jelas Wilan dan menatap istrinya di akhir kalimat.

"Tetangga?" ucapnya membeo.

Gadis bermata bulat itu terdiam sesaat. Otaknya seketika langsung connect dengan kejadian tadi. Apa yang dimaksud orangtuanya adalah lelaki itu? Jika benar, ia tidak mau berurusan lagi dengan tetangga barunya.

"Iya. Jadi tetangga baru kita itu anak dari yang punya perusahaan tempat Papa kerja. Mama aja baru tau tadi. Sekarang kamu ganti baju, terus Mama Minta tolong kamu anterin ini ke orangnya langsung, ya." Vita memberikan sekantung keresek berisi makanan pada Kalea.

Dengan cepat ia menggeleng. "Gak mau. Itu kan anak atasannya Papa, bukan aku. Lagian orangnya aja nyebelin."

"Nyebelin? Kamu udah kenal?"

"Eum ... E-engga." Kalea memukul pahanya sendiri di bawah meja. "Tadi pulang sekolah gak sengaja liat ada cowo di rumah samping. Mungkin itu penghuni barunya. Mukanya itu keliatan nyebelin gitu, loh."

Sebenarnya tidak ada alasan spesifik kenapa Kalea berbohong. Namun sepertinya ia ingin melupakan kejadian tadi tak memperpanjang nya. Lagipula, pria yang sialnya tampan itu sudah membuatnya badmood hari ini. Semoga tidak dengan hari-hari berikutnya.

"Eh, kamu gak tau aslinya gimana. Di kantor, dia itu dikenal ramah banget sama karyawan. Jangan nilai orang dari luarnya aja. Kamu aja kalau dilihat keliatan galak."

"Emang galak, pah," Sahut Vita yang membuat suaminya tertawa.

Merasa tak akan ada habisnya, Kalea memilih untuk mengalah. Lebih baik segera mengantarkan makanan ini daripada membicarakan pria mesum itu.

***

"Ini ada penghuninya gak sih?"

Gadis berkepang itu terus menekan bel dan sesekali mengetuk pintu. Hampir 10 menit ia menunggu di luar, namun sang pemilik rumah belum membukakan pintu. Sebenarnya apa yang dilakukannya di dalam sana?

Setelah kembali menunggu beberapa menit, akhirnya pintu tersebut terbuka. Tampak sosok lelaki yang sama saat bertemu dengannya tadi sore. Bedanya, sekarang ia terlihat lebih fresh dengan pakaian rumahan. Dibandingkan dengan sebelumnya yang terlihat seperti bapak-bapak mesum yang menyebalkan.

Elkan terkekeh pelan. "Kamu ngapain di rumah saya? Mau minta pertanggung jawaban lagi?"

"Ck, lupain kejadian tadi. Gue yang jadi korban aja udah lupa." Kalea menjeda ucapannya dan memberikan kantung pemberian mamanya pada Elkan. "Ini dari tetangga sebelah sebagai bentuk perkenalan."

"Jadi kamu anaknya Pak Wilan?" Elkan terdiam memperhatikan Kalea dari atas sampai bawah, yang justru membuat gadis di hadapannya tak suka. Sedetik kemudian ia tersenyum simpul menatap gadis tersebut.

"Terimakasih loh repot-repot. Kamu bisa tau gitu ya saya belum makan?"

Kalea menatap lelaki di depannya aneh. Tak ingin memperdulikan ucapannya, ia berniat pergi. Namun Elkan mencekalnya. "Mau kemana? Gak masuk? Kita ngobrol dulu di dalam. Kamu mau liat burung saya? Ah, maksud saya, saya punya burung kakak tua. Siapa tau kamu mau main sama burung saya."

"Ya terus? Bapak gue juga punya burung!" Fara menatap Elkan dengan tatapan jengah.

"Tapi Doberman gak punya, kan?"

"Maaf, gak minat."

"Tunggu dulu!" Elkan kembali menahan Kalea saat gadis itu berniat pergi. "Kamar kamu sebelah mana? Kamar saya sebelah sana tuh," jelasnya sambil menunjuk letak kamar.

Dengan terpaksa Kalea menarik bibirnya ke atas membentuk senyuman. "Bapak yang terhormat, sayangnya gak ada yang nanya kamar lo di mana," ucapnya segera pergi dengan langkah cepat.

Namun, diam-diam Kalea merasa panik. Jika benar arah yang ditunjuk pria itu, maka kamarnya dekat dengan kamar Kalea!

"Oh Tuhan! Apa lagi ini?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status