Tubuh Channa Argus terpental ke belakang, pada saat yang bersamaan Anaxtra melompat dengan cepat dan menerjang lalu memotong bagian leher tubuh Channa Argus menjadi dua bagian. Kepala dan tubuh Channa Argus terpisah.
Peter yang sudah bersiap pada posisi semula pun menukik di atas Beta dan menembakan sinar laser dari sayap Beta kearah bagian bawah kepala Channa Argus. Kepala itu terpental menjauhi tubuhnya yang masih menggeliat dengan ekornya yang masih meliuk-liuk.
Peter mendarat mendekati Anaxtra.
"Apakah makhluk itu sudah mati ?"
Anaxtra menggeleng.
"Channa Argus adalah ikan yang unik, dia memiliki kemampuan bernafas di darat, meskipun kepalanya terpotong, tubuhnya masih akan bertahan selama beberapa hari"
"Apa yang harus kita lakukan?" Tanya Peter lagi.
Anaxtra memasukan kembali pedang dan panah laser di tangan kirinya. "Meskipun tubuhnya masih hidup,namun dia sudah tidak berbahaya, kita hanya perlu menjauhi saja".
Kat
"Ngomong-ngomong, kalian dari mana, sepertinya kalian bukan warga Sludge City?" tanya Rudi kemudian. Anaxtra, Peter dan Lilia saling berpandangan. "Sludge City? Apakah itu sebuah kota?" tanya Lilia penasaran. Sekarang giliran Rudi, Evan dan Riris yang merasa heran. "Maaf, kami memang baru menjelajahi daerah ini, kami berasal dari sebuah lembah yang jauh dari sini," kata Anaxtra menjelaskan. Rudi mengangguk "Pantas kalian seperti asing mendengar Sludge City, sejujurnya aku juga heran, karena aku tidak menyangka ada manusia lain yang hidup di luar Sludge City," kata Rudi. Peter terbahak, "Sama sepertimu, Pak tua! kami juga mengira tidak ada lagi manusia di luar lembah tempat kami tinggal." Kemudian mereka semua tertawa bersama. Rudi menghela nafas, "Bumi ini semakin tua, setelah bencana yang terus menerus, yang kami tahu tidak ada kehidupan selain di dalam Sludge City, setidaknya itu yang diceritakan para orang tu
Evan mengemudikan pesawatnya menuju Sludge City, sementara Rudi duduk di sebelahnya sebagai navigator. Di baris kedua Anaxtra bersebelahan dengan Peter, sementara Lilia dan Riris di deretan bangku paling belakang. "Ceritakan padaku tentang Sludge City, Ris!" kata Lilia dengan antusias. Riris menarik nafas, "Sebenarnya bukan kota yang bagus, cuma bangunan-bangunan di atas lumpur yang mengering dan tandus dengan hawa yang panas dan oksigen yang minim." "Sebenarnya sejak lama aku dan keluargaku ingin mencari tempat yang lebih layak,karna aku yakin ada suatu tempat yang lebih baik dibanding Sludge City, entah itu dimana, namun sampai saat ini kami belum menemukan tempat itu." Rudi yang mendengarkan ucapan anaknya tak bisa untuk tak berkata. "Tapi bagaimanapun Sludge City tempat kelahiran kita, keluarga kita secara turun menurun sudah tinggal lama di dalamnya." "Selain itu, ancaman monster Snakehead juga mengintai kita setiap saat di luar s
"pip...pip...pip, pip...pip...pip" Suara alarm mobil tiba-tiba berbunyi. "Ada apa, Evan?" tanya Rudi yang terkejut. Evan menutup tampilan peta dan menggantinya dengan tampilan radar. "Ada 5 pesawat patroli Sludge City menuju ke arah sini, Paman," jawab Evan. Anaxtra dan Peter saling berpandangan. "Masih berapa jauh jarak mereka" tanya Rudi kemudian. "Sekitar 100 kilometer" jawab Evan. Rudi menoleh ke arah Peter dan Anaxtra "Kalian bersembunyilah ke belakang bersama Lilia, biarkan Riris berpindah ke tengah. Untuk mengantisipasi mesin pemindaian, sebaiknya kalian semua berbaring di atas lantai mobil." "Riris, tutupi mereka dengan lapisan anti pemindahan." Tanpa banyak berkata, mereka segera melakukan seperti apa yang diinstruksikan Rudi. Pada umumnya, pesawat patroli Sludge City memiliki alat pemindaian yang bisa mendeteksi keberadaan manusia atau benda lain. Hampir sama dengan yang dimilik
Sludge City adalah kota yang dibangun di atas semburan lumpur yang mengering. Tata ruang kota ini hanya sebuah kawasan yang berbentuk melingkar seperti stadiun olah raga.Penduduk biasa menempati bangunan-bangunan yang melingkari bangunan utama. Sedangkan bangunan utama terletak di tengah-tengah area, jika dilihat dengan seksama, bentuk bangunan utama seperti sebuah kepiting raksasa yang berdiri kokoh.Hanya ada satu jalan utama yang berfungsi sebagai pembatas antara warga biasa dan kompleks pemerintahan. Sementara untuk pintu masuk ke Sludge City hanya ada satu gerbang yang dijaga ketat oleh petugas. Meskipun pada dasarnya alat transportasi mereka adalah kendaraan terbang, namun setiap keluar ataupun masuk harus melewati gerbang penjagaan untuk melakukan pendaftaran dan ijin keluar. Kecuali petugas patroli yang diterbangkan langsung dari hanggar kerajaan.Sedangkan untuk warga biasa, mereka hanya diijinkan memiliki mobil terbang yang harus melewati gerbang penj
Setelah melewati beberapa blok di dalam kota, mobil mereka masuk ke sebuah bangunan yang menjadi rumah Rudi. Rumah ini tidak memiliki teras, mobil langsung masuk ke dalam bangunan lantai satu yang berfungsi sebagai garasi. Setelah turun dari mobil, mereka segera naik ke lantai dua yang lebih mirip dengan ruang keluarga. Di sisi pertama tersusun kursi-kursi dan meja, sementara di sisi lainnya yang hanya diberi sekat transparan merupakan sebuah dapur. Ada juga sofa yang menghadap ke dinding dengan monitor besar yang tertempel di tembok.. "Kalian bersantailah sejenak, sementara Riris dan Evan akan menyiapkan kamar untuk kalian beristirahat," kata Rudi sambil berjalan ke arah dapur untuk mengambil minuman. "Evan, kau bereskan kamar kosong di atas sana untuk Peter dan Anaxtra, sementara Riris, kau akan berbagi kamar dengan Lilia." Tanpa berkata, keduanya langsung naik ke lantai tiga untuk merapikan kamar buat Anaxtra dan teman-temannya.
Rudi tidak menyangka Anaxtra akan menanyakan tentang perburuannya di luar sana. "Kami menerima pasokan makanan dari kerajaan tidaklah gratis, mana ada toko yang akan memberimu makan secara cuma-cuma? Tentu saja harus ada alat tukar untuk mendapatkannya." "Kebanyakan masyarakat di sini bekerja di penambangan milik kerajaan untuk mendapatkan gaji yang dimasukan ke rekening mereka secara otomatis, dengan gaji itu mereka bisa membeli semua keperluan mereka." "Sedangkan aku, secara turun temurun keluargaku berburu keluar Sludge City untuk mendapatkan sesuatu yang bisa ditukar dan dimasukan ke rekeningku." "Semua data penduduk Sludge City terintegrasi dalam satu chip yang ditanamkan pada tubuh kami sebagai identitas, ketika kau menerima gaji, semuanya masuk dalam akunmu, begitupun ketika kau membeli sesuatu, kasir hanya perlu memindai tubuhmu. Mesin akan secara otomatis mengenalimu dan mengambil bayaran langsung dari rekeningmu." Anaxtra mengangguk
Peter merebahkan tubuhnya di atas kasur busa dengan terlentang, sementara Anaxtra berdiri disamping cendela yang menghadap langsung ke bangunan tinggi menjulang di hadapannya."Peter, apakah papan selancar kita masih di dalam mobil yang di bawa Evan?" Tanya anaxtra yang masih fokus menatap pemandangan di depannya."Tidak, tadi aku menurunkannya dan menaruhnya di lantai bawah" jawab Peter yang acuh."Apakah ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu, Anaxtra.? ""Tidak ada" jawab Anaxtra berusaha menutupi kegelisahannya."Maksudku aku belum yakin" jawabnya lagi meralat ucapan sebelumnya."Bagaimanapun kita baru mengenal mereka, dan negeri ini sangat asing, tidak ada salahnya kita sedikit waspada untuk menghindari kemungkinan terburuk yang bisa saja akan menimpa kita".Peter bangun dari posisi tidurnya dan duduk di tepi sofa."Lalu apa rencanamu ?" Tanya Peter kemudian.Anaxtra menghela nafas, lalu dia berjalan memdekati Peter
Anaxtra dan Peter saling berpandangan. "Apakah kau yakin tidak akan ada masalah, Ris ?" Tanya Anaxtra kemudian. "Aku bisa menjaminnya" jawab Riris yakin. Anaxtra menghela nafas, "Baiklah jika kau yakin, kami akan itu bersama kalian" Lilia semakin kegirangan "Tapi kau harus tetap menjaga sikapmu, Lilia" kata Peter mengingatkan. "Tenang saja, Peter. Aku tak akan menyusahkanmu" jawab Lilia dengan nada ringan. Tanpa harus melakukan persiapan apapun,keempat orang itu turun dari lantai 3 menuju ke garasi yang ada di lantai dasar. Riris masuk ke dalam City Car yang terparkir di garasi diikuti oleh Anaxtra, Peter dan Lilia. Pintu garasi terbuka dengan otomatis begitu mesin mobil dihidupkan, Anaxtra sempat melirik ke arah rak besar tempat Alpa, Beta dan Charli di letakkan. Anaxtra bisa bernafas lega melihat ketiga Papan selancarnya tersimpan dengan aman. Mobil itupun segera meluncur meninggalkan garasi menuju ke ba