Share

11. Nama Baik Viola Terselamatkan

Di gedung B, kedua orang tuanya Viola sedang panik setelah mendapatkan telepon dari penculik itu. Meski hati mereka merasa lega karena tahu keberadaan Viola, namun dengan keadaannya saat ini malah semakin membuat waswas kedua hati orang tua itu.

"Gimana ini, Pah?" tanya Nyonya Nadira panik.

"Tenang, Ma! Kita pasti bisa nyelametin anak kita, Ma."

"Itu Viola sampai nangis-nangis gitu, Pah. Ayo cepetan kita selametin dia dan bawa uang seratus juta buat tebusannya." guncang Nyonya Nadira yang sudah tidak sabar untuk bertemu dengan putrinya lagi.

"Tidak bisa sekarang, Ma. Kita hanya bisa bertemu sesuai jadwal yang diatur oleh para penculik itu. Salah, salah, malah nanti Viola yang akan jadi korban karena kita dikira berniat memberontak."

Sagara dan Sekretaris Ken yang baru saja kembali dari toilet mendengar percakapan antara Tuan Sofyan dan Nyonya Nadira yang tengah panik karena Viola diculik.

"Hah, diculik!" ucap Sagara yang volume suaranya bisa didengar oleh kedua orang tua itu.

Tuan Sofyan dan Nyonya Nadira langsung diam dan memberikan hormat sekilas kepada Sagara saat pemuda itu dan Sekretaris-nya mendekat ke arah mereka.

"Tolong jelaskan apa maksud dari perkataan kalian?" pinta Sagara kepada Tuan Sofyan dan Nyonya Nadira.

"Putri saya diculik oleh orang jahat, Tuan. Dan mereka minta tebusan uang."

"Berapa yang mereka minta?"

"Seratus juta, Tuan."

"Hah! Seratus juta," timpal Sagara tidak percaya.

"Iya, Tuan."

"Lalu, kapan pertukaran antara Viola dan uang tebusan itu akan dilaksanakan?"

"Nanti sore, Tuan. Sekitar jam lima sore."

"Di mana?"

"Di Stasiun terbengkalai, Tuan. Tapi...."

"Tapi apa?"

"Mereka meminta kami agar tidak macam-macam, Tuan. Kalau kami berani macam-macam maka nyawa Viola yang akan jadi taruhannya."

"Oh," angguk Sagara. "Baiklah, nanti sore biar Sekretaris Ken saja yang menangani pertukaran uang tebusan itu dengan Viola. Selain cerdik, Sekretaris-ku juga jago bela diri."

"Terimakasih banyak, Tuan."

"Sama-sama. Oh iya, uang tebusan itu biar aku saja yang membayarnya."

"Baik, Tuan."

"Ayo, Ken, kita kembali ke kursi pelaminanku!" ajak Sagara kepada Sekretaris-nya.

"Baik, Tuan."

Kursi roda milik Sagara mulai didorong kembali oleh Sekretaris Ken ke dalam ruang utama gedung mewah ini.

Kini hati Sagara sudah tenang karena ternyata Viola bukan kabur atau melarikan diri dari pernikahannya, namun dia diculik, yang artinya harga diri Sagara tidak terinjak-injak karena penolakan dari Viola.

Beruntung sekali Viola yang nama baiknya di depan Sagara bisa terselamatkan, sehingga di masa depan, gadis cantik itu masih bisa mendekati Sagara dan memanfaatkan kekuasaan yang dimiliki oleh laki-laki itu untuk kepentingan pribadinya.

"Tuan Muda Saga," panggil Sekretaris Ken.

"Hm,"

"Bukankah ini sangat aneh sekali? Kenapa hanya seratus juta yang mereka pinta untuk tebusan? Jangan-jangan yang menculik Viola adalah antek-anteknya Tuan Awan agar Tuan Muda tidak bisa menikah dengan gadis itu." tebak Sekretaris Ken.

"Bukan jangan-jangan lagi, Ken. Tapi memang kenyataannya seperti itu. Aku memang sudah mengira sejak awal bahwa berantakannya acara pernikahan hari ini adalah ulah dari Kakak-ku."

"Br*ngsek," umpat Sekretaris Ken yang merasa marah karena gara-gara ulah Awan, Viona gadis pujaan hatinya malah menikah dengan Tuannya.

"Ken,"

"Iya, Tuan."

"Tolong kamu atur agar nama baikku kembali pulih dalam sekejap dan acara pernikahan ini segera berakhir. Aku sungguh tidak tahan jika duduk berdekatan dengan gadis jel-" ucapan Sagara langsung terpotong saat melihat delikan tajam dari Sekretarisnya.

"Gadis jel- apa, Tuan Muda?" selidik Sekretaris Ken yang masih memasang delikan tajamnya.

"Yang jel-las-jelas pujaan hatimu, maksudku." koreksi Sagara yang tidak sesuai dengan rencana awalnya.

"Oh," raut wajah Sekretaris Ken langsung santai kembali.

"Fiuh~" Sagara menghela napas leganya.

Entahlah, hubungan Sagara dengan Sekretaris-nya memang sedikit unik tapi bukan rumit. Jika di waktu-waktu tertentu, mereka akan bersikap profesional selayaknya Bos dan bawahannya, agar kewibawaan Sagara tidak jatuh, namun di beberapa waktu, sikap mereka kadang seperti seorang teman yang sangat akrab, dan terkadang Sagara juga tidak ingin menyakiti perasaan Sekretaris-nya itu dan sering mengalah.

Sekretaris Ken awalnya adalah teman sekolahnya Sagara dari jaman sekolah dasar, namun karena keadaan ekonomi Sekretaris Ken sangat memprihatinkan dan ditambah lagi dengan Ibunya yang mengalami gangguan jiwa setelah kehilangan Arabella membuat Sekretaris Ken harus mulai bekerja menjadi asisten pribadi untuk Sagara di masa kanak-kanaknya, yang akhirnya naik pangkat menjadi Sekretaris pribadi untuk Sagara setelah mereka berdua lulus dari Universitas yang sama di Inggris.

Biaya kuliah Sekretaris Ken ditanggung oleh orang tuanya Sagara yang dulu masih hidup meski sering sakit-sakitan.

Setelah Sagara lulus dari perguruan tinggi, Ayah handanya yang bernama Bhumi Cakra menghembuskan napas terakhir-nya di sebuah Rumah Sakit setelah beberapa minggu di rawat di sana.

Pemegang saham terbesar di Samudra Group juga menghadiri acara pemakaman CEO pertama di Perusahaan besar itu yaitu mendiang Bhumi Cakra yang dulunya ikut dalam perintisan perusahaan ini bersama dengan Tuan Smith dan rekan lainnya. Namun karena Tuan Smith yang lebih banyak mengeluarkan uang untuk merintis usaha membuat laki-laki itu memegang saham sebesar 52%, Bhumi Cakra 30%, Tuan Batari Ayah Handa dari Yunita istrinya Awan memiliki 6% saham, dan sisanya tersebar di empat rekan lainnya yang sudah pensiun dari Samudra Group.

Tuan Smith langsung datang ke Indonesia setelah mendapatkan kabar bahwa sahabatnya yang dia percayai untuk memegang tampuk kepemimpinan tertinggi di Perusahaan miliknya sakit keras dan tidak sadarkan diri selama tiga hari, dan saat detik-detik terakhir kehidupan Bhumi Cakra, tangan kanannya digenggam oleh Tuan Smith.

Sebelum Bhumi Cakra menghembuskan napas terakhirnya, beliau sempat berpesan kepada sahabatnya itu agar bersedia untuk menjaga kedua anak lelakinya dan mencari anak ketiganya yang berjenis kelamin perempuan yang dulu dibawa kabur sewaktu masih dalam kandungan oleh Istri mudanya karena wanita itu mencintai laki-laki lain.

Setelah kepergian Tuan Bhumi Cakra, Tuan Smith memilih CEO baru untuk menggantikan posisi mendiang Bhumi Cakra dan pilihannya jatuh kepada Sagara karena presentasi dan ide yang ditawarkan oleh Sagara sangat brilian, namun masa jabatan Sagara hanya bertahan untuk empat tahun saja, empat tahun kemudian Tuan Smith akan menunjuk kembali CEO yang memang pantas untuk mejabat untuk beberapa puluh tahun kedepan.

Hal inilah yang memicu Awan dan Sagara saling bersaing karena mereka tahu bahwa gaji seorang CEO di Samudra Group sangatlah besar dan seolah-olah semua dunia bisnis di Negara ini ada dalam genggaman mereka karena Perusahaan milik Tuan Smith sangat berpengaruh bagi setiap Perusahaan yang ada di Negara berkembang ini.

Manusia adalah makhluk yang paling serakah yang tidak pernah merasa puas meski telah diberikan segala kecukupan atau kelebihan dalam hidupnya dan akan terus berusaha meraih yang lebih tinggi lagi. Terkadang menghalalkan berbagai cara untuk mencapai tujuannya itu, baik itu materi, kehormatan, dan yang lainnya.

***


Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status