Petugas Polisi yang sudah selesai memintai keterangan dari Viola segera pergi dari Rumah Sakit Citra Husada. Viola memandangi punggung Pak Polisi itu yang kini mulai menjauh dari tempatnya berdiri.
Viola tersenyum sinis. 'Tidak akan aku biarkan penabrak mobil itu ditemukan. Jika pengemudi mobil itu ditemukan maka aku pasti akan terkena getahnya juga.'
Viola sadar betul bahwa di setiap mobil kemungkinan ada dashboard camera yang terpasang di dalamnya, yang berfungsi untuk merekam kondisi jalanan yang mereka lalui. Tidak menutup kemungkinan di camera itu terekam saat Viola mendorong Viona ke tengah jalan. Untungnya di sekitar daerah itu tidak ada CCTV yang terpasang, sehingga Viola bisa bernapas lega.
Perihal Viona, Viola yakin bahwa Adiknya itu pasti mengalami kerusakan yang parah pada bagian otaknya, mengingat banyak darah yang keluar dari bagian kepala Viona.
Lagipula jika Viona masih ingat betul tentang peristiwa tadi siang, Viola akan dengan mudah mengelak dan menggiring opini bahwa Viona salah ingat ataupun hal lainnya yang bisa Viola jadikan alasan kuat untuk memutarbalikkan fakta.
Setelah beberapa hari tidak sadarkan diri, akhirnya Viona sadar dari tidur panjangnya, namun dia kehilangan semua ingatannya dan tidak sepintar sebelumnya.
Viola memanfaatkan kesempatan ini untuk membuat Viona tenggelam dan hanya dirinya saja yang bersinar.
Viona mulai mencekoki Viona dengan pemahaman yang salah, seperti cara dandan yang salah dan otak Viona juga dicuci oleh Viola sehingga membuat kepribadian Adiknya berubah seratus delapan puluh derajat.
Viola selalu menyarankan agar Viona berdandan seperti ondel-ondel, dan selalu menekankan bahwa Viona sangat cantik dengan dandanan seperti itu.
Viola juga mulai memanipulasi pikiran Viona yang memang benar-benar seperti kertas kosong dan menjejalkan sebuah pemahaman bahwa jika ada orang luar mengatakan bahwa Viona jelek maka itu artinya cantik, dan ketika ada orang yang mengatakan Viona cantik maka itu artinya jelek.
Viona akhirnya tumbuh menjadi gadis yang aneh dan banyak dicela oleh orang-orang di sekitarnya, namun karena pemahaman yang ditanamkan oleh Viola kepada dirinya, membuat Viona tidak terintimidasi sebab dia menyangka bahwa semua orang sedang memujinya.
Selain hal di atas, Viona juga mengalami kesulitan membaca. Mungkin efek dari kecelakaan itu sehingga membuat otak Viona mengalami masalah yang serius.
Sedangkan pelaku tabrak lari itu memilih untuk bersembunyi selamanya. Dia menyembunyikan mobil yang dahulu dia pakai saat menabrak Viona ke dalam sebuah garasi dan dia tutup dengan kain hitam yang sangat besar, yang menandakan bahwa mobil itu tidak akan dipakai kembali.
Mobil itu juga bukan berwarna hitam, melainkan berwarna merah dengan gambar super hero laba-laba dan super hero kelelawar yang menghiasi body mobilnya.
***
"Bi Sarmila," panggil seorang pelayan sambil mengguncang-guncangkan tubuh Sarmila.
"Eh iya, ada apa?" ucap Sarmila yang langsung tersadar dari lamunan panjangnya.
"Ini obat untuk Nona Viona dan juga makan siang untuknya telah siap. Bukankah setiap jam segini Nona Viona harus meminum obatnya agar bisa segera pulih seperti sediakala."
"Oh iya, aku hampir lupa. Makasih ya." ucap Sarmila yang langsung mengambil alih nampan dari salah satu pelayan yang bertugas di gedung resepsi ini.
Selama ini Viona masih rutin meminum obat yang di resepkan oleh salah satu kerabat Pak Sofyan yang bekerja menjadi salah satu tenaga medis di kota ini.
Beliau mengatakan bahwa Viona bisa kembali pulih seperti sebelumnya jika rutin meminum obat vitamin ini.
***
Namun yang tidak mereka ketahui adalah kerabat dekat Pak Sofyan yang bekerja menjadi tenaga medis telah berkomplot dengan Viola yang merupakan keponakan kesayangannya.
Selain itu anaknya juga berada di peringkat pertama dan kemungkinan akan segera tergeser setelah Viona loncat kelas lagi.
Dia tidak mau hal itu terjadi, sebab jika anaknya sampai tergeser ke peringkat dua maka semua fasilitas yang sudah anaknya dapatkan akan diberikan kepada Viona dan kemungkinan beasiswa anaknya juga akan dicabut.
Selain keringanan dari biaya sekolah, jika sang anak berada di peringkat pertama ada rasa kebanggaan tersendiri dan dia tidak mau kehilangan hal itu.
Meski sudah berjalan cukup lama, namun obat itu masih diberikan kepada Viona sebab Viola tidak ingin Viona sembuh dan menjadi jenius seperti sebelumnya.
Sarmila sudah semakin dekat dengan Viona yang saat ini tengah mengipasi Sagara. Gadis itu yang melihat kehadiran Sarmila mulai menghentikan kipasannya dan mulai bangkit dan menyanyikan sebuah lagu yang biasa dia nyanyikan saat Sarmila datang ke arahnya.
"Oh Sarmila~ hooo~ Sarmila~ cintaku~ hooo~ milikku."
Sarmila tersipu malu ketika mendengar lagu itu dinyanyikan oleh Viona, sebab lagu itu membuatnya teringat dengan mantan terindah yang pernah menyanyikan lagu dangdut itu ketika mereka terpaksa putus hubungan.
Sarmila lekas meletakkan nampan yang dia bawa ke atas meja dan langsung menepuk ringan Viona.
"Ih, si Non mah, jangan nyanyiin lagu itu dong, Non!"
"Kalau gitu Bibi Sarmila jangan lagi bawain obat nggak enak itu." tunjuk Viona ke arah obat yang rutin dia konsumsi sedari kecil. "Vio nggak suka sama obatnya, pahit, huek," tutur Viona dengan bibirnya yang dimaju-majukan sepanjang jalan kenangan, eh tiga centimeter maksudnya.
"Non Vio harus minum obat itu agar cepet sehat."
"Tapi Vio ini sudah sehat, Bibi Sarmila cuan~tiks."
"Belum, Non Vio belum sehat. Jadi harus tetep minum obat itu. Bibi lebih rela Non Vio nyanyiin lagu Sarmila tiap hari asalkan Non Vio mau minum obat."
"Haaa~ haaa~" keluh Viona yang kini duduknya sudah turun ke atas lantai panggung. Gadis itu menjejak-jejakkan kedua kakinya seperti anak kecil yang sedang merengek.
"Bibi nggak mau tahu, pokoknya Non Vio harus minum obat."
Sagara yang masih berada di dekat Viona dan Sarmila mulai mengerutkan keningnya.
'Sakit apa sih? Bukankah gadis jelek itu meski bodoh tapi tubuhnya sehat-sehat saja ya. Kenapa dia harus minum obat? Kenapa Bibi itu bilang Viona sakit? Apa jangan-jangan yang sakit itu otaknya? Ah sepertinya memang iya otaknya yang konslet.' batin Sagara.
"Vio mau makan dan minum obat kalau Suami Vio yang nyuapin." tegas Viona yang sudah mau minum obatnya kembali.
"Hah!" pekik Sagara kaget.
Kedua wanita yang ada di sebelah Sagara langsung melihat ke arahnya dengan tatapan puppy eyes-nya.
"Ayolah, Tuan Muda Saga! Tolong suapin Nona Vio, ya!" pinta Bibi Sarmila.
"Ayolah Suamiku," rajuk Viona yang kini mulai memeluk dan menyenderi tubuh Sagara lagi, "suapin Vio, kan kamu sudah jadi Suami Vio." lanjut Viona sambil meraba dada bidang milik Sagara dan jari telunjuknya bergerak memutar-mutar di sekitar area itu.
Sagara merasa geli dengan gerakan tangannya Viona. "Tolong hentikan gerakan tanganmu!"
"Kenapa memangnya, Suamiku?"
"Geli,"
"Geli atau ... itu?" tanya Viona yang saat mendongakkan wajahnya dan menatap Sagara dengan tatapan mesumnya.
***
Sagara yang tidak nyaman dengan perilaku Viona langsung menjauhkan tangan gadis itu dari dadanya dan menyentak kasar tubuh Viona dengan tangannya."Ma-maaf," ucap Sagara kepada Viona yang kini telah nyungsep ke ujung kursi pelaminan itu.Beberapa pasang mata memperhatikan kejadian itu, namun Sagara memilih untuk cuek saja."Suamiku, kok kamu seksi banget sih kalau sedang kasar kayak gitu." ucap Viona dengan kedua matanya yang berbinar.Viona segera mendekat lagi ke arah Sagara dan langsung nemplok ke tubuh laki-laki itu, mirip seperti uler keket yang nemplok ke sebuah dahan kecil di pepohonan."Huft," Sagara hanya bisa menghela napas lelahnya saat ditemploki lagi seperti ini oleh gadis jelek itu.'Ken kemana sih? Kenapa lama banget ngurus masalah itu.' batin Sagara.Sarmila yang ada di dekat mereka berdua juga hanya menghela napas panjangnya saat melihat tingkah Viona yang tidak merasa sakit hati sedikit pun dengan sikap kasar Sagara.
Di Aula utama gedung ini Sekretaris Ken mulai menjelaskan keadaan yang sebenarnya."Para hadirin tamu undangan semuanya yang sangat saya hormati, saya Kenzo selaku Sekretaris dari Tuan Muda Sagara Bhumi Saputra ingin menyampaikan bahwa calon pengantin Tuan Muda Sagara yang sebelumnya, yang bernama Viola bukan melarikan diri, melainkan diculik oleh orang-orang jahat. Berikut cuplikan video yang dikirimkan oleh para penculik untuk memeras kedua orang tua dari gadis yang tidak berdosa itu."Tangan Sekretaris Ken sudah menunjuk layar besar dengan lengannya namun layar itu tetap saja hitam dan belum ada tanda-tanda ada video yang terputar.Di ruangan khusus, tangan Sekretaris Diana sedang menahan tangan orang yang tadi dimintai tolong oleh Sekretaris Ken."Nona, kenapa Anda menahan tangan saya?" tanya orang itu."Apakah itu video tentang Viola yang diculik?" tanya Sekretaris Diana yang tidak mengindahkan pertanyaan dari laki-laki itu."Iya,"Deng
Semua orang langsung tegang saat mendapati layar besar di dalam gedung itu mulai mengerjap-ngerjap.Blub blub blub."Patrick, kenapa kau taruh semua bawang di dalam krapie pati?""Biar makin tambah enak, Spongebob.""Cepat taruh kembali bawang-bawang itu ke piring dan ganti dengan tomat dan selada, Patrick!""Tidak mau, Spongebob.""Hahaha!" suara ledakan tawa kembali memenuhi seisi ruangan gedung ini karena video yang ditampilkan di dalam layar besar adalah cuplikan video dari film kartun yang ternama bukan video tentang Viola yang diculik."Oh, jadi ini video tentang keadaan Viola yang diculik ya, Tuan Ken, hahaha!" celetuk seseorang.Sagara menggenggam erat tangannya karena sangat kesal dengan tingkah orang itu yang sedari tadi selalu mengolok-olok-nya. Sagara juga sangat kesal dengan tawa semua or
Kehormatan Sagara kini mulai pulih kembali dan orang-orang yang sejak tadi mencibir Sagara kini mulai mengagung-agungkan laki-laki itu kembali."Ternyata Viola beneran diculik ya.""Hu'um,""Berarti gadis itu bukan melarikan diri dari pernikahannya karena menolak dijodohkan dengan Tuan Muda Sagara dong.""Jelas bukanlah. Mana mungkin ada wanita yang berani menolak pesona Tuan Muda Sagara yang berkharisma seperti itu. Meski Tuan Muda Saga sudah tidak sesempurna dulu, tapi tetap saja jika dibandingkan dengan laki-laki normal pada umumnya, masih lebih unggul Tuan Muda Sagara kemana-mana.""Hu'um, betul banget.""Tapi kasihan ya Tuan Muda Saga, dia malah menikah dengan gadis bodoh gara-gara ulah para penjahat itu.""Iya, kasihan sekali. Andai saja para penjahat itu tidak menculik Viola, sudah pasti hari ini kita akan melihat peristiwa sakral yang luar bia
"Anu, itu anu apa, Tuan Muda?" tanya Sekretaris Ken."Kepalaku pusing." bohong Sagara. 'Ah, mudah-mudahan Ken percaya.' lanjutnya membatin."Pasti gara-gara peristiwa tadi ya, Tuan. Hehe, aku minta maaf ya kalau tadi sempat membuat Tuan Muda Saga malu. Itu semua di luar rencanaku." ucap Sekretaris Ken yang percaya saja dengan perkataan Sagara dan laki-laki itu mengira bahwa Tuannya sedang pusing gara-gara dipermalukan dua kali gara-gara permasalahan video itu."Kenapa video-nya ngadat seperti itu sih, Ken?" tanya Sagara kesal. "Yang pertama saja sudah buat aku mati kutu, eh ketambahan sama video kartun itu. Arghhh, ingin kubenamkan saja wajahku ke permukaan bantal saat itu.""Kalau yang pertama itu memang sudah sesuai dengan perkiraanku, Tuan.""Maksudmu, kamu memang sengaja membuatnya seperti itu?""Tidak sengaja juga sih, Tuan. Yang pertama itu sepertinya terjadi karena ulah dari Sekretaris Diana. Ini sih hanya tebakanku saja. Ah itu orangny
Sekretaris Ken dan Sagara sudah berada di tempat parkir, begitu pula dengan Yunita, wanita itu ternyata sudah berada di tempat yang sama pula."Apa kau lihat-lihat?" ketus Yunita kepada Sekretaris Ken yang tidak sengaja melihat ke arahnya.Sekretaris Ken hanya membuang wajahnya saja ke arah lain dan tidak ada keinginan sedikit pun untuk meladeni Yunita."Tuan, tolong pegangan kuat-kuat ke tubuhku!" pinta Sekretaris Ken kepada Sagara. Saat ini laki-laki itu ingin memindahkan tubuh Sagara ke dalam mobil.Sagara pun menurutinya dan dengan mudahnya Sekretaris Ken bisa mengangkat tubuh Tuan Mudanya hanya dalam sekali coba."Wow, kuat banget." gumam Yunita yang masih memperhatikan kedua laki-laki itu dari balik kaca hitam mobilnya."Terimakasih, Ken." ucap Sagara."Sama-sama, Tuan."Kini Sekretaris Ken segera melipat kursi roda Tuan Mudanya dan memasukkan
"Inget, Kimoci-nya jangan dikasih makan lagi ya, Teh. Tadi sudah Babeh kasih makan." ucap Tuan Batari."Okeh, Beh." jawab Yunita.Saat Yunita akan melanjutkan langkahnya, Tuan Batari tiba-tiba memanggilnya kembali."Kenapa, Beh?" tanya Yunita."Kamu udah ngasih tahu Raga belum, Teh?""Raga?" kening Yunita mengerut."Iya, Raga. Raga Surya Pratama." ucap Tuan Batari mengingatkan Yunita."Oh Raga anaknya Om Surya.""Iya,""Belum Teteh kasih tahu, Beh.""Cepetan kasih tahu! Acaranya nanti malem kok kamu malah belum ngasih tahu si Raga sih, Teh.""Iya, Beh. Nanti Teteh telepon nomor hapenya Raga. Oh iya, Babeh seriusan mau ngundang Raga dan kedua orang tuanya?""Seriusan lha, Teh. Kalau nggak serius, buat apa Babeh minta
"Bukan gitu, Yun. Nanti sore Om sama keluarga mau ngehadirin acara anniversary pernikahan Kakek dan Neneknya Raga. Kemungkinan acaranya baru selesai pukul enam sore-an. Nah, Om nggak tahu nih, keburu atau nggak dateng ke acara ultah kamu." jelas Tuan Surya."Masih keburu, Om. Acara ulang tahun Yun dimulai pukul delapan malam. Om harus dateng ya!" bujuk Yunita. "Om kan udah Yun anggep keluarga Yun sendiri, jadi Om harus banget hadir ya!""Iya, insyaallah ya, Yun.""Kalau gitu, telepon-nya Yun tutup dulu ya, Om. Maaf kalau Yun ganggu aktivitas Om saat ini.""Nggak kok, Yun. Om nggak merasa terganggu sama sekali.""Syukurlah kalau gitu. Sampai jumpa nanti malam ya, Om.""Iya, Yun."Tut tut tut tut.Panggilan telepon itu pun berakhir."Yang telepon siapa, Pah?" tanya Dania penasaran."Yunit