Share

The Bittersweet of Love
The Bittersweet of Love
Author: Damara_dini

Kedatangan Ayah ke Crumble.by

Krincing ....

Bunyi sebuah lonceng kecil di pintu masuk yang selalu berbunyi jika ada seseorang pelanggan yang masuk ke sebuah toko kue ini. Crumble.by adalah toko artisan cake and pastry dimana selalu menyediakan kue lezat setiap harinya. Aroma vanilli paste kuat dan juga gurihnya kue yang dipanggang terkadang menambah suasana vibe Crumble.by sangat lekat sebagai toko kue di tengah pinggiran kota Sentul.

Cafe dessert ini berupa bangunan di rukan yang terletak di bagian tengah namun cafe ini kengambil dua toko sekaligus dan kemudian digabung menjadi satu ruangan. Nuansa dari cafe ini sendiri adalah klasik dengan warna gold dan juga cat dominasi warna pink salem dengan violet. Menambah kesan feminine dan juga terlihat menyediakan kue-kue pastry yang lezat.

Tadi itu adalah seorang yang masuk ke dalam sebuah cafe ini, seorang Bapak tua yang memakai setelan baju kemeja putih dengan cardigan berwarna coklat tua dengan model seperti coat menutupi dari ujung bahu sampai lututnya itu. Seorang Bapak tua dengan rambut tebalnya dan sedikit uban menutupi poni sibaknya ini ternyata jauh-jauh datang dari kantornya di bilangan  Jakarta Pusat demi bertemu dengan salah seorang pemilik cafe dessert ini, Crumble.by.

Seorang Bapak tua yang sudah datang di jam peralihan yaitu di waktu sore menjelang petang kini mencari seseorang dengan bertanya kepada salah satu pegawai cafe yang dikenalnya bernama Mas Erick, salah satu pegawai Crumble.by yang sengaja dibawa oleh pemilik toko kue ini karena dia adalah teman adik kelasnya saat sekolah pastry di Singapura dulunya.

“Hai, Erick. Apa kabar ? Apa kamu liat Deniar ? Hari Jum’at seperti ini pasti dia sedang sibuk-sibuknya. Apa dia sedang menyiapkan menu pastry untuk besok hari ? Sepertinya, Om salah datang di waktu sedang sibuk dengan urusan dapur kalian,” kata Bapak yang ternyata adalah Ayah kandung dari pemilik cafe dessert ini, Deniar Ronnalia.

Karena seseorang yang tadinya mendengar suara berat khas yang dikenalnya saat itu juga, Deniar pun akhirnya kembali dari dapur pantry dibelakang untuk menemui sumber suara ini. Dan akhirnya dia melihat sang Ayah, Bapak Adigunawan Rizalsyah berada di salah satu etalase yang dipenuhi dengan banyak kue yang barusaja fresh dibuat saat pagi harinya.

“Hai, Ayah. Apa aku tidak salah lihat ? Apa yang kau lakukan disini ketika Ayah masih sibuk kerja ? Apa hari Jum’at ini Ayah nggak banyak bertemu dengan investor baru dan mendatangani banyak perjanjian kerja ? Biasanya Ayah tidak bisa meninggalkan pekerjaan,” Deniar menyapa Ayahnya dengan pelukan hangat dan juga ciuman di pipi sebelah kanan Ayah.

“Duduklah, Ayah. Aku akan menyiapkan teh kesukaan Ayah, japanese black tea dan juga scone. Apa ayah mau makan pie brownies yang baru saja matang ? Deniar baru saja memanggang kuenya,” Dan ketika itu Ayahnya pun akhirnya mengiyakan dan menambah satu lagi menu yang biasa suka dipesannya yaitu tiramisu cake.

“Iya, kalau gitu Ayah minta tiramisu cake yang ada di etalase itu juga. Jangan lupa,” kata Ayah memesan kue untuk dimakannya saat berkunjung ke Crumble.by hari ini.

Ada satu hal mengapa Ayah sedang berkunjung ke cafe milik Deniar, anak bungsunya ini. Ayahnya ingin mengingatkan Deniar bahwa Kakaknya, Dinira akan mengajak mereka semua untuk makan malam sama-sama nanti Minggu, dalam rangka si Kakak akan membuka sebuah sekolah kuliner pastry di wilayah Jakarta Utara.

Mungkin adalah alasan yang simple untuk mengunjungi cafe dessert anak bungsunya ini, tapi Deniar adalah tipikal wanita yang susah aling-alingnya jika disuruh bertemu untuk urusan dia dengan sang Kakaknya Dinira Rossalina.

Deniar sudah keluar dari pantry belakang tempat semua perkakas dan juga bala tempur dari semua kue pastry yang sekarang berada di etalase. Dengan membawa nampan berisi dua pie brownies, tiga potong scone serta pegawai dibelakangnya itu yang membawa teko dan cangkir dan lepek bernuansa shabby yang melengkapi nuansa minum teh khas yang digemari oleh Ayah pemilik toko kue ini Crumble.by.

Setelah semua kue sudah disajikan dan Erick yang membawa sepiring potongan tiramisu untuk ditaruh di salah satu sudut meja dekat dengan kaca yang menampakkan pemandangan luar rukan, akhirnya Deniar melepas celemek yang melingkar di lehernya dan menutupi bagian depan tubuhnya. Dia pun duduk di bangku di depan sang Ayah tercinta.

“Yah, bagaimana kabar Bunda ? Deniar tidak menyempatkan pulang ke rumah karena masih banyak yang harus Deniar urus untuk membuat online website Crumble.by,” Deniar berbicara dengan melihat Ayahnya yang menggulung kemejanya dan kemudian bersiap untuk menyantap beberapa pastry di depannya.

Saat gigitan pertama sang Ayah memakan tiramisu bikinan Deniar yang rasa pekat ringan kopi dan cream yang lumer di mulut, beliau pun menjawab pertanyaan awal yang Deniar kemukakan. Alih-alih agar percakapan tidak langsung to the point mengenai acara makan malam oleh Kakaknya itu, Dinira.

“Bundamu masih sama, Masih saja suka bangun pagi dan memasak sarapan untuk Ayah. Sekarang bunda juga sedang khawatir dengan kamu. Pasalnya sudah hampir satu minggu lebih kamu tidak memberi kabar bundamu. Memang tadi Ayah tanya apa Bunda mau ikut datang ke toko kue ini. Tapi bunda masih datang ke baksos karena juga sibuk dengan kegaiatan menyulam,”

Adeniar tersenyum simpul saat Ayahnya berkata bahwa Bundanya juga mengkhawatirkan dia sebagai anak bungsu keluarga Adigunawan.

“Apa nanti sabtu Ayah dan Bunda tidak ada acara ? Kalau tidak, apa kita bisa tinggal di vila sentul  punya Ayah dan mengundang saudara ? Deniar ingin berkumpul  berhubung mungkin akan susah untuk pulang ke rumah. Deniar sudah merana sendirian di apartemen milik Deniar,” pinta seseorang wanita yang sedang memandang Ayahnya dengan mata penuh harap.

“Memang, nanti Sabtu malam Ayah dan Bunda akan berencana untuk tinggal mulai hari Jum’at malamnya di Vila kita di sentul. Ada sebuah kejutan untuk hari Minggunya, Deniar,” kata Ayah memberi lampu hijau akan permintaannya tanpa disadari jika ada sedikit komponen yang Deniar tidak terlalu menyukainya. Deniar tersenyum lebar dan melihat sang Ayahnya dengan tatapan jahilnya, namun mukanya sedikit masam ketika mendengar kalimat terakhir oleh Ayahnya.

“Eh, apa ada sesuatu yang akan terjadi di Minggu malamnya, Ayah ?” kata Deniar masih tidak ingin mendengar jika kemungkinan si Kakaknya Dinira akan datang dari sekolah pastry chef di Sydney itu. Dan ternyata apa yang ditakutinya benar.

“Kakakmu, Dinira akan datang dari Sydney. Kakakmu akan memutuskan dari dua tahun sudah menetap disana untuk meningkatkan skill pastry culinary nya dan akan menetap kembali di Jakarta. Dia akan membuka sekolah pastry di derah Jakarta Utara. Dan dia akan mengajak kita untuk tinggal di vila dan dinner di Minggu malam. Kakakmu akan datang Sabtu paginya. Bukankah menarik, Deniar jika kamu akan bertemu lagi dengan Kakakmu setelah sudah lama tidak berjumpa. Sudah hampir lima tahun kamu tidak bertemu lagi dengan dia,” Ayah memberi jawaban mengapa permintaannya itu memang sejalan dengan keinginan Ayah dan Bundanya, Bahwa ternyata Dinira, si Kakaknya itu memang akan datang lagi semenjak sudah lama tidak bertemu.

Menurutnya bertemu dengan Kakaknya itu akan menguras tenaganya. Itu sudah jelas karena dari dulu dia dengan Kakaknya selalu memiliki keinginan yang sama. Dari jurusan sekolah hingga hobby mereka. Deniar mungkin akan datang, dan akan mencari cara agar Sabtunya dia tidak tinggal di vila. Tapi tawaran mengundang keluarga juga adalah alasan pasti kenapa dia akan menetap menginap dari hari Jum’atnya.

“Jadi, Kakak sudah berkeputusan untuk menetap disini lagi ? Baiklah, Yah. Apa Ayah tau, aku masih memiliki perasaan yang sama terhadap Kakak. Aku lelah Ayah harus selalu memasang muka gembira di depannya, apalagi jika makan malam itu memang dikhususkan untuk merayakan kedatangan kembalinya Kak Dinira,” Deniar benar berkata sesuai kata hatinya dengan sedikit manja di hadapan sang Ayah.

“Hushh,, gitu itu Kakakmu adalah teman kamu dari kamu masih kecil. Mana ada saudara kandung yang membenci sama lainnya. Apa kamu sudah bersedia datang dan menginap di vila selama tiga malam dua hari ? Jika iya, Ayah akan langsung memberi kabar banyak saudara kita untuk bersiap. Mungkin ada saja diantara mereka yang terpentok dengan jadwal lainnya. Semoga saja tante-tante kamu nanti datang semua, jadi Bunda akan merasa senang dengan acara kumpul-kumpul minggu depan,” Ayah kembali menyuapkan tiramisu yang tersisa setengah di wadah berbentuk persegi panjang tersebut.

“Iya Ayah. Deniar cukup senang jika nanti akan bertemu dengan banyak keluarga. Memang Deniar masih tidak dapat terlalu akur dengan Kakak. Dan Ayah sudah tau hal itu dari kita masih kecil. Bahkan sekarang juga. Omong-omong, apa Kakak sudah mempersiapkan pindahannya ke Jakarta ? Kapan Kakak akan menyelesaikan pindahannya ?” tanya Deniar mengenai pindahan sang Kakak Dinira.

“Ayah belum tau. Sepertinya akhir Bulan ini akan sudah kelar pindahan Kakak. Deniar.. Ayah mau memberitau kamu satu hal. Mengenai Kakakmu dan kamu. Kalau kamu merasa Kakakmu itu orang yang tidak adil, jangan terlalu dipikirkan. Memang dari dulunya keinginan kamu dan Kakakmu selalu sama. Tapi, lihat. Kamu sudah punya toko kue besar dan juga sangat disayang oleh orang disekitarmu. Kamu harus selalu bersyukur dan tidak lagi berpikir bahwa Kakakmu adalah seorang selain diri kamu yang sangat sama personalitasnya. Ayah dan Bunda selalu mengharapkan hubungan kamu dan Kakak selalu baik-baik saja,” Ayah memberi sedikit wejangan untuk anak bungsunya ini.

Setelah mendengarnya, ingin sekali Deniar untuk menghiraukannya. Tapi tidak didepan sang Ayah nya. Dia dan Kakaknya Dinira memang bermasalah urusan personalitas, kemiripan bahkan dengan keinginan.

Tidak salah jika Deniar mencari cara agar dirinya tidak ingin berdekatan dengan Kakaknya itu. Mungkin dia akan mencoba menarik perhatian sang Ayahnya dengan mencari jalan pembicaraan lainnya. Tetapi dia akhirnya memberi pernyataan akan Kakaknya ke Ayah Adigunawan.

“Ayah, Aku sudah berencana tidak lagi bertemu dengan Kakak secara sering. Aku masih ingat, aku tidak dapat melupakan tentang bagaimana aku dengan Kakak masih mencoba untuk saling mengambil hati banyak orang disekitar, sedangkan Kakak selalu mendapat perlakuan yang lebih dari aku. Deniar masih susah untuk merelakannya,” kata Deniar saat itu. Suasana hatinya lumayan keruh dan dia pun kemudian menuangkan teh hitam ke sebuah cangkir kosong miliknya.

“Benar-benar kamu Deniar. Ayah minta maaf atas hal itu, tapi kamu juga kesayangannya Bunda dan Ayah. Jangan terlalu dipikirkan. Ingat acara pertemuan minggu depan itu untuk menyenangkan hati kita. Sebagai keluarga utuh. Jika kamu memang tidak ingin terlalu sering bertemu dengan Kakakmu, Ayah tidak memaksa. Kamu dan Kakak sudah punya pekerjaan yang menyibukkan. Semoga itu adalah salah satu healing media antara hubungan kalian,” Ayah menjelaskan.

Tiramisu Ayah sudah hampir habis disuapan terakhirnya kala itu. Kemudian Ayah berdiri dan pergi ke salah satu pramuniaga disana untuk membungkus sisa kue yang ada dan juga memesan beberapa kue untuk dibawanya pulang sebagai oleh-oleh khusus istrinya tercinta.

Setelah itu si pramuniaga menaruh kue-kue itu pada sebuah box putih dengan aksen pita violet dan kartu bertuliskan crumble.by dan menaruhnya di dalam kemasan plastik cukup bermutu itu, kemudian Ayah berpamitan dengan Deniar disana.

“Nak,, Ayah balik dulu yah. Ayah hari ini diantar sopir, jadi tidak usah khawatir kalau Ayah kecapekan. Bundamu pasti sudah menunggu kue-kuemu. Sampai berjumpa nanti di hari Jum’at yah. Pastikan kamu meluangkan waktu, Deniar. Mohon maaf atas ucapan Ayah tadi, jangan terlalu dipikirkan,” Ayah berpamitan kepada Deniar yang sudah memeluk sang Ayahnya erat dan juga mengecup pipi Ayahnya itu. Dengan manja dia berbisik ke Ayah untuk selalu mensupport dia lebih dari sang Kakak.

Pramuniaga sudah menyerahkan box kue-kue yang dipesan Ayah untuk bunda di rumah. Seketika Deniar pun pergi keluar dari rukan ini menuju ke mobil milik Ayah yang dikendarai Bang Bagus, driver khusus untuk Ayahnya itu. Ayah yang sudah berada di dalam mobil yang sudah keluar dari parkiran itu kini melambaikan tangannya untuk mengakhiri pertemuan beralasan ajakan kumpul-kumpul keluarga dengan motiv yang kurang dia minati. Namun dia juga kangen dengan sang Ayah.

Setelah mobil itu pergi, Deniar pun akhirnya kembali ke dalam toko kue crumble.by. Dia seakan ingin memiliki keluarganya itu tanpa adanya kehadiran sang Kakak. Sedikit saja Deniar mengulas senyuman tulus di wajahnya. Akan pertanda bahwa setiap kehidupan tidak akan ada yang sempurna sesuai dengan keinginannya. Lamunan Deniar saat masih duduk di kursi pengunjung terpecah oleh teriakan seorang yang memanggilnya.

“Non Denia, Kita belum memutuskan menu sampingan lainnya untuk besok. Tadi sepertinya non, ingin menyuruh kita untuk membuat eclair. Jadi, gimana non ?” kata Mbak Ineng, seorang yang merupakan chef pendamping disana. Seketika Deniar sudah dilupakan dengan banyak hal yang terbesit tadinya. Dia pun kembali ke dapur agar menyelesaikan menu untuk keesokan harinya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Arianggi Rizky Putri
gemesss penasaran ahh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status