Share

7. Calon Istri

Angelina bangun pukul delapan. Dia mengerjap-ngerjap, lantas mengedarkan pandang ke sekeliling. Awalnya dia pikir Adam akan ada di sana; menyisir rambutnya atau memberikan ucapan selamat pagi untuknya. Namun, sosok pria itu tak ada di sana. Momen tentang adegan pergumulannya bersama Adam mendadak terkenang di dalam kepala wanita itu—menciptakan semburat merah—yang sukses mewarnai kedua pipinya.

Angelina beranjak dari atas tempat tidur dengan segera, tetapi rasa nyeri di antara selangkangannya membuat wanita itu berhenti menggerakkan tubuhnya dan mengaduh dalam nada lirih yang membuatnya juga spontan menggigit bibir. Adam telah menjadi pria pertama yang mengantarkannya menuju satu persepsi baru di pengalaman seksualnya. Dia mengakui pria itu memang luar biasa, sementara sisi lain dirinya mengutuk tindakan bodohnya yang terlena dengan mudah oleh keahlian Adam.

“Selamat pagi, Nona Wilson.”

Suara sapaan itu mengejutkan Angelina. Dia terlonjak, lantas menyambar selimut yang tergeletak di lantai dengan cepat—menggulung benda lembut itu—ke tubuh polosnya. Sepasang matanya melebar setelah berbalik dan menyaksikan sederet pelayan membawakan dua kereta dorong yang berisi aneka sajian.

“Apa itu sarapan untukku?”

“Ya, Nona Wilson. Tuan Ford menyuruh kami untuk mengantarkannya ke kamar Anda sebab Anda bangun terlambat,” sahut salah satu pelayan yang usianya tergolong paruh baya.

“A-apa Tuan Ford menungguku tadi?”

“Tidak. Tuan Ford memang meminta kami agar tidak membangunkan Anda.”

“Baiklah. Tolong, letakkan saja di sana.”

“Apa Anda ingin disiapkan sesuatu, Nona Wilson? Apa Anda ingin berendam atau apa pun?”

Angelina seketika menggeleng, “Tidak. Tinggalkan saja aku sendiri.”

Barisan pelayan itu kemudian berbalik dan ingin berlalu pergi, tetapi suara lain datang dari arah luar. Intonasinya tinggi menyerupai lengkingan gusar. Angelina pun mengernyitkan kening; bingung. Para pelayan yang ada di hadapannya beringsut mundur dan figur dalam balutan gaun lilit itu langsung muncul di depan mereka. Wajah Kaukasia-nya yang cantik disesaki emosi. Rahangnya mengetat dan bibirnya yang diulas lipstik burgundi terkatup rapat-rapat. Sepasang mata cokelat almonnya yang simetris menyipit memandang Angelina dengan tatapan benci. Dia melipat kedua tangannya, lantas meludah pada salah satu pelayan.

“Di mana Adam? Mengapa telepon selulernya mati?” tanya wanita asing itu sambil berkacak pinggang.

“Tuan Ford sudah berangkat sejak pukul enam, Nona Montgomery. Apa Anda ing—”

“Diamlah! Aku sedang tidak bertanya padamu,” hardik wanita itu diiringi tautan alisnya yang merapat ke tengah.

Angelina menelan ludahnya dengan susah payah. Sikap wanita itu bahkan jauh lebih buruk daripada Adam. Dia bertanya-tanya apa dia adik atau kakaknya Adam karena tingkah arogan mereka persis sama. Hanya saja si Nona yang disebut-sebut bernama belakang Montgomery itu sangat temperamen. 

“Kau!” bentak wanita berambut pendek sebahu itu—jari telunjuknya terangkat dan kuku stiletto-nya membuat kesan dramatis nan runcing—yang mengarah pada wajah Angelina.

Angelina terperanjat—dia mundur secara otomatis, “A-ada apa?”

“Ada apa? Aku bertanya padamu. Bukankah kau menghabiskan waktu bersamanya tadi malam?”

“Ba-bagaimana kau tahu?”

Wanita itu mengibaskan ujung rambutnya yang ikal, kemudian melipat kedua tangannya di dada. Sorot matanya masih menunjukkan rasa berang yang nyata. Dia berdecih dan memindai sekujur tubuh Angelina, seolah-olah tengah memberi sejumlah penilaian untuk penampilan rival yang ada di depannya sekarang.

“Tentu saja aku tahu itu. Aku Kate Montgomery, kekasih Adam.”

Angelina mengulangi pelafalan nama kekasih Adam itu dalam bentuk gumaman lirih dan membalas, “Um, aku tidak bertemu dengannya tadi pagi.”

Kate mendengus dan memandang Angelina sekali lagi, “Ha. Berapa hargamu? Maksudku, berapa Adam membayarmu?”

Angelina mengembangkan dadanya. Dia menarik napas sebanyak mungkin, berharap air matanya mampu dibendung di hadapan Kate. Pertanyaan itu terasa melecehkan dirinya. Dia hanya korban. Wanita itu dijebak oleh Adam.

“Itu bukan urusanmu, Nona Montgomery.”

“Berani-beraninya kau!” pekik Kate yang mengayun langkahnya mendekati Angelina dan hendak menampar wajahnya.

Angelina sontak memejamkan mata. Namun, pukulan yang dia pikir akan meluncur di salah satu pipinya gagal mendarat. Wanita itu mendesah lega selepas mengetahui ada seorang pria bersetelan jas rapi dengan rentang usia yang seperti dirinya atau lebih sedikit dari itu, menghalangi niat Kate. Entah dari mana, dia tiba-tiba muncul menolongnya. 

“Apa yang kau lakukan, Samuel? Lepaskan aku!” tepis Kate yang mendelik padanya.

“Kau tidak boleh menyakitinya, Kate. Adam tidak akan suka itu.”

“Kau hanya asisten, tetapi berlagak seperti majikan. Berhentilah mencampuri urusanku dengan pelacur itu.”

“Tutup mulutmu! Aku bukan pelacur,” seru Angelina yang kesal pada perilaku Kate.

“Kaulah yang harus belajar menutup mulut!” pekik Kate yang menggertakkan giginya sekarang.

“Mengapa kau selalu berteriak?”

Kate menyentak cengkeraman pria berambut panjang itu, lantas mengacungkan jari telunjuknya lagi ke arah Angelina—bibir tebalnya yang bervolume berkedut-kedut—menahan sensasi amarah yang menjalari dadanya, “Dengar baik-baik, siapa pun namamu. Aku tahu kau memang dibayar untuk melahirkan anak, tetapi kau tidak akan pernah mampu menggeser posisiku sebagai calon istri Adam. Apa kau pikir kau hebat? Aku menghormati keinginan Adam sebab orang tua kami punya relasi bisnis. Hanya itu. Setelah kau hamil dan melahirkan seorang pewaris, aku akan mendepakmu dari kediaman Ford hari itu juga. Kau tidak akan mendapatkan harta Adam sepeser pun.”

Angelina mengepalkan jemarinya—rasa kesal wanita itu mendadak memuncak—mengimpit tenggorokannya, “Kau juga harus mendengarkan aku baik-baik, Nona Montgomery. Aku datang ke wastu yang lebih cocok disebut sebagai penjara ini karena aku tidak punya pilihan. Kekasih sialanmu itu memaksaku untuk menandatangani surat persetujuannya di bawah ancaman demi keselamatan Ayahku. Dia berpura-pura membantu kami melunasi utang-piutang judinya, tetapi dia ternyata justru menjebakku. Jika aku menolaknya, maka pria itu akan membuat satu-satunya orang tua yang kupunya menjadi cacat seumur hidup. Berhentilah berpikir bahwa aku ingin menggantikan posisimu sebagai istrinya. Aku tidak sudi. Apa kau puas sekarang?”

Sungguh, itu merupakan kalimat terpanjang yang pernah Angelina ucapkan pada seseorang. Kate terenyak—membisu—bibirnya berhenti gemetar dan wanita itu hanya melengos menanggapi penjelasan panjang lebar dari Angelina. Dia kemudian memutuskan berlalu dari sana, enggan meneruskan topik yang terlanjur memanas di antara mereka.

“Apa Anda baik-baik saja, Nona Wilson?” tanya sang asisten itu pada Angelina yang masih mengawasi punggung Kate dari kejauhan.

“Y-ya, tentu saja. Tidak perlu mengkhawatirkan aku. Terima kasih.”

Pria berambut karamel itu menyunggingkan senyum, lantas mengangguk dan berpamitan meninggalkan kamar Angelina. Dia melangkah ke balkon sisi barat, merogoh benda elektronik keluaran terbaru itu dari balik saku celananya dan menekan satu nama di daftar kontak. Panggilan pun tersambung dalam waktu hitungan detik.

“Nona Montgomery berbuat ulah lagi, Tuan Ford. Dia ingin menampar Nona Wilson tadi.”

***

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Wakhidah Dani
wanita dgn sifat spt Kate mo d jadikan istri?? Adam pasti nanti kehidupan rumah tangga mu akan sangat berwarna dgn teriakan dan makian dari bibir tebal kate
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status