Share

Bye Australia, Hello Jakarta

Malam itu adalah malam terakhir Dinira akan melihat Stephen, lelaki yang dicintainya berada satu kamar dengannya di apartemennya yang terletak di pusat kota New South Wales, Australia.

Apartemen bergaya modern klasik itu dengan luas yang lumayan sedang adalah tempat bersinggahnya Dinira Rosalina selama dua tahun dia menetap di Australia untuk melanjutkan sekolahnya dibidang pastry culinary dan akan kembali ke Ibu Kota Jakarta nanti. Dengan penerbangan dihari Kamis tengah malam dan akan datang pada Jum’at siang.

Perempuan yang sekarang memakai jubah satinnya itu sedang berada di dapur menyiapkan makan malam terakhirnya di New South Wales karena nanti tengah Malam dia bersama dengan kekasihnya, Stephen Stanlee akan pergi ke Jakarta dengan maskapai penerbangan.

Bau semerbak daging tenderloin untuk steak dengan khas thyme dan juga sebotol anggur sudah tersedia di atas sebuah meja makan granit sedang dengan tiga tempat duduk tersebut. Seketika Dinira pun langsung saja memanggil kekasihnya dan mencarinya di seluruh ruangan apartemen.

Dia pun menemukannya, seorang lelaki yang sedang menggunakan atasan turtle neck berwarna maroon dengan celana khaki itu sedang berada di Kamar tidur utama, sedang mengepack seluruh berkas dan juga majalah kuliner di negara kelahiran si kekasihnya itu, Indonesia. Majalah yang bernama ‘Foodie’ In’ yang tidak disangka jika lelaki itulah si Co-founder dan CEO dari majalah bertumpuk di nakas sebelah kasur quenn itu.

Dengan kedatangan wanita yang dicintainya itu tepat berada di kamar mereka dan dengan wangi parfum berbau starwberey wine itu membuat lelaki yang ada di atas kasur itu langsung menorehkan wajahnya langsung ke wanita berjubah satin yang sedang mengusap rambut tebal yang juga dipoles dengan gel rambut itu.

“What’s wrong honey ? Aku lagi beberes majalah yang sedang aku bawa dulu saat aku baru pertama kali ikut pindah dengan kamu disini. Aku masih belum bisa melupakan job tour ku selama di australia, rasanya aku masih tidak ingin kembali menemui banyak bawahan aku karena mulai Senin minggu depan aku sepertinya akan langsung kembali mengambil posisiku dan memimpin redaksi di kantor pusat. Its really annoying back to reality, dan satu hal lagi yang kita berdua sayangkan. Aku tidak akan satu atap dengan kamu lagi. Disini,” kata Stephen Stanlee.

Lelaki satu ini yang adalah salah satu lelaki yang dikagumi oleh Dinira. Saat mereka berdua pertama kali bertemu di sebuah international culinary job fair, sekitar satu setengah tahun yang lalu.

Saat itu Stephen yang sedang bekerja di stan bagian culinary literation bertemu dengan Dinira yang adalah seorang yang menawarkan tour job australia pada job fair di stan milik majalah ‘Foodie’ In’ ini.

Karena Dinira saat itu sedang tidak sengaja menyimpan nomor kontak milik Stephen ketika berkenalan dan kemudian tidak lama berselang selesainya culinary international job fair itu mereka berdua officially on relationship. Dan berselang selama enam bulan mereka memiliki hubungan akhirnya Stephen menetap satu apartemen dengan Dinira sampai detik ini berada.

“Really agree Steph, kita akan kangen dengan suasana apartemen dan juga australia di malam hari seperti ini. Tapi honey. Aku nggak sabar buat ketemu sama keluargaku. Aku kangen mereka semua. Dan kamu masih harus datang ke launching sekolah pastry aku nanti. Aku masih tidak bisa membayangkan betapa bahagianya aku nanti, honey. Urusan kantor kamu, aku yakin kamu hanya perlu adaptasi saja. Karena aku tau seorang Head Boss pasti kangen liat suasana kantor mereka sendiri. Its been one year, Stephen Stanlee not operate his own culinary magazine company,” kata Dinira saat itu memeluk manja Stephen yang juga kemudian menangkup bahu mungil milik Dinira yang selalu menjadi tempat favoritnya itu dan menjawab Dinira.

“Maybe its true sama apa yang kamu bilang, sayang. Oh iya. mengenai keluargamu. Apa nanti kamu juga mengajakku untuk ikut serta ke acara kamu nantinya ? Apa yang harus aku persiapkan sebagai calonmu, nanti ?” tanya Stephen Stanlee dengan jarinya yang kemudian membelai pipi halus Dinira dan sesekali menciumnya itu.

“Nothing really matters, honey. Cukup jadi salah satu bagian dari hidupku dan selalu temani aku saja aku sudah senang dan bahagia. Yang pastinya, Keluargaku itu humble banget kok, Stephen. Malahan mereka itu suka banget sama reaksi aku yang cerita aku sudah punya calon kekasih. Seorang Stephen Stanlee yang aku kagumi ini. They really adore you,” kata Dinira saat itu yang kemudian menggeret si kekasihnya ke pantry di apartemennya itu untuk dinner untuk terakhir kalinya disana.

Sesudah mereka berdua berada di pantry itu dan Stephen duduk di kursi sebelah Dinira yang sama seperti biasanya itu dan Dinira yang membawa dua piring besar berisi steak tenderloin yang dimasak dengan roasted seasons vegatable itu dan yorkshire pudding buatan Dinira mereka berdua akhirnya memulai dinner mereka, tidak lupa dengan Stephen yang selalu berterimakasih atas masakan kekasihnya yang bisa dibilang akan dia rindukan nantinya.

“Thank’s Honey. Aku selalu suka kamu buatin aku makanan klasik seperti ini, dan kamu juga nggak lupa kalau aku selalu suka steak yang medium-welldone. Really tasty as always,” kata Stephen yang kemudian menuangkan minuman anggur itu ke gelas keduanya. Sedangkan Dinira sekarang sudah memegang garpu dan pisau makan di kedua tangannya yang kelupaan jika Kekasihnya sudah menaikkan gelas itu disebelahnya menandakan minta bersulang.

Dinira pun tertawa karena dia malah melupakan salah satu adat penting tiap sepasang kekasih dinner itu, apalagi ini terakhir untuk mereka.

“Oh, What the awfull. Aku lupa untuk bersulang denganmu. Baiklah,” kata Dinira yang kemudian menaruh kembali kedua peralatan makan itu dan memegang gelas berisi anggur untuk bersulang.

“For our last dinner in Australia, for our movement back to the country and for unforgettable and everlasting relationship. Cheers,” Stephen memimpin adat bersulang kali ini yang langsung dibalas oleh Dinira yang sesaat itu terdengar bunyi dentingan kedua gelas saling menyahut.

Seketika diantara mereka pun langsung menyantap hidangan khas penutup akhir malam mereka di New South Wales ini. Dengan kedua muka yang sama-sama ceria menyantap hidangan, Dinira yang masih belum kelar bercerita tentang rencananya dalam pembukaan sekolah pastry di Jakarta ini serta Stephen yang masih saja dapat menampung obrolan mereka sebagai pendengar setia ini.

Akhir malam mereka pun masihlah hangat dan sama damainya dengan keadaan hubungan mereka selama satu setengah tahun silam ini.

......

Ruangan ber AC dingin dan berkapasitas besar untuk menumpang seluruh terminal penerbangan Internasional tepatnya pada bandar udara internasional Sydney, Kingsford smith.

Pada ruangan terminal sesuai dengan tujuan penerbangan internasional Sydney-Jakarta mulai ramai berdatangan dengan sesama penumpang maskapai penerbangan Garuda Airlines yang akan siap mengudara pada jam 03.30 dini hari waktu Sydney.

Pada sebuah kursi penunggu yang ada di tengah-tengah ruangan paling depan terdapat seorang wanita dengan pakaian dress bawah lutut dengan aksen rempel di bagian bawah dada berearna biru laut dan salah seorang pria yang memakai kemeja pattern dengan celana bermodel baggy pants berwarna putih tulang itu seperti sedang menunggu maskapai penerbangan mereka untuk kembali ke Jakarta akan datang dan kemudian pergi membawa keduanya ke tanah kelahiran mereka. Mereka berdua adalah sepasang kekasih yaitu Dinira Rosalina dan Stephen Stanlee.

Bawaan koper mereka yang mereka bawa karena tidak muat di bagasi itu juga menemani mereka berdua. Dinira yang duduk tenang dengan selalu mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan dan Stephen yang asik memainkan smartphone dengan kedua earphones yang tersemat di kedua telinganya menandakan bahwa waktu penerbangan masih akan berlangsung lama.

Karena mereka berdua memutuskan pergi dari apartemen mereka di new south wales sejak jam 12 malam dengan menggunakan mobil dinas milik Stephen yang dikendarai oleh supir itu dan tiba di bandara udara internasional Kingsford smith, Sydney tepat pada jam 02.00 pagi dan mengurus bagasi dengan waktu selama kurang lebih dua puluh menit itu masih memiliki banyak waktu untuk  menunggu penerbangan mereka siap landas.

Dinira saat itu masih sibuk dengan majalah yang dia buka dan dibolak-balik tanda dia sedang membacanya. Sedangkan Iphonenya mulai bergetar, sepertinya sekarang di Jakarta sekarang masih jam setengah dua belas malam. Dan Bunda, panggilan ibu dari Dinira sedang memberinya kabar bahwa Ayah dan Bunda nya akan datang lebih awal di Vila keluarganya yang terletak di daerah Sentul kira-kira jam Tujuh pagi sedangkan Dinira mengabarkan kemungkinan kedatangannya di Vila Sentul tepat pada jam 11.00 siang waktu Indonesia barat.

Dinira mengatakan bahwa di akan datang bersama dengan kekasihnya yang juga menetap di Australia. Dan juga tidak lupa mengabarkan bahwa dia sudah berada di bandara udara internasional Kingsford smith, Sydney sedang menunggu di ruang tunggu penumpang dan akan mulai melakukan perjalanan pada waktu 03.30 waktu sydney dan kemungkinan akan datang tepat di bandara internasional Soekarno-Hatta tepat pada jam 07.30 waktu Indonesia barat dan akan langsung menuju ke Vila keluarganya di sentul.

Bunda seperti biasa selalu mengucapkan kata hati-hati di jalan kepada Dinira yang akan long-flight dan juga masih akan dilanjutkan dengan perjalanannya dari bandara udara Jakarta menuju ke Vila di Sentul. Dan juga tidak lupa mengingatkan anak sulungnya ini dari janjinya membawa kekasihnya itu untuk dikenalkan kepada banyak keluarga besarnya. Dan itu yang membuat Dinira harus mengaku bahwa keluarganya masih memperhatikannya, Dia rasa mungkin saja dengan ketidakhadirannya selama dua tahun membuat keluarganya melupakannya. Dan ternyata tidak.

Ada satu hal yang dia sembunyikan dari Stephen mengenai keluarganya. Yaitu adik perempuannya. Jujur saja Dinira tidak ingin Stephen mengenal adiknya itu yang memiliki karakter yang hampir mirip dengannya. Memiliki rambut panjang tergerai indah, sepasang mata berbentuk cat eyes, hobby dan pekerjaan yang terkesan mirip sampai dengan selera. Dinira masih takut jika nanti Deniar malah membuat Stephen merasa tertarik. Dan dia berusaha agar Stephen tidak banyak tanya atau apapun walaupun orangtuanya memperkenalakan Deniar.

Dinira masih berada di tempat duduk yang sama sampai pada akhirnya dia menemukan Stephen sudah menjauhi kursinya itu dia pun mencoba mencari Stephen dari berbagai macam sudut dan menemukan dia berada di dekat alat pendeteksi penumpang yang masuk ke ruang tunggu. Sepertinya Stephen sedang asik bertelepon dengan menggunakan Iphone miliknya.

Dinira pun menunggu Stephen dengan kembali duduk di posisi semula sembari membuka majalah dihadapannya.

Tidak lama kemudian, Stephen datang dan dia menepuk bahu milik Dinira dari belakang. Dinira pun menoleh dan mendengar Stephen membicarakan tentang janjiannya dengan klien oleh perusahaannya yaitu ‘Foodie’ In’ untuk meeting mendadak di kantornya tepat pada Jam Tujuh malam.

Dengan nada yang dibuat lembut, Stephen pun mengatakan kepada Dinira jika dia akan meeting mendadak dengan kliennya dan meyakinkan Dinira bahwa dia akan menemaninya di Vila hanya sampai jam empat sore saja.

”Honey. I’ve important meeting with client at today’s night. Sepertinya aku nggak bisa berlama-lama apalagi menginap di Vila milik keluargamu. Apa kau berkenan ?” tanya Stephen saat itu meminta perijinan dari kekasihnya yang kemudian meragukan apa yang Stephen bicarakan. Ada kekecewaan dari muka Dinira namun dia masih beruntung kekasihnya tidak akan sempat bertemu dengan Deniar lama-lama.

“Shall you cancel the meeting for tomorrow, hon ? Oke aku masih bisa menerimanya. Tapi kamu masih ikut aku ke Vila di sentul kan, Stephen ? Kamu masih bisa punya waktu makan siang dengan keluargaku,” kata Dinira dapat menolerir kekasihnya yang juga akan meeting nanti di tengah malam hari ini saat dia akan berkumpul bersama keluarganya.

“I will make sure for attend at your family vila until evening, honey. Oke sepertinya Minggu malamnya aku masih bisa menemani kamu dinner. Dan setidaknya aku masih bisa bertemu dengan kamu lain waktu, Dinira,” kata Stephen mencoba menghibur Dinira yang hanya membalasnya dengan senyuman ke kekasihnya yang ada di sampingnya itu.

Tidak lama kemudian terdengar suara dari penjuru ruang tunggu terminal penerbangan itu memecah keheningan dan membuat semua yang ada di ruang tunggu itu untuk bersiap-siap dan berproses untuk masuk ke dalam pesawat.

Dinira dan Stephen adalah beberapa orang dari antrian banyak orang yang juga naik maskapai penerbangan yang sama dengan mereka berdua. Dan mereka pun kembali melupakan Australia untuk sebuah perjalanan kisah yang mendebarkan kembali ke Ibu Kota Jakarta.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status