Share

Chapter 7. Kamar utama

Mia masih dalam posisi terkejut mendapat pelukan dari sebuah tangan kekar dan hembusan nafas segar dari Zev. Saat sudah mengendalikan keterkejutannya, Mia mendorong Zev tapi Zev masih bertahan sampai terdengar suara.

“Kau menemukan kamar utama yang akan kita tempati, menurutmu apakah ini takdir agar kita bisa terus bersama?” ucap Zev, Mia segera melepaskan Zev sebelum berbalik menatap Zev yang jauh lebih tinggi.

“Ruangan ini berada di tempat yang sama di rumahmu, jadi kalau aku menemukannya hal itu sudah wajar. Jangan mengambil kesimpulan kita ini memang adalah takdir.” Protes Mia, Zev tersenyum tipis, kembali memeluk Mia karena saat memeluk gadis yang telah berstatus menjadi istrinya membuat Zev merasa senang.

Mia memberontak dari dekapan Zev tapi tak berhasil, Zev terlalu kuat terlebih lengan kekar yang Zev miliki sangat sulit untuk Mia lepaskan. Ujungnya Mia hanya pasrah di dekap oleh Zev sampai lelaki itu melepaskan pelukan tanpa Mia minta.

“Kalau ini kamarmu kenapa aku di tempat di kamar bawah?” tanya Mia setelah Zev melepaskannya.

Zev tersenyum penuh arti, membiangkai wajah Mia dengan kedua telapak tangannya. “Jadi apa itu artinya kau setuju tidur denganku?”

Spontan hal itu membuat Mia mendelik dan refleks mundur dari Zev, tangan lelaki itu lepas dari wajah Mia. Melihat raut terkejut Mia membuat Zev tersenyum geli, sangat menggemaskan sampai rasanya Zev ingin mencubit kedua pipi putih itu.

“Kau ingin tidur denganku di kamar ini? Sebenarnya bukan masalah, lagi pula kamu adalah istriku jadi sudah wajar aku melakukan sesuatu denganmu.” Zev semakin menggoda Mia sampai wajah Mia semakin menggemaskan.

“Jagan pernah mendekat satu langkah pun!” ujar Mia sembari menunjuk Zev yang akan mendekat, alis Zev terangkat sebelah. “aku peringatkan jangan mendekatiku, tetap di sana dan jangan bergerak.” Tambah Mia.

Zev masih belum mengerti, sampai akhirnya Mia berlari keluar kamar dengan cepat menuju tangga dan tiba di ruang tamu. Zev masih di kamar, tertawa menyadari tingkah poos Mia yang benar-benar membuatnya merasa gemas.

“Secara perlahan kau akan tertarik dan akan sangat mencintaiku, kita tunggu tanggal main sampai hari itu tiba.” Gumam Zev, ia pun lantas keluar dari kamar tersebut untuk mencari Mia.

Sebenarnya kamar yang Mia temukan memang kamar Zev, hanya saja karena ia dan Mia belum begitu akrab jadi Zev memindahkan sedikit pakaian ke kamar bawah, dengan begitu Zev bisa mendekati Mia secara perlahan tanpa membuat gadis itu tertekan atau ketakutan. Jika Mia sampai ketakutan lalu memutuskan untuk kabur, keadaan Jeslyn pasti akan memburuk.

Tangan Zev menyugar rambut ke belakang, kakinya menuruni tangga satu persatu sampai tiba di ruang tamu. Mia tidak terlihat di manapun, di kamar juga tidak ada sampai Zev mencari ke tempat lain.

Hari sudah malam, tidak mungkin Mia pergi keluar rumah malam-malam seperti ini. Zev terus mencari Mia sampai ia akhirnya melihat Mia duduk berjongkok di depan sebuah pot tanaman dengan posisi membelakangi Zev.

“Apa yang dia lakukan di sana?” Zev bergumam sambil menghampiri Mia.

“Apa yang kamu lihat?” tanya Zev.

Mia menoleh, lalu menunjuk tanaman mungil yang ada di teras belakang rumah Zev, tak jauh dari kolam renang yang tidak terlalu luas. “Boleh aku memindahkan tanaman ini ke kamar? Bentuknya sangat menggemaskan, aku ingin menyimpannya di kamar agar bisa aku lihat setiap kali aku ingin.” Ucap Mia, terlihat seperti anak kecil yang memohon untuk di berikan coklat.

“Apa yang kamu berikan untukku saat aku mengijinkanmu memiliki tanaman itu?” tanya Zev.

Mia memanyunkan bibir, menatap tanaman kecil dengan pot berwarna putih itu di sana.

“Akan aku ijinkan kamu membawa tumbuhan itu tapi aku juga butuh sesuatu yang harus kamu lakukan sebagai bayaran.” Kata Zev.

Mia menatap Zev, ia tidak tau bayaran apa yang akan di berikan untuk lelaki itu hanya demi sebuah tanaman imut berukuran kecil ini. Mencoba berpikir, tapi karena Mia yang memang tidak suka berpikir dalam akhirnya memilih untuk langsung berkata.

“Aku tidak punya apapun untuk di berikan padamu, jadi lebih baik aku tidak membawa tanaman ini ke kamar.” Mia pun akhirnya kembali meninggalkan Zev.

“Kenapa dia tidak mengerti? Aku bahkan tidak mengharapkan benda atau bayaran berupa uang darinya, jika dia memberikan aku sebuah soft kiss saja aku sudah setuju untuk memberinya apapun.” Gumam Zev, ia mengambil tanaman yang di tatap oleh Mia dan membawa tanaman itu ke kamar di mana Mia berada.

Pintu ternyata di kunci oleh Mia dari dalam, Zev mengetuk pintu beberapa kali tapi tak di gubris oleh orang yang ada di dalamnya.

“Tuan Zev. Apa Anda butuh ini?” seseorang yang bekerja di rumah Zev memberikan kunci lain dari kamar tersebut, Zev tanpa pikir dua kali menerima kunci kamar dan ia berhasil masuk ke kamar Mia tapi gadis itu bahkan tidak ada di sana.

Tanaman beserta potnya di letakkan di meja oleh Zev, terdengar suara air mengalir dari arah kamar mandi, Zev tersenyum. “Sepertinya istriku sedang mandi, bagaimana cara menggodanya lagi ya?” batin Zev yang jahil, karena memang ia suka bersikap jahil.

Duduk di kursi meja rias milik Mia, Zev menunggu gadis itu keluar sambil berpikir cara menggoda Mia. Sekitar lima belas menit, terdengar pintu terbuka. Mia belum menyadari keberadaan Zev karena seingat Mia ia telah mengunci pintu dari dalam, jadi dengan santai Mia hanya memakai handuk saat membuka lemari pakaian.

Zev memperhatikan, rambut pirang Mia yang basah, kulit mulus tanpa bekas luka. Kaki yang terpampang nyata, handuk yang di pakai oleh Mia hanya menutupi bagian dada dan setengah paha. Meskipun sudah ada pertunjukan menarik seperti itu, Zev masih juga belum begitu tertarik untuk menyentuh Mia.

Masih memperhatikan Mia yang sedang memilih pakaian, saat gadis itu berbalik sontak kedua bola matanya membola.

“ZEV!!!” pekik Mia kaget, untungnya Mia belum sempat melepskan handuk, atau Zev akan melihat bagian tubuhnya.

Dengan santai Zev menopangkan kepalanya diatas telapak tangan yang bertumpu dengan meja rias, bibirnya tersenyum tanpa dosa sambil terus menatap Mia.

“Kenapa? Lanjutkan saja, aku tidak akan mengganggumu berpakaian.”

“Dengan keberadaanmu di sini saja itu sudah menggangguku. Sekarang keluar!” Mia tak mendekat, ia hanya menunjuk pintu menyuruh Zev keluar dari sana. Tapi Zev tak bergeming, lelaki itu hanya tersenyum tanpa bergeser dari posisinya saat ini.

Mia berdecih, ia membawa pakaiannya ke kamar mandi untuk ia pakai di sana agar Zev tidak terus menatapnya seperti tadi. Tak butuh waktu lama bagi Mia memakai pakaian, ia takut Zev akan menerobos masuk tanpa permisi.

Saat keluar Mia sudah tidak menemukan Zev selain tanaman yang Mia inginkan untuk di pindah ke kamar. Mia menyisir rambut seadanya, membiarkan sedikit basah saat keluar dari kamar.

“Tuan Zev sudah menunggu Anda di ruang makan.” Mia terkejut, suara manusia yang masih belum ia kenal langsung terdengar tepat saat Mia menutup pintu kamar.

“Apa kamu bisa untuk tidak membuatku terkejut?” Mia mengusap dada, ia tidak marah, hanya terkejut. Langkah Mia pun menghampiri Zev yang sudah duduk tenang.

Pelayan memberikan makanan untuk Mia dan Zev, sesekali Mia melirik ke arah Zev dan lelaki itu juga tengah menatapnya. Mia mengalihkan pandangan ke arah makanan.

Namun Zev masih menatap Mia, gadis itu orang baru yang tiba-tiba ia nikahi dan kini gadis itu adalah istrinya. Mia bahkan tidak melepaskan cincin pernikahan yang Zev sematkan. Zev tersenyum samar, sebelum fokus menyantap makanan tanpa ada perbincangan antara ia dan Mia. 

____

Bersambung...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status