Share

12. Viona Yang Sebenarnya (Flashback)

Saat ini Sagara sudah duduk kembali di kursi pelaminan. Untuk sejenak pemuda tampan itu memang duduk di kursi itu. Dia baru bisa pergi meninggalkan kursi pelaminan saat Sekretaris Ken telah selesai mengurus pekerjaan yang tadi dia perintahkan.

"Suamiku," ucap Viona yang saat ini tengah memeluk lengan Sagara di kursi pelaminan.

Sagara merasa risih saat dipeluk lengannya dan tubuhnya disenderi oleh Viona. Beberapa kali Sagara melepaskan pelukan lengan Viona dari tubuhnya yang dibarengi dengan senyum yang kaku, namun Viona selalu nemplok kembali bak kumbang yang hinggap di sebuah bunga yang harum nan menawan.

"Vio, tolong lepaskan pelukanmu itu! Aku sedang kegerahan." ucap Sagara.

"Wokeh, Suamiku. Kamu mau sekalian dikipasin nggak?" tanya Viona antusias.

"Nggak usah."

Viona tidak menggubris penolakan dari Sagara, gadis itu tetap mengambil kipas dan mengipaskannya kuat-kuat ke arah Sagara sampai membuat bulu mata laki-laki itu melengkung-melengkung karena terkena angin yang sangat dahsyat.

"Pelan-pelan Vio! Anginnya terlalu kencang."

"Kalau nggak kencang, nggak terasa sejuk, Suamiku."

"Hadeh, terserahlah." pasrah Sagara yang langsung menundukkan kepalanya dan menutupi sebagian wajahnya dengan tangan kanannya agar angin dari kipas itu tak mengganggu penglihatannya.

'Kudu banyak sabar nih punya Istri kurang se'ons kaya si Viona jelek.' batin Sagara.

Viona yang memang agak-agak gimana sifat dan pola pikirnya masih semangat mengipasi Sagara dengan kekuatan penuhnya.

Meski Viona diberi kekurangan seperti itu, namun tenaganya jangan diragukan lagi keperkasaannya. Dia benar-benar super women, eh super power.

Dari jauh ada seorang wanita yang berpakaian batik dengan gaya yang sederhana, dialah Sarmila, seorang wanita yang pernah membuat laki-laki patah kaki, eh patah hati gara-gara tidak bisa menikahinya karena terhalang restu orang tua.

Sarmila kini sudah menjadi seorang Ibu rumah tangga yang merangkap menjadi asisten rumah tangga di rumah Sofyan Adem Anyes. Dia adalah ART yang sering ditugasi mengurus Viona di sela-sela pekerjaan rumah lainnya.

"Non Vio, Bibi Sarmila nggak nyangka, jodoh Non datang secepat ini." ucapnya sambil menyeka beberapa butir, eh bulir air mata yang menetes dari pelupuk matanya.

"Selamat ya, Non, karena berhasil menikah dengan laki-laki pujaan Non Vio meski laki-laki itu sudah cacat sekarang."

"Jika Non Vio tidak ketabrak mobil waktu kecil, kira-kira nasib Non Vio seperti apa ya sekarang?"

Pikiran Sarmila mulai melanglang buana ke masa lalu, masa di mana Viona masih kanak-kanak.

***

Keluarga kecilnya Pak Sofyan dan Bu Nadira sangat bahagia dan harmonis. Mereka sangat beruntung karena mempunyai dua anak perempuan yang sangat cerdas dan juga indah rupanya.

"Ma, Papa yakin, kelak kita akan jadi keluarga yang sukses. Kedua anak kita sangat pintar-pintar dan juga sangat cantik-cantik. Papa optimis, di masa mendatang bakalan banyak pemuda tampan dan kaya yang akan mengantri untuk melamar kedua anak kita."

"Iya, Pah. Kamu benar. Dukun yang bilang Viona penangkal hal negatif benar-benar terbukti keasliannya. Setelah kedatangan Viona di keluarga kita, usaha kita mulai maju. Terus juga Viona anaknya sangat cerdas dan cantik luar biasa. Viola saja kalah dengan kepintaran dan kecantikan Viona."

"Iya, Ma. Betul."

"Kalian jahat!" pekik Viola yang ternyata sedari tadi menguping pembicaraan kedua orang tuanya yang selalu membangga-banggakan Viona. "Kenapa Mama sama Papa hanya sayang sama Viona!" raung  gadis itu yang kini mulai menangis pilu.

"Astaga, Sayang. Kami berdua juga menyayangimu." tutur Bu Nadira.

"Bohong! Kalian itu hanya mementingkan Viona saja selama ini!" sergah Viola menampik keras-keras pengakuan dari Ibunya.

"Sayang," Bu Nadira kini mulai merengkuh anak gadis-nya dan meyakinkan Viola bahwa dia juga adalah anak kesayangan mereka.

Tangisan Viola mereda, namun kedengkian di dalam hatinya tidaklah padam.

Viola sangat benci kepada Adiknya yang usianya berada empat tahun di bawahnya. Viona terlampau pintar hingga loncat kelas dan membuat dirinya satu kelas dengan Kakaknya.

Viola yang awalnya jadi juara kelas dan juara umum seangkatannya langsung tergeser oleh Viona.

Viola semakin tertekan saat Viona akan loncat kelas kembali dan menyalip dirinya. Belum lagi dengan kepopuleran Viona yang terus melejit, semakin membuat jiwa iri dalam hatinya meronta-ronta ingin keluar.

Suatu hari Viona dan Viola berada di pinggir jalan raya. Mereka berdua sedang menunggu Ayah Sofyan yang sedang membeli ayam goreng KPC di gerai toko itu.

Saat itu suasana cukup lengang dan tidak banyak orang yang berlalu-lalang di trotoar jalan. Viola melihat ada sebuah mobil dari arah barat tengah melaju dengan kecepatan yang tinggi.

Setan pembisik dalam dirinya mulai membisikkan hal-hal yang jahat agar Viola mendorong tubuh Viona yang saat ini sedang berdiri dekat dengan jalan raya.

Viola yang sudah gelap mata akhirnya mendorong tubuh Viona sekuat tenaga saat mobil itu sudah mulai dekat dengan mereka.

Brakkk.

Tubuh Viona tertabrak mobil itu dan terpental cukup jauh setelah berguling-guling beberapa kali di atas jalanan aspal.

Mobil yang menabrak Viona sempat berhenti sebentar, namun tidak lama kemudian mobil itu tancap gas lagi dan kabur dari tanggung jawabnya.

Semua orang yang awalnya berada di dalam bangunan toko segera berhamburan keluar setelah mendengar suara pekikan Viona saat tertabrak mobil.

Viola mulai berakting menangis meraung-raung melihat saudaranya tertabrak mobil.

Pak Sofyan shock berat dan hampir pingsan saat melihat anak kebanggaannya tergeletak di atas jalanan dengan darah yang terus keluar menggenangi sekitaran tubuh gadis itu.

"Viona!" pekik Pak Sofyan sambil menangis.

Viona langsung dilarikan ke Rumah Sakit dan beruntung nyawanya masih bisa di selamatkan meski kondisi mentalnya tidak seperti dulu.

Di saat Viona sedang terbaring di atas ranjang pasca operasi, di lain tempat Viola sedang dimintai keterangan oleh petugas Polisi yang menangani kasus tabrak lari ini.

"Nak, kamu masih ingat nggak kronologi kejadiannya seperti apa?" tanya petugas Polisi itu lemah lembut.

"Ma-masih," jawab Viola tergagap dengan raut wajahnya yang dibuat sesendu mungkin.

"Coba ceritakan kepada Paman kronologi saat Adik kamu tertabrak mobil!"

"Waktu itu Vio lagi mainan karet gelang kesayangannya, terus karet itu nggak sengaja kelempar ke tengah jalan. Vio langsung lari ke tengah jalan untuk ambil karet gelangnya, tapi tiba-tiba ada mobil yang lagi ngebut nabrak dia." jelas Viola yang diiringi oleh isak tangis.

"Kamu masih ingat kan ciri-ciri mobil si penabrak?"

"Masih," angguk Viola.

"Tolong ceritakan dengan detail semua ciri-cirinya! Kalau bisa dengan nomor plat kendaraannya!"

"Mobilnya berwarna hitam, terus platnya ada huruf B-nya." bohong Viola.

"Kalau angkanya? Kamu masih ingat nggak, Nak?"

"Kurang ingat, tapi ada nomor satu-nya." lagi-lagi Viola berbohong.

"Terimakasih ya atas semua informasinya. Kamu memang benar-benar anak yang pintar." puji Polisi itu yang tidak sadar bahwa dirinya sedang dibohongi oleh gadis kecil di depannya.

***


Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status