“Duduklah, June,” kata Drake lagi.
Entah kenapa, June menurut. Ia kembali duduk di hadapan Drake, tapi seketika ia tidak tahu harus berbuat apa. Wajah June sedikit terasa memanas dan jantungnya berdegup terlalu kencang hingga June merasa sedikit sesak. Ini memalukan! Seru June dalam hati. Namun, otak dan tubuhnya kini berjalan tidak selaras.
Karena June diam saja, Drake berinisiatif membuka kantung makanannya. Drake mengeluarkan dua buah kotak makanan chinese food yang ia beli dalam perjalanan ke apartemen June.
“Kuharap kamu suka dumpling,” katanya.
June mengangguk, padahal sebenarnya ia tidak pernah suka dumpling. Shit! Sebenarnya Drake itu memiliki pesona apa hingga June tidak berdaya seperti ini dibuatnya. June harus menyadarkan dirinya sendiri kalau ia ingin membalaskan dendam pada Drake, tapi kenapa setiap berhadapan dengannya, June malah seperti ini?
Drake menyodorkan satu kotak makanan ke hadapan June, isinya chinese
“Aku sudah siap pergi bekerja,” kata June, mengabaikan tatapan mata Drake yang sulit ia artikan.“Baiklah,” jawab Drake sambil berdiri.Ia kemudian memberi isyarat agar June berjalan mendahuluinya menuju ke pintu keluar. Drake tidak mengatakan apapun hingga mereka berada di dalam mobil milik Drake menuju ke kantor. June bersikap pura-pura tidak tahu, meskipun ia bisa merasakan ada yang aneh dari Drake. Sikapnya diam, tetapi tatapan matanya menyelidik, entah apa yang ia pikirkan sebenarnya. June berpikir mungkin Drake masih marah setelah June tanpa sengaja menyemburkan air ke wajahnya. June juga diam saja, berusaha bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.Perjalanan ke kantor menjadi perjalanan paling sepi yang pernah June alami. Drake bahkan tidak menyalakan musik untuk mengenyahkan keheningan. Saat Drake memarkirkan mobilnya di basement gedung kantor, June menghela napas lega tanpa ia sadari. Ia turun dari mobil lalu tanpa disuruh ia langs
Selama jam kerja, Drake tidak menyinggung kembali tentang apa yang terjadi hingga akhirnya jam kerja telah selesai.“Aku akan mengantarmu pulang,” kata Drake.“Tidak perlu. Saya bisa pulang sendiri,” jawab June sambil membawa tasnya.“June...”“Kebetulan mobil saya masih ada di parkiran kantor, saya akan bawa pulang hari ini. Terima kasih untuk perhatian Anda, Mr. Burton. Selamat malam,” kata June lagi. Ia kemudian melenggang pergi sebelum Drake sempat mengatakan apapun.June tidak peduli lagi, setelah ini ia akan mencari cara untuk segera bisa mengundurkan diri dari kantor. June tidak tahan lagi. Drake akan terus menekannya, sementara karyawan yang lain sudah memandangnya sebelah mata. Bahkan saat makan siang, June hanya bisa makan sendirian. Tidak ada yang mau dekat dengannya.June cepat-cepat masuk ke dalam mobilnya, memanaskan mesinnya sebentar, lalu melaju pergi. June merasa sudah amat lel
“Aku kemari bukan sebagai bos, aku kemari sebagai diriku sendiri,” jawab Drake.Tatapan matanya membuat June bergidik, begitu pula dengan tatapan mata Alarick. Pria bermata abu-abu yang biasanya ramah itu kini terlihat sama mengerikannya.“Kalian berdua, tenanglah. Ini tempat tinggalku. Aku yang menentukan siapa yang boleh datang, siapa yang tidak. Mengerti?” tanya June akhirnya. Kedua pria itu menatap June, kemudian saling melirik dengan tatapan sinis satu sama lain.“Aku lebih dulu di sini, lagipula aku punya hal penting denganmu. Ya kan, June?” tanya Alarick.“Aku juga punya hal penting yang harus aku bicarakan dengan June,” kata Drake tak mau kalah.“Kamu bisa membicarakan itu lain kali,” sahut Alarick, membuat Drake melebarkan matanya.“Alarick, Drake, aku sedang amat lelah. Aku tidak ingin bicara dengan siapapun. Sekarang kalian berdua, pulanglah,” jawab June.
June mundur selangkah. Meskipun ia tidak bisa melihat apapun dalam kegelapan, tetapi ia bisa merasakan ada seseorang di dalam kegelapan. Kini, June bahkan bisa mendengar langkah kakinya mendekat ke arah June.“Si-siapa di sana?” tanya June dengan suara pelan dan bergetar.Kini June bisa mendengar suara seseorang tertawa. Tidak jelas suara perempuan atau laki-laki, tapi June hampir yakin bahwa itu suara laki-laki. June gemetar, bulu kuduknya berdiri. Apakah ada hantu di apartemennya? June tidak yakin, tapi ini mengerikan. June terus melangkah mundur setiap ia mendengar bunyi langkah kaki mendekat.“Jangan berani mendekat,” kata June sambil mencoba meraih benda apapun yang ada di sekitarnya. Ia menemukan vas bunga dan ia pun langsung menodongkannya ke depan, seolah-olah vas bunga itu adalah senjata. Napas June mulai tersengal seiring dengan detak jantungnya yang berdebar kencang. Entah apa yang ada di hadapannya itu.“June... J
June terbangun karena perutnya terasa amat lapar. Tubuhnya terasa amat lemas dan kepalanya pening. Ia hampir lupa apa yang baru saja terjadi, tetapi saat ia membuka mata, June baru teringat apa yang baru saja terjadi. Bukan hanya itu, ia baru menyadari Drake sedang duduk di kursi samping tempat tidurnya sambil menatapnya lekat.“Sudah sadar?” tanya Drake.“Kamu masih berada di sini?” tanya June.June melirik jam alarm yang ia letakkan di nakas, pukul sebelas malam. Tubuh June terasa masih lemas. Saat ia mencoba bangkit, June baru menyadari kalau keningnya dikompres dengan handuk kecil basah. Di atas karpetnya ada sebuah wadah plastik berisi air dan bosnya itu sudah melepas jas dan melipat lengan kemejanya hingga sebatas siku.“Kamu demam,” kata Drake.June berusaha mengingat-ingat. Barusan rasanya seperti mimpi, tapi dalam mimpi itu Drake juga hadir. Kenapa Drake ada di kamarnya saat ini?“A-aku meng
Drake menghela napas panjang. Akan percuma saja jika ia memaksa June saat ini, jadi Drake memutuskan untuk membiarkan June sendiri. Di saat yang sama, handphone Drake berbunyi. Drake tahu siapa yang menelepon.“Halo... Iya, aku kesana sekarang,” jawab Drake.June menatap tajam. Drake mungkin akan menemui seorang wanita saat ini. Itu bukan hal yang aneh. June tahu kebiasaan Drake bukan? Playboy kaya raya. Gadis-gadis sengaja melemparkan diri ke ranjangnya.“Kita akan bicara lain kali, June,” kata Drake. Suaranya terdengar lantang, tidak seperti yang ia harapkan sebelumnya. Drake hampir mengutuki dirinya sendiri. Ia tahu nada suaranya terdengar lebih seperti mengancam atau memarahi dibandingkan memohon untuk ada kesempatan bicara lain kali. Tentu saja, Drake tidak ingin dirinya terdengar seperti memohon, tapi, setidaknya ia berharap nada suaranya tidak sekasar itu. June menatapnya dengan benci.Drake memutuskan untuk tidak membuka mu
Beberapa Jam Sebelumnya –Alarick tidak benar-benar pergi dari apartemen June. Ia menunggu beberapa saat hingga ia melihat sesuatu yang aneh dari arah unit apartemen June. Alarick berlari menuju bagian belakang gedung apartemen. Dari sana ia bisa melompat langsung ke arah jendela unit apartemen milik June. Namun langkah-langkahnya terhenti saat ia melihat Drake di sana. Drake berlari kemudian dengan sayap naganya ia terbang langsung menuju apartemen June.Alarick sudah bisa menerka apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia memilih untuk menonton dari kejauhan. Drake sudah pasti menggagalkan keinginan Altair untuk membawa June pergi. Lagipula apa yang dipikirkan Altair? Ia bodoh sekali jika mengira bisa dengan segera membawa June pergi setelah ia tahu ada Alarick dan Drake yang berada di sekitar June. Alarick mendengus karena kebodohan Altair.Setelah semua kebodohan Altair berakhir dan apartemen June menjadi tenang, Alarick melompat ke atas pohon
June menangis hingga ia tidak tahu kapan ia jatuh tertidur. Segalanya terlalu membingungkan untuk June. June sebenarnya tidak mengerti kenapa ia bisa menangis separah itu. Semua yang membingungkan itu tidak cukup untuk membuatnya menangis seperti ini, tapi kenapa hatinya terasa begitu sakit? Apakah karena harga dirinya yang terluka? Namun kenapa rasanya sesakit ini?June jatuh tertidur karena kelelahan, ia bahkan sudah melupakan rasa laparnya. June bahkan tidak sadar saat ia sudah memasuki alam mimpi. Saking lelahnya, June tidak bisa lagi membedakan alam mimpi dan kenyataan. Beberapa menit kemudian, ia baru menyadari bahwa ini tidak mungkin kenyataan.June merasa dirinya sedang berada di sebuah hutan yang gelap. Namun, cahaya matahari yang menyusup di antara dedaunan yang rindang menandakan kalau ini bukan malam hari. Meskipun begitu, keadaan di dalam hutan ini begitu gelap, hanya sedikit cahaya matahari yang bisa meloloskan diri. June melihat ke sekeliling, ia belum p