"pip...pip...pip, pip...pip...pip"
Suara alarm mobil tiba-tiba berbunyi.
"Ada apa, Evan?" tanya Rudi yang terkejut.
Evan menutup tampilan peta dan menggantinya dengan tampilan radar.
"Ada 5 pesawat patroli Sludge City menuju ke arah sini, Paman," jawab Evan.
Anaxtra dan Peter saling berpandangan.
"Masih berapa jauh jarak mereka" tanya Rudi kemudian.
"Sekitar 100 kilometer" jawab Evan.
Rudi menoleh ke arah Peter dan Anaxtra
"Kalian bersembunyilah ke belakang bersama Lilia, biarkan Riris berpindah ke tengah. Untuk mengantisipasi mesin pemindaian, sebaiknya kalian semua berbaring di atas lantai mobil."
"Riris, tutupi mereka dengan lapisan anti pemindahan."
Tanpa banyak berkata, mereka segera melakukan seperti apa yang diinstruksikan Rudi.
Pada umumnya, pesawat patroli Sludge City memiliki alat pemindaian yang bisa mendeteksi keberadaan manusia atau benda lain. Hampir sama dengan yang dimilik
Sludge City adalah kota yang dibangun di atas semburan lumpur yang mengering. Tata ruang kota ini hanya sebuah kawasan yang berbentuk melingkar seperti stadiun olah raga.Penduduk biasa menempati bangunan-bangunan yang melingkari bangunan utama. Sedangkan bangunan utama terletak di tengah-tengah area, jika dilihat dengan seksama, bentuk bangunan utama seperti sebuah kepiting raksasa yang berdiri kokoh.Hanya ada satu jalan utama yang berfungsi sebagai pembatas antara warga biasa dan kompleks pemerintahan. Sementara untuk pintu masuk ke Sludge City hanya ada satu gerbang yang dijaga ketat oleh petugas. Meskipun pada dasarnya alat transportasi mereka adalah kendaraan terbang, namun setiap keluar ataupun masuk harus melewati gerbang penjagaan untuk melakukan pendaftaran dan ijin keluar. Kecuali petugas patroli yang diterbangkan langsung dari hanggar kerajaan.Sedangkan untuk warga biasa, mereka hanya diijinkan memiliki mobil terbang yang harus melewati gerbang penj
Setelah melewati beberapa blok di dalam kota, mobil mereka masuk ke sebuah bangunan yang menjadi rumah Rudi. Rumah ini tidak memiliki teras, mobil langsung masuk ke dalam bangunan lantai satu yang berfungsi sebagai garasi. Setelah turun dari mobil, mereka segera naik ke lantai dua yang lebih mirip dengan ruang keluarga. Di sisi pertama tersusun kursi-kursi dan meja, sementara di sisi lainnya yang hanya diberi sekat transparan merupakan sebuah dapur. Ada juga sofa yang menghadap ke dinding dengan monitor besar yang tertempel di tembok.. "Kalian bersantailah sejenak, sementara Riris dan Evan akan menyiapkan kamar untuk kalian beristirahat," kata Rudi sambil berjalan ke arah dapur untuk mengambil minuman. "Evan, kau bereskan kamar kosong di atas sana untuk Peter dan Anaxtra, sementara Riris, kau akan berbagi kamar dengan Lilia." Tanpa berkata, keduanya langsung naik ke lantai tiga untuk merapikan kamar buat Anaxtra dan teman-temannya.
Rudi tidak menyangka Anaxtra akan menanyakan tentang perburuannya di luar sana. "Kami menerima pasokan makanan dari kerajaan tidaklah gratis, mana ada toko yang akan memberimu makan secara cuma-cuma? Tentu saja harus ada alat tukar untuk mendapatkannya." "Kebanyakan masyarakat di sini bekerja di penambangan milik kerajaan untuk mendapatkan gaji yang dimasukan ke rekening mereka secara otomatis, dengan gaji itu mereka bisa membeli semua keperluan mereka." "Sedangkan aku, secara turun temurun keluargaku berburu keluar Sludge City untuk mendapatkan sesuatu yang bisa ditukar dan dimasukan ke rekeningku." "Semua data penduduk Sludge City terintegrasi dalam satu chip yang ditanamkan pada tubuh kami sebagai identitas, ketika kau menerima gaji, semuanya masuk dalam akunmu, begitupun ketika kau membeli sesuatu, kasir hanya perlu memindai tubuhmu. Mesin akan secara otomatis mengenalimu dan mengambil bayaran langsung dari rekeningmu." Anaxtra mengangguk
Peter merebahkan tubuhnya di atas kasur busa dengan terlentang, sementara Anaxtra berdiri disamping cendela yang menghadap langsung ke bangunan tinggi menjulang di hadapannya."Peter, apakah papan selancar kita masih di dalam mobil yang di bawa Evan?" Tanya anaxtra yang masih fokus menatap pemandangan di depannya."Tidak, tadi aku menurunkannya dan menaruhnya di lantai bawah" jawab Peter yang acuh."Apakah ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu, Anaxtra.? ""Tidak ada" jawab Anaxtra berusaha menutupi kegelisahannya."Maksudku aku belum yakin" jawabnya lagi meralat ucapan sebelumnya."Bagaimanapun kita baru mengenal mereka, dan negeri ini sangat asing, tidak ada salahnya kita sedikit waspada untuk menghindari kemungkinan terburuk yang bisa saja akan menimpa kita".Peter bangun dari posisi tidurnya dan duduk di tepi sofa."Lalu apa rencanamu ?" Tanya Peter kemudian.Anaxtra menghela nafas, lalu dia berjalan memdekati Peter
Anaxtra dan Peter saling berpandangan. "Apakah kau yakin tidak akan ada masalah, Ris ?" Tanya Anaxtra kemudian. "Aku bisa menjaminnya" jawab Riris yakin. Anaxtra menghela nafas, "Baiklah jika kau yakin, kami akan itu bersama kalian" Lilia semakin kegirangan "Tapi kau harus tetap menjaga sikapmu, Lilia" kata Peter mengingatkan. "Tenang saja, Peter. Aku tak akan menyusahkanmu" jawab Lilia dengan nada ringan. Tanpa harus melakukan persiapan apapun,keempat orang itu turun dari lantai 3 menuju ke garasi yang ada di lantai dasar. Riris masuk ke dalam City Car yang terparkir di garasi diikuti oleh Anaxtra, Peter dan Lilia. Pintu garasi terbuka dengan otomatis begitu mesin mobil dihidupkan, Anaxtra sempat melirik ke arah rak besar tempat Alpa, Beta dan Charli di letakkan. Anaxtra bisa bernafas lega melihat ketiga Papan selancarnya tersimpan dengan aman. Mobil itupun segera meluncur meninggalkan garasi menuju ke ba
"manusia macam apa mereka, kenapa tidak menyukai tempat semacam ini" gerutu lelaki itu."Padahal kalau dari mukanya, sepertinya usia mereka bukan anak-anak lagi, aku yakin usia mereka juga seumuran kita""Hus.." Riris menepuk pundak lelaki itu, lalu dia berkata kepada Lilia,Anaxtra dan Peter."Kalian tak perlu mengambil hati ucapannya, Tomi memang orangnya seperti ini, agak kurang kurang sedikit""kalian tak perlu menyebutkan nama, paling sebentar lagi dia juga tak ingat kalian".Anaxtra bisa mengerti maksud kalimat Riris yang terakhir, dia sengaja memberi kode agar mereka tidak menyebutkan nama. Sebelum mendapatkan identitas, Anaxtra dan kawan-kawannya tidak bisa menyebutkan dengan sembarangan siapa namanya.Informasi identitas penduduk Sludge City sangatlah terbuka, siapapun bisa mencari informasi nama seseorang hanya denganenyebutkan namanya di mesin pencarian. Setelah itu system akan memberikan informasi umum seputar identitas nama orang
"yang paling penting, rumornya Juan sudah dijodohkan dengan Sabrina""Sabrina? Sepertinya aku pernah mendengar nama itu" kata Anaxtra tiba-tiba sambil mengernyitkan keningnya."Sabrina adalah Putri dari Lord Zack, penguasa Sludge City, kita pernah bertemu dengannya saat pulang menuju Sludge City, hanya saja kita tak melihatnya karena dia tidak membuka pintu pesawatnya, dan kalian juga masih bersembunyi di dalam mobil.""Maksudmu dia di antara petugas patroli yang mencegat kita?"Riris hanya mengangguk membenarkan tebakan Anaxtra.Sabrina adalah Putri dari Lord Zack, penguasa Sludge City, kita pernah bertemu dengannya saat pulang menuju Sludge City, hanya saja kita tak melihatnya karena dia tidak membuka pintu pesawatnya, dan kalian juga masih bersembunyi di dalam mobil.""Maksudmu dia di antara petugas patroli yang mencegat kita?"Riris hanya mengangguk membenarkan tebakan Anaxtra."Kota yang unik" gumam Anaxtra. Kemudian merek
Roni dan Rani meluncur dengan cepat tanpa ada hambatan, sementara Rey yang masih terjungkal tak mampu menghindar ketika Toto dengan sengaja menabrakan mobilnya. Rey pun segera terbakar di dalam mobilnya yang meledak.Melihat situasi Rey, Juan segera menaikan mobilnya dan melesat di ketinggian menyusul Rani dan Roni.Toto tidak mau menyerah, dia kini beralih mengikuti Juan, membuat gerakan yang mengganggu laju mobil Juan.Titik Fate pertama berada tak jauh di depan, Roni dan Rani berhasil mengambil item senjata, sementara Toto dan Juan hanya mendapatkan item pertahanan.Kejadian berikutnya Roni dan Rani melakukan manuver dan berbelok memutar kebelakang hingga posisi Juan dan Toto berbalik berada di depan. Detik selanjutnya, Roni dan Rani menembakan laser ke arah mobil Juan.Menyadari mobilnya sedang diserang, Juan segera mengaktifkan perisai yang melindungi mobilnya dari tembakan lawan. Namun masalah lain adalah mobil Toto terus mengikutinya seakan