“Apa maksud kamu dengan ini?” Tanya Reynald setelah membaca beberapa berkas yang di berikan oleh Clara.
“Kamu sudah baca kan? Itu surat perjanjian kita tentang pernikahan palsu kita.” Kata Clara dengan santainya.
“Sial!! walau aku terpaksa menikahimu, tapi aku tak pernah berfikir pernikahan kita main-main.” Jawab Reynald penuh penekanan.
“Terus... Kamu ingin kita menikah selamanya dan hidup bahagia seperti di negeri dongeng gitu? Hello... Rey.. Kamu mabuk?”
“Cla... Aku bukan orang yang bisa dengan mudah mempermainkan sebuah komitmen seperti pernikahan. Apa kata orang tuaku nanti saat tau aku menceraikanmu setelah dua tahun menikah?”
“Ya bilang saja kita nggak cocok.” Jawab Clara dengan enteng.
Reynald menghela nafas panjang. Astaga.. Dari mana datangnya wanita menyebalkan seperti Clara ini?
“Dan satu lagi. Tidak akan pernah ada hubungan badan antara kita, oke? Aku nggak suka di sentuh oleh orang selain orang yang kukehendaki.” Clara berkata penuh dengan keangkuhannya.
“Bagaimana jika suatu saat kamu yang ingin kusentuh?”
“Kamu mimpi? Hahhaha” Clara tertawa Lebar.
‘Aku bersumpah akan menundukkan kesombonganmu itu dengan cinta.’ Gumam Reynald dalam hati. Cinta?? Tunggu dulu, kenapa dirinya berbicara cinta ketika memikirkan wanita sialan ini??? Sial..!!
***
Reynald nampak gugup ketika bertemu dengan Aryo Wibowo, Ayah Clara. Reynald mengira jika Clara adalah keturunan orang luar mengingat panggilan Clara terhadap ayah dan ibunya, tapi ternyata Clara Asli orang Indo bahkan masih sedikit memiliki keturunan ningrat.
Beberapa kali Reynald bertemu dengan Om Aryo saat memiliki proyek kerja sama. Namun tentu saja kali ini sedikit berbeda karena saat ini dirinya bertemu dengan Om Aryo sebagai seorang yang akan menikahi puteri semata wayangnya.
“Wahh jadi nak Reynald yang akan menikahi Clara ya?” Tanya Om Aryo pada Reynald.
“Tentu saja Dad.. Clara sama Rey sudah pacaran lama.” Kata Clara yang saat ini tanpa sugkan lagi bergelayut mesra di lengan Reynald. Sedangkan Reynald sendiri sibuk menenangkan pikirannya dan sesuatu yang akan meledak dalam dirinya.
“Jadi nak Reynald, kapan orang tua nak Reynald datang kemari?”
“Emm.. Mama kebetulan masih sakit Om. Jadi sementara ini saya sendiri yang akan melamar Clara secara langsung.”
Mendengar perkataan Reynald, entah kenapa tubuh Clara seakan menegang. ‘Saya sendiri yang akan melamar Clara secara langsung’ perkataan Reynald itu entah kenapa seakan-akan menegaskan jika Reynald sungguh-sugguh ingin menikahi Clara.
“Baiklah Nak Reynald, tapi saya ingin kalan menikah dalam jangka waktu satu bulan ini.”
“Apa?? Dad.. Kenapa secepat itu??”
“Kamu tunggu apa lagi Cla?? Kamua mau kalau Daddy memaksamu untuk...”
“Baiklah Om..” Potong Reynald kemudian. “Saya akan menikahi Clara dalam jangka waktu satu bulan.” Kata Reynald dengan tegas membuat Clara membulatkan mata ke arahnya.
Ya.. Apa lagi yang harus di tunggu. Kisah cintanya dengan Dina sudah kandas, tak ada lagi cinta yang ia miliki, belum lagi tanggung jawab akan janjinya untuk menikahi Clara. Reynald adalah lelaki yang penuh dengan tanggung jawab dan perkataan yang dapat di pegang. Mungkin memang Claralah jodohnya. Toh nanti jika jodohnya adalah Dina, Jodoh itu sendirilah yang akan menyatukan mereka kembali.
***
“Kamu gila ya..” Omel Clara pada Reynald yang saat ini sudah di seret Clara ke kamarnya yang kedap suara. “Bagaimana bisa kita menikah dalam jangka waktu satu bulan?”
“Bukankah kamu yang ingin kita segera menikah.?”
“Hello Rey.. Aku ini Model kelas atas. Mana mungkin pernikahanku bisa dilaksanakan dalam jangka waktu satu bulan, Aku butuh persiapan, dan butuh pesta mewah yang Wooww.. kamu ngerti nggak??”
“Aku nggak butuh semua itu.”
“What?? Kamu ini pelit apa gimana sih?”
“Aku hanya butuh istri yang baik.”
‘Jleeebb...’ Entah kenapa perkataan Reynald sedikit membuat Clara salah tingkah.
“Dengar ya Rey.. Memang aku yang memintamu untuk menikahiku, tapi itu semata-mata untuk menghindari permintaan menyebalkan dari orang tuaku. Sisanya, Kamu bukan apa-apa untukku, jadi jangan anggap aku istrimu atau menganggapmu sebagai suamiku.”
Lalu dengan cepat Reynald meremas kedua bahu Clara, mendorongnya hingga jatuh terentang di atas ranjang, memenjarakan kedua tangannya dan tanpa sungkan lagi Reynald menindihnya.
“Heiii Sialan.. apa yang kamu lakukan..??” Clara meronta dibawah tidihan Reynald. Clara tak menyangka jika Renald bisa berubah menjadi lelaki yang kuat dan sedikit mengerikan untuknya. Ya, jujur saja saat ini perasaan Clara adalah takut pada Reynald.
“Dengar Cla.. Aku sangat tidak suka dengan wanita yang menyebalkan seperti kamu apalagi wanita itu adalah calon istriku. Kamu belum kenal siapa aku Cla.. jadi jangan sok menjadi Boss disini.” Kata Reynald penuh dengan penekanan.
“Hahahah kamu pikir aku takut sama ancaman kamu?” Ejek Clara.
“Aku nggak butuh rasa takut kamu, yang aku butuhkan adalah rasa hormatmu pada calon suamimu.”
“Calon.Suami.Bohongan.” Clara Berbicara penuh penekanan di setiap katanya.
“Tidak ada kata ‘Bohongan’ dalam kamusku.” Lalu dengan cepat Reynald menyambar bibir Clara, membungkamnya dengan ciuman penuh gairah, menikamati setiap sudut dari bibir Seksi tersebut. Sialan!! Kenapa seperti ini?? Dirinya tak pernah berciuman segila ini saat dengan Dina, Tapi dengan wanita menyebalkan ini, Reynald seakan bisa hangus terbakar oleh gairah hanya karena berciuman panas. Hawa nafsunya membesar, membara seakan-akan menyalakan api dalam tubuhnya. Sial!!! Rasa apa ini?? Apakah hanya hawa nafsu semata???
-TBC-
Clara merasakan bibir panas itu menyapu habis bibirnya, melumatnya penuh dengan gairah. Clara tak pernah merasakan perasaan seperti saat ini. Perasaan dikuasai oleh seseorang karena biasanya dirinyalah yang menguasai orang-orang di sekitarnya.Clara mencoba meronta, ingin menjauhkan diri dari Reynald, tapi lelaki yang sedang menindihnya kini sangatlah kuat. Clara bahkan tak dapat melakukan apa-apa selain membalas ciuman panas dari Reynald.Ya, Clara akhirnya membalas ciuman itu.. Ciuman yang semula hanya dijadikan sebagai hukuman untuk membungkan mulut cerewetnya, akhirnya kini berubah menjadi ciuman yang sarat akan hawa nafsu. Sesekali Clara bahkan mendengar suara erangan, entah itu darinya atau dari Reynald, Clara sendiri tak tahu. Yang Clara sadari adalah saat ini dirinya sangat menikmati momen ini. Momen dimana dirinya merasakan perasaan aneh yang membuncah dihatinya.***Reynald benar-benar tak sadar dengan apa yang sudah dilakukannya. Mencium
“Jadi Clara seorang Model?” Tanya Allea dengan lembut ke arah Clara yang saat ini duduk di sebelahnya dan sesekali menyuapi Allea dengan masakan Mommynya yang di bawanya tadi.“Iya Ma, kenapa? Mama nggak suka punya menantu Model?”“Tidak, apapun pilihan Rey, Mama pasti setuju kok.”“Bagus deh kalau begitu.”Allea masih mengamati Clara, wanita ini benar-benar terlihat angkuh dalam pandangannya. Clara bahkan tak berhenti mengangkat dagunya, sangat berbeda jauh dengan Dina yang suka menunduk dan malu-malu. Kenapa Reynald bisa bersama dengan wanita ini? Apa Reynald memiliki masalah hingga harus bersama dengan wanita ini?Tak lama Reynald dan Renno masuk ke dalam ruang inap Allea, ya, kedua lelaki tersebut tadi sedang mengurus beberapa urusan luar, meninggalkan Allea hanya berdua dengan Clara.Clara lantas menghampiri Reynald dan berbisik di telinga Reynald.“Sialan!! bagaimana mungkin
Clara terbangun dengan badan yang sangat pegal dan kaku, Bahkan ia mersakan dirinya tak dapat bergerak karena ada seseorang yang sedang memeluknya dari belakang. Memeluk? Clara sontak membuka matanya lebar-lebar, melihat ke arah perutnya yang ternyata benar jika ada seseorang yang sedang melingkarkan lengannya di sana, pelan-pelan Clara menolehkan kepalanya kebelakang, Dan benar saja, ada Reynald yang sudah tidur di belakangnya dan sedang memeluknya. Mereka tidur bersama di Sofa ruang inap mama Reynald yang sedikit lebih kecil untuk di tiduri mereka berdua.Secepat kilat Clara mendorong Reynald hingga Reynald jatuh dari atas sofa dan mengerang kesakitan.“Astaga.. apa yang kamu lakukan?” Reynald sedikit berteriak karena kesal dengan Clara yang membangunkannya dengan cara yang sangat tidak sopan.“Harusnya aku yang tanya, apa yang kamu lakukan, main peluk-peluk, enak saja.” Gerutu Clara tak mau kalah.“Kalian sudah bangun?&rdq
Clara merasakan benar- benar ada yang aneh pada diri Reynald. Dia diam dan cenderung datar, dingin dan Ahh... Clara bahkan tak mengerti apa yang sedang di pikirkan Reynald.“Kamu aneh.” Clara memulai pembicaraan.“Apa maksudmu dengan Aneh?”“Entalah.. Kupikir ada hubungannya dengan pembantu itu.”Reynald mencengkeram erat kemudi mobilnya? Pembantu? Bagaimana mungkin wanita sialan ini menyebut kekasihnya dengan sebutan pembantu? Kekasih? Astaga.. bukankah hubungannya dengan Dina sudah berakhir?“Jangan pernah sebut dia Pembantu.” Ucap Reynald penuh penekanan.“Please deh Rey, kamu benar-benar ada hubungan sama wanita udik itu??”Dan seketika itu juga Reynald menghentikan laju mobilnya. Amarahnya sudah sampai di ubun-ubun, Clara benar-benar keterlaluan, menyebut Dina sebagai pembantu dan juga udik. Dan Reynald tak suka itu, Reynald tak pernah suka jika ada orang yang m
Reynald menggulingkan badannya ke samping dan sedikit heran saat mendapati ranjang di sebelahnya kosong. Ia merasa sedikit kehilangan, ya tentu saja, bukankah tadi malam ia bergelung dengan tubuh Clara semalaman? Tapi dimana wanita itu saat ini? bukankah seharusnya dia masih disini karena sakit??Reynald membuka matanya sedikit demi sedikit, memandang sekeliling kamar Clara. Kamarnya terlihat rapi, tapi penuh dengan barang-barang wanita. Reynald lalu menatap tubuhnya, Ia ternyata masih telanjang dada. Teringat dengan kejadian tadi malam, Astaga.. bagaimana mungkin ia bisa tergoda dengan sosok Clara Adista?Tadi malam….“Sudahlah.. ayo tidur, supaya besok cepat sembuh..” Ucap Reynald masih dengan memeluk Clara.Reynald merasakan Clara memeluknya semakin erat, wajah Clara yang tenggelam di dadanya entah kenapa membuatnya sedikit bergetar. Gesekan-gesekan kulit lembut itu membuat semua y
Saat ini Reynald sedang sibuk memilih-milih warna untuk dekorasi resepsi pernikahan sialannya. Sial!! Benar-benar Sial!! Reynald merasa Clara sedang mengerjainya. Bagaimana mungkin ia saat ini yang sedang di kantor, sibuk mengurus pekerjaannya, lalu tiba-tiba sekertaris pribadinya datang membawa sebuah paket besar berisi album-album dekorasi pernikahan. Lalu tak lama wanita sialan itu meneleponya dan dengan entengnya menyuruh memilihkan sebuah warna untuk dekorasi resepsi pernikahan mereka nanti.Dan bodohnya Reynald menuruti permintaan Sialan Clara tersebut. Siall!!! bisa saja saat ini ia membuang semua album-album tersebut lalu melanjutkan pekerjaannya. Tapi entah kenapa Reynald tak bisa. Akhirnya disinilah saat ini. Reynald duduk di atas kursi kebesarannya, dengan wajah seriusnya Ia memilah-milah Dekorasi yang paling bagus untuk pernikahannya.Tak lama, pintu ruangannya tersebut di buka oleh seseorang. Reynald mendengus kesal, siapa yang berani-berani mengganggu kon
Reynald lalu melepaskan pelukannya, menatap Clara dengan tatapan mendambanya, membuat Clara merona memererah karena ia tak pernah mendapatkan tatapan seperti itu dari seorang lelaki dalam posisi sedekat ini.“Kamu cantik.” Lagi-lagi kata itu yang di ucapkan Reynald sambil semakin mendekatkan diri pada Clara.“Apa yang akan kamu lakukan Rey??”“Aku menginginkanmu.”Dan setelah perkataan Reynald tersebut, Clara tak dapat merasakan apapun karena tubuhnya seakan melayang seiring dengan sentuhan lembut bibir Reynald pada bibirnya.Saling melumat, saling mencecap satu sama lain membuat keduanya terbuai oleh asmara bercampur dengan gairah. Tangan Reynald bahkan sudah bergerilya ke sekujur tubuh Clara, membelainya dengan lembut penuh kasih sayang. Clara bahkan lupa jika lelaki yang sedang mencumbunya kini dalam pengaruh minuan beralkohol.Reynald menendang pintu di belakangnya dengan kakinya hingga pintu tersebut
Terbangun dalam keadaan sesak karena di peluk oleh seseorang dengan badan yang nyaris remuk benar-benar membuat Mood Clara buruk. Belum lagi rasa nyeri dan tidak nyaman di pangkal pahanya membuatnya benar-benar merasa ingin memaki siapapun yang ada di hadapannya saat ini.Secepat kilat ia mendorong jauh tubuh Reynald hingga lelaki itu terbangun.“Apa yang kamu lakukan?” Reynald benar-benar tak mengerti dengan sikap wanita yang tidur di sebelahnya ini. tadi malam wanita ini terlihat begitu menggairahkan namun pagi ini sikap menjengkelkannya kembali terlihat lagi.“Pulang saja sana. Ngapain kamu masih di sini?”Reynald melihat jam di nakas. Masih pukul lima pagi. “Ini masih terlalu pagi.”“Aku nggak peduli.”“Sial!!!” Umpat Reynald sambil melompat berdiri memunguti pakaiannya lalu menuju ke kamar mandi Clara.Clara menghela nafas panjang. Debaran jantungnya jelas