Saat ini Sagara sudah duduk kembali di kursi pelaminan. Untuk sejenak pemuda tampan itu memang duduk di kursi itu. Dia baru bisa pergi meninggalkan kursi pelaminan saat Sekretaris Ken telah selesai mengurus pekerjaan yang tadi dia perintahkan.
"Suamiku," ucap Viona yang saat ini tengah memeluk lengan Sagara di kursi pelaminan.
Sagara merasa risih saat dipeluk lengannya dan tubuhnya disenderi oleh Viona. Beberapa kali Sagara melepaskan pelukan lengan Viona dari tubuhnya yang dibarengi dengan senyum yang kaku, namun Viona selalu nemplok kembali bak kumbang yang hinggap di sebuah bunga yang harum nan menawan.
"Vio, tolong lepaskan pelukanmu itu! Aku sedang kegerahan." ucap Sagara.
"Wokeh, Suamiku. Kamu mau sekalian dikipasin nggak?" tanya Viona antusias.
"Nggak usah."
Viona tidak menggubris penolakan dari Sagara, gadis itu tetap mengambil kipas dan mengipaskannya kuat-kuat ke arah Sagara sampai membuat bulu mata laki-laki itu melengkung-melengkung karena terkena angin yang sangat dahsyat.
"Pelan-pelan Vio! Anginnya terlalu kencang."
"Kalau nggak kencang, nggak terasa sejuk, Suamiku."
"Hadeh, terserahlah." pasrah Sagara yang langsung menundukkan kepalanya dan menutupi sebagian wajahnya dengan tangan kanannya agar angin dari kipas itu tak mengganggu penglihatannya.
'Kudu banyak sabar nih punya Istri kurang se'ons kaya si Viona jelek.' batin Sagara.
Viona yang memang agak-agak gimana sifat dan pola pikirnya masih semangat mengipasi Sagara dengan kekuatan penuhnya.
Meski Viona diberi kekurangan seperti itu, namun tenaganya jangan diragukan lagi keperkasaannya. Dia benar-benar super women, eh super power.
Dari jauh ada seorang wanita yang berpakaian batik dengan gaya yang sederhana, dialah Sarmila, seorang wanita yang pernah membuat laki-laki patah kaki, eh patah hati gara-gara tidak bisa menikahinya karena terhalang restu orang tua.
Sarmila kini sudah menjadi seorang Ibu rumah tangga yang merangkap menjadi asisten rumah tangga di rumah Sofyan Adem Anyes. Dia adalah ART yang sering ditugasi mengurus Viona di sela-sela pekerjaan rumah lainnya.
"Non Vio, Bibi Sarmila nggak nyangka, jodoh Non datang secepat ini." ucapnya sambil menyeka beberapa butir, eh bulir air mata yang menetes dari pelupuk matanya.
"Selamat ya, Non, karena berhasil menikah dengan laki-laki pujaan Non Vio meski laki-laki itu sudah cacat sekarang."
"Jika Non Vio tidak ketabrak mobil waktu kecil, kira-kira nasib Non Vio seperti apa ya sekarang?"
Pikiran Sarmila mulai melanglang buana ke masa lalu, masa di mana Viona masih kanak-kanak.
***
Keluarga kecilnya Pak Sofyan dan Bu Nadira sangat bahagia dan harmonis. Mereka sangat beruntung karena mempunyai dua anak perempuan yang sangat cerdas dan juga indah rupanya.
"Ma, Papa yakin, kelak kita akan jadi keluarga yang sukses. Kedua anak kita sangat pintar-pintar dan juga sangat cantik-cantik. Papa optimis, di masa mendatang bakalan banyak pemuda tampan dan kaya yang akan mengantri untuk melamar kedua anak kita."
"Iya, Pah. Kamu benar. Dukun yang bilang Viona penangkal hal negatif benar-benar terbukti keasliannya. Setelah kedatangan Viona di keluarga kita, usaha kita mulai maju. Terus juga Viona anaknya sangat cerdas dan cantik luar biasa. Viola saja kalah dengan kepintaran dan kecantikan Viona."
"Iya, Ma. Betul."
"Kalian jahat!" pekik Viola yang ternyata sedari tadi menguping pembicaraan kedua orang tuanya yang selalu membangga-banggakan Viona. "Kenapa Mama sama Papa hanya sayang sama Viona!" raung gadis itu yang kini mulai menangis pilu.
"Astaga, Sayang. Kami berdua juga menyayangimu." tutur Bu Nadira.
"Bohong! Kalian itu hanya mementingkan Viona saja selama ini!" sergah Viola menampik keras-keras pengakuan dari Ibunya.
"Sayang," Bu Nadira kini mulai merengkuh anak gadis-nya dan meyakinkan Viola bahwa dia juga adalah anak kesayangan mereka.
Tangisan Viola mereda, namun kedengkian di dalam hatinya tidaklah padam.
Viola sangat benci kepada Adiknya yang usianya berada empat tahun di bawahnya. Viona terlampau pintar hingga loncat kelas dan membuat dirinya satu kelas dengan Kakaknya.
Viola yang awalnya jadi juara kelas dan juara umum seangkatannya langsung tergeser oleh Viona.
Viola semakin tertekan saat Viona akan loncat kelas kembali dan menyalip dirinya. Belum lagi dengan kepopuleran Viona yang terus melejit, semakin membuat jiwa iri dalam hatinya meronta-ronta ingin keluar.
Suatu hari Viona dan Viola berada di pinggir jalan raya. Mereka berdua sedang menunggu Ayah Sofyan yang sedang membeli ayam goreng KPC di gerai toko itu.
Saat itu suasana cukup lengang dan tidak banyak orang yang berlalu-lalang di trotoar jalan. Viola melihat ada sebuah mobil dari arah barat tengah melaju dengan kecepatan yang tinggi.
Setan pembisik dalam dirinya mulai membisikkan hal-hal yang jahat agar Viola mendorong tubuh Viona yang saat ini sedang berdiri dekat dengan jalan raya.
Viola yang sudah gelap mata akhirnya mendorong tubuh Viona sekuat tenaga saat mobil itu sudah mulai dekat dengan mereka.
Brakkk.
Tubuh Viona tertabrak mobil itu dan terpental cukup jauh setelah berguling-guling beberapa kali di atas jalanan aspal.
Mobil yang menabrak Viona sempat berhenti sebentar, namun tidak lama kemudian mobil itu tancap gas lagi dan kabur dari tanggung jawabnya.
Semua orang yang awalnya berada di dalam bangunan toko segera berhamburan keluar setelah mendengar suara pekikan Viona saat tertabrak mobil.
Viola mulai berakting menangis meraung-raung melihat saudaranya tertabrak mobil.
Pak Sofyan shock berat dan hampir pingsan saat melihat anak kebanggaannya tergeletak di atas jalanan dengan darah yang terus keluar menggenangi sekitaran tubuh gadis itu.
"Viona!" pekik Pak Sofyan sambil menangis.
Viona langsung dilarikan ke Rumah Sakit dan beruntung nyawanya masih bisa di selamatkan meski kondisi mentalnya tidak seperti dulu.
Di saat Viona sedang terbaring di atas ranjang pasca operasi, di lain tempat Viola sedang dimintai keterangan oleh petugas Polisi yang menangani kasus tabrak lari ini.
"Nak, kamu masih ingat nggak kronologi kejadiannya seperti apa?" tanya petugas Polisi itu lemah lembut.
"Ma-masih," jawab Viola tergagap dengan raut wajahnya yang dibuat sesendu mungkin.
"Coba ceritakan kepada Paman kronologi saat Adik kamu tertabrak mobil!"
"Waktu itu Vio lagi mainan karet gelang kesayangannya, terus karet itu nggak sengaja kelempar ke tengah jalan. Vio langsung lari ke tengah jalan untuk ambil karet gelangnya, tapi tiba-tiba ada mobil yang lagi ngebut nabrak dia." jelas Viola yang diiringi oleh isak tangis.
"Kamu masih ingat kan ciri-ciri mobil si penabrak?"
"Masih," angguk Viola.
"Tolong ceritakan dengan detail semua ciri-cirinya! Kalau bisa dengan nomor plat kendaraannya!"
"Mobilnya berwarna hitam, terus platnya ada huruf B-nya." bohong Viola.
"Kalau angkanya? Kamu masih ingat nggak, Nak?"
"Kurang ingat, tapi ada nomor satu-nya." lagi-lagi Viola berbohong.
"Terimakasih ya atas semua informasinya. Kamu memang benar-benar anak yang pintar." puji Polisi itu yang tidak sadar bahwa dirinya sedang dibohongi oleh gadis kecil di depannya.
***
Petugas Polisi yang sudah selesai memintai keterangan dari Viola segera pergi dari Rumah Sakit Citra Husada. Viola memandangi punggung Pak Polisi itu yang kini mulai menjauh dari tempatnya berdiri.Viola tersenyum sinis. 'Tidak akan aku biarkan penabrak mobil itu ditemukan. Jika pengemudi mobil itu ditemukan maka aku pasti akan terkena getahnya juga.'Viola sadar betul bahwa di setiap mobil kemungkinan ada dashboard camera yang terpasang di dalamnya, yang berfungsi untuk merekam kondisi jalanan yang mereka lalui. Tidak menutup kemungkinan di camera itu terekam saat Viola mendorong Viona ke tengah jalan. Untungnya di sekitar daerah itu tidak ada CCTV yang terpasang, sehingga Viola bisa bernapas lega.Perihal Viona, Viola yakin bahwa Adiknya itu pasti mengalami kerusakan yang parah pada bagian otaknya, mengingat banyak darah yang keluar dari bagian kepala Viona.Lagipula jika Viona masih ingat betul tentang peristiwa tadi siang, Viola akan dengan mudah me
Sagara yang tidak nyaman dengan perilaku Viona langsung menjauhkan tangan gadis itu dari dadanya dan menyentak kasar tubuh Viona dengan tangannya."Ma-maaf," ucap Sagara kepada Viona yang kini telah nyungsep ke ujung kursi pelaminan itu.Beberapa pasang mata memperhatikan kejadian itu, namun Sagara memilih untuk cuek saja."Suamiku, kok kamu seksi banget sih kalau sedang kasar kayak gitu." ucap Viona dengan kedua matanya yang berbinar.Viona segera mendekat lagi ke arah Sagara dan langsung nemplok ke tubuh laki-laki itu, mirip seperti uler keket yang nemplok ke sebuah dahan kecil di pepohonan."Huft," Sagara hanya bisa menghela napas lelahnya saat ditemploki lagi seperti ini oleh gadis jelek itu.'Ken kemana sih? Kenapa lama banget ngurus masalah itu.' batin Sagara.Sarmila yang ada di dekat mereka berdua juga hanya menghela napas panjangnya saat melihat tingkah Viona yang tidak merasa sakit hati sedikit pun dengan sikap kasar Sagara.
Di Aula utama gedung ini Sekretaris Ken mulai menjelaskan keadaan yang sebenarnya."Para hadirin tamu undangan semuanya yang sangat saya hormati, saya Kenzo selaku Sekretaris dari Tuan Muda Sagara Bhumi Saputra ingin menyampaikan bahwa calon pengantin Tuan Muda Sagara yang sebelumnya, yang bernama Viola bukan melarikan diri, melainkan diculik oleh orang-orang jahat. Berikut cuplikan video yang dikirimkan oleh para penculik untuk memeras kedua orang tua dari gadis yang tidak berdosa itu."Tangan Sekretaris Ken sudah menunjuk layar besar dengan lengannya namun layar itu tetap saja hitam dan belum ada tanda-tanda ada video yang terputar.Di ruangan khusus, tangan Sekretaris Diana sedang menahan tangan orang yang tadi dimintai tolong oleh Sekretaris Ken."Nona, kenapa Anda menahan tangan saya?" tanya orang itu."Apakah itu video tentang Viola yang diculik?" tanya Sekretaris Diana yang tidak mengindahkan pertanyaan dari laki-laki itu."Iya,"Deng
Semua orang langsung tegang saat mendapati layar besar di dalam gedung itu mulai mengerjap-ngerjap.Blub blub blub."Patrick, kenapa kau taruh semua bawang di dalam krapie pati?""Biar makin tambah enak, Spongebob.""Cepat taruh kembali bawang-bawang itu ke piring dan ganti dengan tomat dan selada, Patrick!""Tidak mau, Spongebob.""Hahaha!" suara ledakan tawa kembali memenuhi seisi ruangan gedung ini karena video yang ditampilkan di dalam layar besar adalah cuplikan video dari film kartun yang ternama bukan video tentang Viola yang diculik."Oh, jadi ini video tentang keadaan Viola yang diculik ya, Tuan Ken, hahaha!" celetuk seseorang.Sagara menggenggam erat tangannya karena sangat kesal dengan tingkah orang itu yang sedari tadi selalu mengolok-olok-nya. Sagara juga sangat kesal dengan tawa semua or
Kehormatan Sagara kini mulai pulih kembali dan orang-orang yang sejak tadi mencibir Sagara kini mulai mengagung-agungkan laki-laki itu kembali."Ternyata Viola beneran diculik ya.""Hu'um,""Berarti gadis itu bukan melarikan diri dari pernikahannya karena menolak dijodohkan dengan Tuan Muda Sagara dong.""Jelas bukanlah. Mana mungkin ada wanita yang berani menolak pesona Tuan Muda Sagara yang berkharisma seperti itu. Meski Tuan Muda Saga sudah tidak sesempurna dulu, tapi tetap saja jika dibandingkan dengan laki-laki normal pada umumnya, masih lebih unggul Tuan Muda Sagara kemana-mana.""Hu'um, betul banget.""Tapi kasihan ya Tuan Muda Saga, dia malah menikah dengan gadis bodoh gara-gara ulah para penjahat itu.""Iya, kasihan sekali. Andai saja para penjahat itu tidak menculik Viola, sudah pasti hari ini kita akan melihat peristiwa sakral yang luar bia
"Anu, itu anu apa, Tuan Muda?" tanya Sekretaris Ken."Kepalaku pusing." bohong Sagara. 'Ah, mudah-mudahan Ken percaya.' lanjutnya membatin."Pasti gara-gara peristiwa tadi ya, Tuan. Hehe, aku minta maaf ya kalau tadi sempat membuat Tuan Muda Saga malu. Itu semua di luar rencanaku." ucap Sekretaris Ken yang percaya saja dengan perkataan Sagara dan laki-laki itu mengira bahwa Tuannya sedang pusing gara-gara dipermalukan dua kali gara-gara permasalahan video itu."Kenapa video-nya ngadat seperti itu sih, Ken?" tanya Sagara kesal. "Yang pertama saja sudah buat aku mati kutu, eh ketambahan sama video kartun itu. Arghhh, ingin kubenamkan saja wajahku ke permukaan bantal saat itu.""Kalau yang pertama itu memang sudah sesuai dengan perkiraanku, Tuan.""Maksudmu, kamu memang sengaja membuatnya seperti itu?""Tidak sengaja juga sih, Tuan. Yang pertama itu sepertinya terjadi karena ulah dari Sekretaris Diana. Ini sih hanya tebakanku saja. Ah itu orangny
Sekretaris Ken dan Sagara sudah berada di tempat parkir, begitu pula dengan Yunita, wanita itu ternyata sudah berada di tempat yang sama pula."Apa kau lihat-lihat?" ketus Yunita kepada Sekretaris Ken yang tidak sengaja melihat ke arahnya.Sekretaris Ken hanya membuang wajahnya saja ke arah lain dan tidak ada keinginan sedikit pun untuk meladeni Yunita."Tuan, tolong pegangan kuat-kuat ke tubuhku!" pinta Sekretaris Ken kepada Sagara. Saat ini laki-laki itu ingin memindahkan tubuh Sagara ke dalam mobil.Sagara pun menurutinya dan dengan mudahnya Sekretaris Ken bisa mengangkat tubuh Tuan Mudanya hanya dalam sekali coba."Wow, kuat banget." gumam Yunita yang masih memperhatikan kedua laki-laki itu dari balik kaca hitam mobilnya."Terimakasih, Ken." ucap Sagara."Sama-sama, Tuan."Kini Sekretaris Ken segera melipat kursi roda Tuan Mudanya dan memasukkan
"Inget, Kimoci-nya jangan dikasih makan lagi ya, Teh. Tadi sudah Babeh kasih makan." ucap Tuan Batari."Okeh, Beh." jawab Yunita.Saat Yunita akan melanjutkan langkahnya, Tuan Batari tiba-tiba memanggilnya kembali."Kenapa, Beh?" tanya Yunita."Kamu udah ngasih tahu Raga belum, Teh?""Raga?" kening Yunita mengerut."Iya, Raga. Raga Surya Pratama." ucap Tuan Batari mengingatkan Yunita."Oh Raga anaknya Om Surya.""Iya,""Belum Teteh kasih tahu, Beh.""Cepetan kasih tahu! Acaranya nanti malem kok kamu malah belum ngasih tahu si Raga sih, Teh.""Iya, Beh. Nanti Teteh telepon nomor hapenya Raga. Oh iya, Babeh seriusan mau ngundang Raga dan kedua orang tuanya?""Seriusan lha, Teh. Kalau nggak serius, buat apa Babeh minta