Share

4. Apa Susahnya

Waktu istirahat telah tiba, Alexa yang sedang santai duduk di bangkunya sambil memainkan gawai langsung terfokus kepada seseorang yang entah sejak kapan ada di depannya sambil menatapnya datar. Dengan malas, Alexa memalingkan wajahnya dari cowok itu sambil melihat teman-teman sekelasnya yang ternyata sedang melihat ke arahnya sambil menunggu kelanjutan apa yang akan terjadi di antara dirinya dengan Yaron.

“Ada apa?” Alexa mengawali percakapan dengan terpaksa karena dari tadi Yaron hanya menatapnya sedangkan dari tadi Alexa sudah menahan kupingnya yang panas akibat bisikan teman sekelasnya.

Yaron hanya diam saja sambil terus menatap ke arah Alexa, “Naz, mau ikut gak?” tanya Alexa mengalihkan pembicaraan.

Nazwa terlihat memberi kode kepada Alexa dengan menunjuk ke arah Yaron seakan bertanya Yaron gimana. Sedangkan Alexa hanya membalas dengan wajah yang bodo amat. “Mau ikut gak? Yaudah!”

Belum sempat Alexa melangkahkan kakinya untuk keluar dari kelas yang begitu gerah karena bisikan-bisikan tentang dirinya yang menggema, tangan Yaron sudah berada dan mengisi kekosongan setiap celah jari Alexa. Nazwa yang ingin mengikuti Alexa pun mengurungkan niatnya saat melihat kejadian itu dan memutuskan untuk duduk kembali.

Alexa melihat ke arah tangannya yang sudah tidak kosong lagi lalu melihat ke arah Yaron dan terakhir melihat ke setiap sudut kelas yang hening dan sedang menatap ke arahnya dengan serius. “Mau kemana?” tanya Yaron.

“Kantin,” jawab Alexa singkat.

Yaron menganggukan kepalanya pelan, “Ayo.”

Sepanjang jalan, Yaron tidak pernah melepaskan genggaman tangannya yang membuat Alexa risih dan berusaha untuk melepaskannya, tapi tidak bisa. Baru kali ini, Alexa berhadapan dengan cowok yang seperti Yaron dan hati maupun perasaannya pun tidak ada hasrat atau bahkan keinginan untuk mengikuti alur permainan yang sedang Yaron rencanakan.

Setelah sampai di kantin, Alexa membulatkan matanya saat melihat ada Nori yang sedang duduk dan kini melihat ke arah mereka berdua dengan sendu, Alexa langsung melihat tangan yang masih digenggam Yaron dan berusaha untuk melepaskan dengan sekuat tenaga. Tapi tetap saja nihil.

“Ron, lepasin gak!” ancam Alexa sambil sedikit berbisik.

Yaron hanya diam saja bahkan wajahnya yang tampan itu hanya tersenyum kecil ke arah Alexa sambil menggeser kursi dengan tangan sebelahnya untuk menyuruh Alexa duduk. Alexa hanya bisa diam saja diperlakukan Yaron seperti ini, sambil terus melihat ke arah Nori yang daritadi sedang melihat ke arahnya. Kini, Alexa sangat frustasi bagaimana mungkin ia akan mengikuti permainan Yaron sedangkan hati Alexa saja kasian melihat Nori. Tapi kalau Alexa bersikap bodo amat dan diam saja seperti ini Yaron akan semakin melunjak.

Alexa langsung berdiri saat melihat Nori akan meninggalkan kantin, “Mau kemana?” tanya Yaron.

“Toilet,” jawab Alexa simple langsung meninggalkan Yaron dan mengejar Nori.

“Norii tunggu,” teriak Alexa yang membuat Nori melihat ke arah belakang dan langsung menghentikan langkahnya.

Nori melihat ke arah Alexa sambil tersenyum manis, “Gak usah dijelasin, Xa. Aku juga gak tahu kenapa Yaron jadi berubah gitu.”

“Tapi tetap aja Ri, ini gak beres. Aku tahu hati kamu pasti sakit lihat aku dekat sama Yaron. Dan aku juga gak bisa terus-terusan diam, makanya nanti jangan aneh kalau aku berinteraksi sama Yaron seakan-akan aku juga cinta sama dia.”

Nori tersenyum, “Alexa, aku sama Yaron udah gak ada hubungan apa-apa lagi. Jadi, gakpapa. Serius ... mau kamu cinta ataupun gak sama Yaron. itu bukan urusan aku.”

Hati Alexa sangat sakit saat Nori berkata seperti itu, dari banyaknya cemoohan yang dilontarkan para cewek yang ia ganggu hubungannya bahkan rasa sakit sebuah tamparan saja tidak ada apa-apanya saat mendengar kalimat Nori. “Aku gak cinta sama Yaron, Nori.”

“Ya terus? Udah Xa, aku cape. Plis jangan ganggu aku lagi apalagi menyakutpautkannya sama Yaron. Dia udah milik kamu sekarang, jangan naif. Semua orang juga udah tahu, gimana kamu.”

Alexa melihat kepergian Nori dengan menahan marahnya, bahkan sekarang Nori juga udah kehasut dan percaya bahwa dialah dalang dari semua ini. Harus berapa kali Alexa bilang bahwa dia gak ada hubungannya sama sekali dengan putusnya hubungan Nori sama Yaron. Bahkan dia tidak pernah sama sekali ada niatan untuk mendekati Yaron.

“Aaaaaa!” teriak Alexa frustasi.

Alexa langsung pergi meninggalkan sekolah dan itu artinya dia akan bolos hari ini. Dengan masih menggunakan seragam bahkan tidak mempedulikan Yaron yang sedang menunggunya di kantin.

Alexa pergi ke taman dan duduk di bangku yang kosong. Karena amarahnya masih menguasai tubuhnya, Alexa mencoba untuk berdiri dan meleparkan batu ke danau. Saat Alexa akan membawa sebuah batu lagi, dia melihat ada seseorang yang sedang berdiri di depannya. “Irvin,” panggil Alexa berdiri dan melihat ke orang itu dengan tersenyum.

“Ngapain disini?” tanya Alexa tidak percaya, ternyata yang ada didepannya sekarang adalah Yaron.

“Aku yang harusnya nanya, ngapain kamu disini? Balik ke sekolah,” perintah Yaron dengan wajah yang datar.

“Suka-suka aku dong, kenapa sih ribet banget ngurusin hidup orang.”

“Jangan keras kepala. Ayoo.” Yaron langsung menarik tangan Alexa dan membawanya menjauh dari taman.

“Naik,” perintah Yaron lagi untuk membuat Alexa naik ke motornya.

“Aku ada mobil ngapain harus naik motor.” Alexa yang sudah siap-siap untuk melangkahkan kakinya untuk menjauh dari Yaron langsung ditarik tangannya sama Yaron yang membuat Alexa kaget dan membuatnya memeluk dan mencium pipi Yaron dengan tidak sengaja.

Sesaat semuanya hening, hanya mata Alexa dan Yaron yang beradu dan saling menyapa. “Yaron!” teriak Alexa sambil melepaskan pelukannya.

“Mau kamu apa sih?!”

“Simple, aku mau kamu naik motor aku sekarang.”

“Mobil aku gimana? Mikir gak?”

“Di kuncikan mobilnya?” tanya Yaron yang langsung dijawab anggukan oleh Alexa.

“Yaudah ngapain harus ribet sih,” lanjut Yaron lagi.

Alexa menatap dan menaiki motor Yaron dengan malas. “Pegangan.”

“Udah,” jawab Alexa tapi tidak sesuai dengan yang Yaron mau karena dia sekarang memegang belakang joknya.

Yaron yang melihat itu langsung menarik secara paksa tangan Alexa dan langsung melingkarkan tangan Alexa diperutnya, tidak lupa tangan sebelah kirinya mengunci kedua tangan Alexa agar tidak lepas dan supaya bisa terus memeluknya.

“Apa-apaan sih! Modus.” Ucapan Alexa tidak didengar sama sekali oleh Yaron, dia langsung memajukan motornya tanpa mempedulikan wajah Alexa yang kusut dan hatinya yang dari tadi menggerutu dan menyumpah sirampahi cowok yang ada didepannya itu.

Sesampainya di sekolah, Alexa hanya diam saja bahkan dia sama sekali tidak sadar bahwa tangan Yaron dari tadi sudah lepas dari kedua tangan yang melingkar di pingang Yaron. “Turun.”

Perkataan Yaron menghentikan lamunan Alexa, “Turun-turun, mau turun gimana kalau tang—“ Alexa langsung menghentikan ucapannya saat sadar kedua tangan Yaron sedang memegang motor, dan itu artinya dia dari tadi memeluk Yaron dengan sukarela.

 “Sorry.” Alexa turun dari motor Yaron sambil wajahnya memerah bahkan dia sudah merasakan sensasi panas di sekitar wajahnya karena malu.

“Kemana?” Untuk kesekian kalinya saat Alexa melangkahkan kakinya menjauh dari Yaron pasti saja ditahan tapi sekarang bukan lewat tangan melainkan ucapan.

“Ke hati kamu, ya ke kelaslah,” jawab Alexa malas.

“Tunggu.” Yaron melepas terlebih dahulu helmnya dan turun dari motor untuk mendekati Alexa.

“Bisa gak sih—“

“Gak bisa,” potong Yaron yang membuat Alexa diam dan tidak jadi menggerutu.

“Jangan nyuruh aku untuk jauh dari kamu,” lanjut Yaron.

Alexa langsung duduk di bangkunya setelah ia meninggalkan Yaron tanpa aba-aba karena langsung masuk ke dalam kelas bahkan ia tidak melihat ke arah Yaron lagi karena malas.

“Darimana aja?” tanya Nazwa saat melihat Yaron yang baru saja pergi.

“Taman,” jawab Alexa simple.

“Sama Yaron?”

Alexa menggelengkan kepalanya, “Kenapa sih kalau di dekat Yaron bawaannya sensi mulu bahkan sedikitpun aku gak mau ikutin permainannya.”

“Padahal aku tahu, satu-satunya cara untuk terlepas ya ikutin permainnya, bersikap manis, so cantik, terus manja. Tapi aku gak bisa bahkan kayak jijik aja kalau bersikap gitu sama dia,” sambungnya.

“Coba deh, Xa. Kamu ngobrol secara empat mata sama dia, terus tanya apa yang dia rencanain. Terus kamu ngomong, kamu gak tertarik buat ikutin permainannya. Cari cewek lain aja.”

Alexa menghebuskan nafasnya kasar lalu menyadarkan kepalanya untuk melihat ke atas dan memejamkan mata untuk menjernihkan pikirannya. Semenjak dia ada masalah sama Yaron, seleranya untuk menghancurkan hubungan orang jadi kacau bahkan tidak pernah kepikiran sama sekali, karena menurut Alexa permasalahan sama Yaron membuatnya mumet dan pusing sehingga ia tidak mempunyai waktu untuk mengurus hal yang lain.

Setelah pulang sekolah, Alexa tidak pernah membuka mulutnya bahkan saat Yaron menyuruhnya  untuk naik ke motor Alexa hanya menggangguk tanpa berkata apa-apa. Bahkan saat Yaron menyuruhnya untuk pegangan pun, Alexa langsung nurut dengan wajah yang datar.

“Kamu kenapa, Xa?” tanya Yaron saat sudah duduk di taman karena bingung Alexa daritadi hanya diam saja.

“Alexa ngomong dong, kamu sakit?” Nada bicara Yaron menjadi khawatir sambil menyentuh kening Alexa.

Alexa hanya menjawab dengan gelengan kepala, sungguh ini titik dimana Alexa merasa sangat cape dengan segala masalahnya. Apalagi semakin hari, citranya semakin parah saja dimata orang-orang semenjak masalahnya dengan Yaron.

“Xa ... Alexaaa.”

“Apa?” jawab Alexa dengan lemah.

“Ron, aku gak mau ikut dalam permainan kamu, apapun itu alasannya,” sambung Alexa sambil menatap ke arah Yaron.

“Ngomong apa sih, Xa. Permainan apa?”

“Aku tahu kamu cowok baik-baik, Ron. Apa yang buat kamu jadi gini?”

“Cinta,” jawab Yaron singkat.

“Karena cinta, aku jadi gini,” sambung Yaron dengan tekanan.

Alexa mengerutkan keningnya. “Cinta? Cinta apa?”

“Apa susahnya, Xa. Kamu memperlakukan aku kayak cowok yang lain. Bersikap manis walaupun cuma permainan, seakan-akan kamu cinta sama cowok itu padahal biasa aja.”

“Kamu mau diperlakuin kayak gitu?” tanya Alexa tidak percaya.

“Tapi sayangnya aku gak mau, lihat wajah kamu aja aku muak. Bagaimana mungkin aku bersikap kayak gitu sama kamu sedangkan kamu sendiri yang udah buat mood aku hancur dan status aku jadi pho di sekolah makin ribet. Apa harus aku perjelas lagi itu semua karena ulah kamu. Dan kamu harus tahu Yaron Yutaka, aku benci sama kamu. Kamu gak seharusnya ada di cerita hidup aku. Jadi, jangan pernah tunjukin muka kamu lagi.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status