Share

2. Permainan Cinta

“Kamu kenapa lagi?” tanya Haden saat melihat sepupunya pulang sambil memegang kepalanya. "Itu kepala lepas aja kali, enggak usah dipegangin ... kayak mau copot dan menggelinding ke bawah aja.”

“Ihh amit-amit,” ucap Alexa sambil menggetok kepala dan meja yang ada di dekatnya secara bersamaan.

“Bosan ... terus jenuh jadi perusak hubungan orang yang protagonis,” ucap Alexa sambil memajukan bibirnya beberapa centi ke depan.

“Mana ada status orang ketiga yang baik? Bilang aja kamu bosen sama cowok-cowok yang kamu deketin. Karena rata-rata, salah satu sikap mereka dominan sama kalau soal cinta dan segala permainnya.”

“Hmmm,” jawab Alexa malas tapi memang ia membenarkan perkataan sepupu yang gantengnya itu. Cowok yang ia dekati selama ini rata-rata tidak bisa menjaga matanya atau bahkan menjaga hatinya, selalu saja bercabang. Dan dia juga bosan karena cowok yang selalu menjadi targetnya terlalu gampang ditaklukan, tidak ada tantangannya sama sekali.

“Mau enggak ngedeketin Yaron? Akhir-akhir ini dia murung terus, mungkin aja dia ada masalah sama pacarnya. Waktu yang bagus bukan untuk merebut hatinya?” tawar Haden yang membuat Alexa tampak berpikir sebentar.

“Bukannya hubungan Yaron sama Nori itu baik-baik aja ya, dan selalu baik bahkan,” jelas Alexa.

“Enggak ah ... enggak mau kalau hubungan mereka baik-baik aja. Yaron sama Nori juga kan orangnya baik pasti saling menjaga,” tolak Alexa.

“Katanya mau cari tantangan! Ayolah jangan berlindung terus dari kata pho yang protagonis karena emang pho itu ditakdirkan untuk jadi antagonis.”

Alexa memandang wajah sepupunya itu dengan datar, “Balik gih ... dasar bisikan syaitan!”

Kini, Alexa sedang berjalan di kolidor sekolah untuk mencari Nazwa dan memintanya supaya mengantar dia ke perpustakaan. Tapi langkah Alexa terhenti saat melihat Yaron yang sedang menundukan dan menyenderkan kepalanya di dinding, tentu saja hati dan logika Alexa menyuruhnya untuk menghampiri Yaron karena kepikiran kata-kata Haden tentang hubungannya dengan Nori.

“Kamu kenapa, Ron?” tanya Alexa berdiri di samping Yaron namun tidak ada jawaban sama sekali.

“Yaron,” panggil Alexa sambil memegang pundaknya.

Yaron yang langsung peka pundaknya disentuh oleh seseorang pun langsung menggerakan kepalanya untuk melihat sumber sentuhan itu, “Alexa?”

Alexa tersenyum saat namanya dipanggil dan langsung duduk di samping Yaron, “Kamu kenapa, kok mu—“ Alexa tidak sempat menyelesaikan ucapannya karena kaget Yaron melepaskan eartphone dari telinganya.

“Oh shit ... kan aku juga udah bilang dan memperingati juga enggak mungkin Yaron ada masalah sama Nori, dia terlihat murung karena lagi dengerin musik.”

“Kenapa? Mu apa?” tanya Yaron tidak mengerti.

“Hehe, aku kira tadi kamu lagi murung atau ada masalah apa gitu. tapi aku kayaknya salah,” jawab Alexa sambil tersenyum kikuk.

“Semua orang pasti punya masalah kok, iya enggak? Cuma tergantung sama orangnya aja, entah mau di umbar atau cukup disimpan aja,” ucap Yaron manis yang membuat Alexa semakin tersenyum kikuk.

“Enggak bisa! Yaron terlalu manis untuk aku permainkan. Apalagi Nori orangnya membawa aura positif, mana mungkin aku tega rebut Yaron dari bidadari secantik dia.”

“YARON!” teriak Alexa tidak percaya karena tiba-tiba cowok itu langsung mengecup pipi Alexa saat dia sedang melamun.

“Kamu ngapain?” tanya Alexa tidak percaya sambil memegang bekas pipi yang dicium Yaron.

“Ron....” Nama itu dipanggil lagi tapi bukan dari bibir Alexa melainkan pacar Yaron yang tidak lain dan tidak bukan adalah Nori yang membuat mata Alexa benar-benar ingin lepas dari wajahnya.

“Nori ... aku bisa jelasin semuanya sama kamu,” ucap Alexa mendekati Nori.

“Enggak usah, Xa. Pemandangan yang aku lihat tadi udah membuktikan dan menjelaskan semuanya,” jawab Nori tersenyum tipis ke arah Alexa.

“Kamu salah paham. Ron jelasin!” Alexa terlihat mengode dan memaksa Yaron untuk menjelaskannya kepada Nori. Sumpah, Alexa tidak ada niatan untuk menjadi orang ketiga dari hubungan Yaron sama Nori.

“Enggak usah, Xa. Nggakpapa.” Lagi-lagi Nori menyebutkan kalimat itu dengan tersenyum miris.

“Aku cinta sama dia.” Kalimat itu sangat jelas terdengar ditelinga Alexa dari bibir Yaron. Bukan, tolong garis bawahi 'dia' disini bukan Nori melainkan Alexa. Dan ya ... sekarang cowok itu ada di samping Alexa sambil merangkul pundaknya.

“Ron! Apa-apaan sih? Nori enggak, jangan percaya sama omongan dia. Plis, kita enggak ada hubungan apa-apa.”

“Hmmm.” Nori terlihat tersenyum sambil menahan airmatanya untuk keluar dan membasahi wajahnya.

“Kita putus,” lanjut Nori sambil pergi dari hadapan Alexa dan Yaron.

Alexa yang mendengar Nori mengatakan kalimat yang sangat terlarang pengucapannya dalam sebuah hubungan pun hanya sanggup menjadi patung. Tolong! Jangan salahkan dia atas rusaknya hubungan sepasang kekasih yang ada dihadapannya ini. Alexa sama sekali tidak tahu apa yang terjadi, disini ia seperti orang yang baru bangun dari koma, tidak tahu apa-apa.

Baru kali ini, ia benar-benar tidak tahu apa yang dia lakukan untuk menjadi pho, semuanya sudah beres dan ia tinggal tanggung namanya saja. “YARON!” Alexa berteriak sambil melayangkan tamparan di pipi kirinya karena marah telah membuat ia bingung atas citranya yang bukan sama sekali ia lakukan.

“Kamu ngapain, hah! Kejar Nori, jelasin semuanya. Aku enggak tau apa-apa ya soal ini.”

“Dia enggak akan mau dengerin, jadi percuma aja. Lagian status kamu sebagai pho pun menjadi alasan yang paling kuatkan untuk dia percaya akan apa yang dia lihat,” jawab Yaron simple dn berubah menjadi dingin.

“Aku akuin aku seorang pho atau orang ketigalah. Tapi untuk soal ini, aku enggak rela kalau dituduh jadi tersangka atas kandasnya hubungan kalian.”

“Aku akan jelasin sama Nori sekarang!” lanjut Alexa sambil pergi meninggalkan Yaron dengan kesal, marah, bingung bercampur jadi satu. Dia benar-benar tidak tahu apa yang terjadi diantara Yaron dan Nori, tapi bisa-bisanya ia ikut terlibat bahkan citranya yang sudah ia bangun menjadi pho dengan mempunyai martabat kini seakan martabatnya hilang.

Alexa mencari-cari Nori dari mulai kelasnya sampai keliling kolidor tapi tidak kunjung ia temukan, kini hawanya menjadi panas dan Alexa mengacak-acak rambutnya frustasi, apalagi ternyata beritanya tentang ia menjadi orang ketiga di dalam hubungan Yaron dan Nori sudah menyebar dengan cepat dan menjadi topik yang sedang hangat-hangatnya di bicarakan.

Kini, Alexa sedang berada di toilet cewek untuk menyumpah sirampahi kelakuan Yaron dan melampiaskan kekesalannya disana. Setelah masuk dengan membanting pintu, Alexa langsung membasahi wajahnya dengan air supaya dia sedikit lebih tenang.

“Sialan! Ini sama sekali enggak ada di daftar rencana permainan cinta aku, enggak ada naskahnya sama sekali. Bahkan aku enggak ada niatan buat jadi pho antogonis gini. Aku harus gimana! Ya Allah ... masaiya karmanya ini,” keluh Alexa sambil mengusap wajahnya dengan handuk.

Belum selesai Alexa menggerutu dengan pelan, wajah Nori tampak di kaca yang membuatnya kaget dan menyipitkan matanya untuk mengecek apakah penglihatannya benar atau salah. “Nori,” ucap Alexa pelan saat melihat Nori di kaca.

Alexa refleks memutarkan tubuhnya 180 derajat untuk bisa melihat ke arah Nori, sebelum ia menyampaikan beberapa kalimat yang seakan menjadi sebuah pembelaan dirinya yang kemungkinan besar tidak akan dipercaya oleh Nori. Alexa memegang tangan Nori untuk menahannya pergi sambil tersenyum untuk menetralkan suasana dan perasaannya.

“Aku tahu kamu nggak akan percaya. Tapi serius deh, aku bahkan bisa bersumpah kalau aku enggak ada hubungan sama sekali sama Yaron.”

“Aku emang suka ngerusak hubungan orang dan jadi orang ketiga, tapi aku enggak pernah ada niatan buat ngerusak hubungan kamu. Aaaa gimana sih ngejelasinnya supaya kamu percaya,” ucap Alexa frustasi.

“Udah Xa, enggak perlu. Mau kamu ada di antara aku sama Yaron ataupun enggak. Hubungan kita udah berakhir, jadi enggak perlu repot-repot.”

Wajah Nori yang terlihat sudah menangispun, sangat jelas dilihat oleh Alexa. Kini hati Alexa merasakan sakit saat melihat ada cewek yang menangis karena hubungannya sudah berakhir karena dia. Sulit untuk mengiyakan jika hubungan mereka hancur karenanya, tapi itu memang kenyataannya, beberapa menit yang lalu tanpa ada skenario dan rencana bahkan niat saja belum dia siapkan tapi hebatnya dia sudah sukses menghacurkan hubungan orang dan menjadi orang ketiga.

“Enggak ... semuanya belum berakhir, Nori. Aku akan buat kamu kembali lagi sama Yaron, aku janji,” terang Alexa untuk berusaha membuat Nori yakin kepadanya.

Nori hanya diam saja, dan Alexa mengartikan bahwa diamnya Nori adalah sebuah jawaban bahwa Nori tidak ingin berpisah dengan Yaron. “Jangan ... aku percaya kamu enggak ada hubungannya sama sekali dalam hal ini. Yaron kayaknya emang udah bosen dan dia cuma cari kambing hitam aja supaya kita bisa putus.”

Alexa iba melihat Nori mengatakan itu dengan masih menampakan senyumnya, cewek sebaik dan secantik Nori bisa-bisanya Yaron sakiti seperti ini. Ahh ingin rasanya Alexa balas dendam kepada Yaron atas perbuatannya karena telah menyakiti Nori. Tapi untuk saat ini, ia harus cari tahu kenapa Yaron melakukan itu sambil berusaha sedikit-sedikit membalaskan dendam. Dan jika Yaron masih pantas untuk Nori, maka Alexa akan mengembalikan Yaron kepada Nori.

“Aku akan cari tahu kenapa Yaron ngelakuin ini sama kamu, dan aku akan berusaha buat dia balik lagi atau paling enggak dia minta maaf karena udah buat kamu nangis dan sakit hati gini.” Alexa langsung meninggalkan Nori dan langsung mencari keberadaan Yaron untuk meminta penjelasan.

“YARON!” teriak Alexa saat menemukan Yaron yang sedang mengobrol bersama teman-temannya.

“Ikut aku ... kita perlu bicara.”

“Wih benar dong beritanya, aku kira berita tentang kalian itu hoaks,” ucap salah satu teman Yaron.

“Kok mau sih Ron, sama Alexa. Diakan—“

“Apa?” potong Alexa sedikit meninggi.

“Kalian cuma tau ceritanya sebait enggak usah so so-an kayak udah tahu ceritanya sampai selesai!” sambungnya lagi.

“Cowok kok mulutnya kayak banci!” Kalimat yang terakhir Alexa lontarkan sukses membuat teman-teman Yaron berdiri dan bersiap-siap untuk memukul Alexa, tapi sebelum itu terjadi Yaron langsung menahan teman-temannya dan menarik Alexa menjauh.

“Ini semua gara-gara kamu!” gerutu Alexa menghempaskan tangan Yaron dari tangannya yang membuat mereka berhenti berjalan.

“Kalau kamu enggak putus sama Nori atau setidaknya enggak bawa-bawa nama aku buat dijadikan kambing hitam, semuanya enggak akan serumit ini.”

Yaron hanya diam sambil menatap Alexa dengan datar.”Lagipula kamu jadi cowok bodoh banget memutuskan untuk putus sama cewek sebaik, secantik, sepintar Nori yang hampir sempurna.”

“Bodoh! Ya aku bodoh. Karena udah cinta sama kamu,” ucap Yaron dengan datar begitupun dengan Alexa yang hanya ketawa, karena menurutnya itu sebuah lelucon.

“Ron, aku tahu kamu itu cowok baik, enggak usah jadi cowok brengsek. Lagipula kamu salah orang kalau mau ngebodohin aku.”

“See, kurang cantik mainnya sayang,” lanjut Alexa tersenyum jahat dan menepuk pundak Yaron sambil melangkahkan kakinya untuk pergi menjauh dari Yaron.

Sore ini, Alexa sudah ada janji dengan cowok yang menjadi target dari permainan cinta Alexa selanjutnya, permainan ini lumayan sedikit menantang karena cowok yang dia deketin ternyata sudah bucin akut kepada pacarnya. Bahkan rela melakukan apapun dan merelakan ceweknya selingkuh dengan cowok lain. Ini yang Alexa harapkan, bukankah menyenangkan?

Alexa melihat cowok yang sedang duduk di sebuah taman dengan memakai eartphone dan ternyata sedang istrahat karena sudah lari sore, Alexa melihat penampilan cowok itu dari atas sampai bawah, dia cukup menarik dan bahkan tampan. Alexa yakin pasti banyak sekali cewek yang mengincar cowok di depannya ini, tapi kenapa ia bisa bucin kepada satu cewek. Apa yang udah dilakukan ceweknya sampai dia bisa bergantung seperti ini.

“Maaf ... kamu Irvin kan?”

Cowok itu melihat ke arah Alexa dengan mengangkat sebelah matanya, menjelaskan bahwa cowok yang bernama Irvin itu tidak tertarik sama sekali kepada Alexa bahkan langsung membuang mukanya saat sudah melihat Alexa.

Alexa hanya tersenyum kecut sambil mengelus dadanya pelan. “Orang ganteng emang suka jual mahal, sabar-sabar.”

“Oh bukan ya? Aduh maaf kayaknya salah orang,” ucap Alexa berakting seperti orang yang tidak enak.

“Aduhh Raysha ... pacar kamu yang mana sih?” gerutu Alexa sengaja dibesarkan suaranya untuk memancing Irvin. Karena Alexa yakin kalau menyangkut soal pacarnya, Irvin akan meliriknya atau bahkan langsung mendekatinya karena dia ingin tahu apapun itu tentang Raysha.

Alexa melirik terlebih dahulu ke arah Irvin untuk melihat sikapnya seperti apa, tapi kayaknya Alexa harus lebih banyak kasih umpan untuk ikah hiu ini. “Raysha Azzahra Putri, Nyebelin banget sih. Ngapain coba nyuruh-nyuruh buat cari pacarnya, lebay banget. Kenapa enggak cari sendiri. Kan beban!” sambung Alexa sengaja terus menggerutu dan melewati Irvin untuk pura-pura pergi.

Alexa sudah berjalan jauh meninggalkan Irvin, tapi tidak ada kabar bahkan tidak ada tanda-tanda bahwa cowok itu akan mencari atau bahkan mengejar dirinya untuk meminta penjelasan tentang pacarnya. Alexa menggelengkan kepalanya untuk memberi tanda ada yang tidak beres dengan rencananya saat ini, bisa-bisanya ia tidak bisa memancing Irvin untuk membuka diri.

“Bentar-bentar, gimana ya?” ucap Alexa duduk di sebuah kursi untuk mencari ide dan rencana apa yang harus dia lakukan untuk mendekati Irvin.

“Masaiya sih harus cara yang posesif, enggak banget,” keluh Alexa.

“Irvin Adrian ...!” panggil Alexa frustasi sambil menutup wajahnya.

“Itu nama aku,” jawab seseorang yang terdengar dari arah belakang Alexa.

Alexa langsung membuka tangan yang menutupi wajahnya dan berdiri ke arah sumber suara, mulutnya benar-benar tidak bisa dikondisikan. Dia benar-benar kaget karena tiba-tiba Irvin ada dibelakangnya, dan yang paling dia khawatirkan adalah bagaimana kalau Irvin mendengarkan semua perkataannya dari tadi.

“Kamu?” tanya Alexa kembali mengkondisikan wajahnya dan menetralkan rasa takut dan kagetnya.

“Aku Irvin Adrian, ada apa? Kenapa kamu cari aku? Terus maksud kamu bawa nama-nama pacar aku apa ya? Raysha baik-baik aja kan?” tanya Irvin tanpa ada jeda sama sekali yang membuat Alexa mengerutkan keningnya tidak percaya.

“Hehe, bisa enggak nanyanya satu-satu.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status