Share

Chapter 8. Keanehan

Sesekali Mia melirik ke arah Zev yang memegang sebuah ipad, duduk di sofa single yang ada di kamar di mana Mia juga ada di tempat tersebut. Hari sudah mulai larut tapi Mia bahkan tak berani tidur sampai Zev keluar dari kamar itu.

Duduk sambil memangku bantal dan memperhatikan Zev, sekitar hampir dua jam lelaki itu fokus dengan layar ipad tanpa menoleh atau berbicara dengan Mia. 

“Kenapa dia tidak kunjung keluar?” batin Mia.

Sepuluh menit kemudian terlihat Zev mematikan ipad dan di letakkan benda persegi yang cukup besar itu ke atas meja, kepala Zev bergerak pelan ke arah Mia.

“Kau belum tidur?” tanya Zev. Berdiri. Zev berjalan ke arah Mia.

“Berhenti!” seru Mia, Zev spontan langsung berhenti dengan tatapan bingung. “Kenapa kamu masih di sini?” tanya Mia balik.

Mengernyitkan kening. “Apa maksudmu berkata seperti itu? Tentu saja aku ingin tidur, lalu kenapa kau keberatan?” dengan santainya Zev melepaskan baju, bukan berniat menggoda Mia tapi kebiasaan Zev memang suka tidur tanpa memakai baju.

“Aaa...!” 

Bukan hanya Mia yang kaget, Zev juga kaget karena hampir tengah malam seperti ini mendengar suara teriakan Mia.

“Kau kenapa? Apa ada sesuatu yang mengerikan di kamar ini?” tanya Zev, Mia mengangguk sambil menunjuk ke arah Zev. “Aku?” Zev menunjuk diri sendiri, Mia mengangguk. Zev pun lantas tersenyum, timbul pikiran jahil di otaknya.

Baju kaos yang sudah berhasil di lepaskan dari tubuh Zev di lemparkan ke sofa, Mia mendelik. Gadis itu berdiri di atas tempat tidur menghindari keberadaan Zev, bantal yang sementara Mia pegang di lempar ke arah lelaki itu, Zev justru semakin ingin menjahili Mia.

“Aku bilang jangan mendekat! Kalau kamu mau tidur kenapa tidak tidur di kamar utama?” Mia masih menghindar, tapi Zev semakin ingin mendapatkan Mia.

“Kenapa aku harus tidur di kamar utama jika di sini ada hal yang jauh lebih menarik untuk menaniku tidur.” Zev menjawab, wajahnya terlihat serius meski hatinya tertawa geli melihat raut wajah Mia.

Sejak pernikahannya dengan Mia, Zev memang belum pernah tidur satu kamar dengan gadis itu.  Pernikahan antara Zev dan Mia pun juga sangat mendadak, bisa di katakan itu adalah pertemuan pertama yang berujung pernikahan di hari yang sama.

Melihat reaksi Mia yang ketakutan saat di dekati membuat Zev sedikit merasa aneh. Apa yang kurang darinya sampai Mia bahkan tidak mau mendekat? Apakah ia terlalu mengerikan untuk Mia?

“Aku peringatkan untuk jangan mendekat!” Mia kembali berujar. “tidurlah di kamarmu, dan biarkan aku tidur di sini.” Tambahnya.

“Kau lupa siapa dirimu sekarang? Kau adalah istriku, apa salahnya seorang suami istri tidur di tempat yang sama?”

“Aku masih tidak ingin tidur denganmu. Aku juga tidak lupa jika aku sudah menjadi istrimu, tapi jangan memaksaku untuk lebih dekat denganmu.”

“Lalu kapan kau ingin aku tidur denganmu?” sahut Zev. Mia terdiam tidak tau harus menjawab apa sampai Zev kembali bersuara.  “C’mon, ini hanya sekedar tidur. Aku tidak akan melakukan apapun padamu.”

“Kau serius?” Mia bertanya dan tidak bergerak untuk menghindari Zev, “kau sungguh tidak akan melakukan apapun padaku?” katanya lagi. Zev pun mengangguk.

Jarak antara Zev dan Mia di batasi oleh tempat tidur, Zev memutari tempat tidur untuk menghampiri Mia, karena Mia yang sudah yakin jika Zev tidak akan melakukan sesuatu akhirnya ia tidak menghindar lagi.

Namun, dugaan Mia salah. Tubuhnya kini terangkat dan jatuh di atas kasur empuk di mana Zev ada di depannya, bertumpu dengan kedua siku agar tubuh Zev yang besar tidak menindih Mia.

“Kau bilang tidak akan melakukan apapun!” Mia lagi-lagi berontak, Zev bukannya merasa risih dengan gerakan berontak yang Mia lakukan, lelaki itu justru tertawa geli. Pukulan Mia tidak berarti apa-apa, mungkin gigitan semut jauh lebih sakit dari pukulan tangan Mia.

 Dengan posisi sedekat ini Zev bisa merasakan aroma buah dari tubuh Mia, kedua bola mata Zev menunduk menatap tepat ke kedua bibir Mia yang kemerahan. Lalu Zev beralih menatap sepasang bola mata Mia yang kecoklatan.

Aneh, sudah sedekat ini tapi Zev bahkan tidak merasakan ingin menyentuh Mia. Apakah dua tahun tidak berhubungan dengan wanita manapun membuat sistem kekuatan Zev sebagai lelaki menurun?

Masih dalam posisi mengurung Mia dengan tubuhnya, Mia juga tidak lagi memberontak ketika mata biru milik Zev menatapnya dengan kelembutan yang baru kali ini Mia rasakan. Satu tangan Zev mengusap untaian rambut di bagian atas telinga Mia.

“Berapa usiamu?” tanya Zev, tangannya beralih membelai wajah Mia. 

“Untuk apa kamu ingin tau berapa usiaku?”

“Katakan saja, aku hanya ingin tau.”

“Aku akan dua puluh tahun sekitar dua minggu lagi.” Jawab Mia pada akhirnya.

Pandangan Zev menurun untuk kembali melihat bibir Mia. Tidak mungkin Zev punya penyakit impoten ‘kan? Kenapa tubuhnya tidak merespon apapun saat sudah sedekat ini dengan Mia, bahkan bibir menggoda milik Mia pun tidak menarik minat Zev untuk mengulum dan memainkannya.

“Jangan menatapku seperti itu, sekarang angkat tubuhmu dariku karna kau berat.” Kedua tangan Mia berada di dada Zev, mencoba mendorong tapi apalah dayanya yang tidak kuat menyingkirkan Zev.

“Boleh aku menciummu?” pertanyaan konyol itu keluar dari bibir Zev, jika ia memang ingin melakukannya bisa saja Zev tak perlu meminta ijin. Tapi entahlah, ada hal yang sulit untuk Zev jelaskan kenapa ia tidak tertarik dengan tubuh Mia di saat ia tertarik dengan sikap gadis di bawahnya ini.

Mia mendelik, wajahnya di palingkan. Kedua tangannya masih berada di dada bidang Zev yang tidak memakai baju, kulit tangan Mia bisa merasakan betapa keras otot di tubuh Zev secara langsung tanpa di lapisi oleh baju.

Malu untuk mengijinkan Zev menciumnya, pertanyaan bodoh itu kenapa harus di ucapkan ketika Zev bisa melakukannya langsung. Wajah Mia menghangat, ia ingin merasakan apa yang namanya berciuman tapi jelas hal itu tidak mungkin di ucapkan secara gamblang.

Tak mendapat respon dari Mia, Zev beranjak dari posisi yang tidak nyaman itu, kembali memakai bajunya dan keluar dari kamar tanpa mengatakan apapun lagi, Zev kembali ke kamar utama dan tidur di sana.

Mia menghela nafas panjang, antara lega dan kecewa. Lega karena Zev tidak menuntut, tapi kecewa karena Zev tidak melakukan apa yang lelaki itu katakan.

Mengulum bibirnya sendiri, Mia berbaring dengan memeluk salah satu bantal, menarik selimut dengan satu tangan hingga menutupi seluruh tubuhnya agar siapapun tidak ada yang melihat jika saat ini Mia sedang menyembunyikan rasa malu di bawah selimut.

Sedangkan Zev hanya berbaring telentang, satu tangan di atas keningnya dengan mata terpejam.

“Kenapa aku hanya tertarik dengan sifat Mia daripada tubuhnya?” batin Zev. Sebelum dua tahun berlalu, Zev memang sering berganti banyak wanita untuk memuaskan diri sebagai lelaki sampai akhirnya Zev memutuskan untuk fokus dalam bekerja tanpa dekat ataupun mengencani wanita.

Setelah dua tahun berlalu, kini Zev baru menyadari ada yang salah dengannya. Tidak mungkin penyakit mengerikan itu menyerang organ intimnya untuk tak bisa bereproduksi. Jika benar ia memiliki penyakit itu, lalu bagaimana ia memiliki keturunan?

Hembusan nafas keluar dari bibir Zev, bergerak duduk sambil mengusap wajah dengan kedua tangan. Sebenarnya Mia cukup menarik, gadis itu memiliki lekukan tubuh yang indah di balik pakaian yang sering di gunakan. Jika Zev masih menjadi pribadi seperti dua tahun lalu, saat ini Mia pasti tidak akan berhenti berteriak meminta ampun agar Zev berhenti menyentuh tubuhnya.

Zev menunduk, menatap sesuatu yang terbungkus oleh celananya. “Sepertinya aku harus memeriksakanmu ke dokter besok, jangan sampai kau menjadi kendalaku untuk memiliki keturunan.” Ucap Zev. Kembali hembusan nafas di hela oleh lelaki itu.

Tubuhnya di baringkan, membayangkan tindakannya yang menikahi Mia tanpa mencari tau siapa gadis itu sebenarnya.

“Apakah tindakanku ini sudah benar?” batin Zev sebelum ia akhirnya terlelap dalam tidur.

____

Bersambung...

Komen (1)
goodnovel comment avatar
lealuve ?
lanjutnya jgn lm2 ya thor ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status