Share

13. Obat Itu Ternyata

Petugas Polisi yang sudah selesai memintai  keterangan dari Viola segera pergi dari Rumah Sakit Citra Husada. Viola memandangi punggung Pak Polisi itu yang kini mulai menjauh dari tempatnya berdiri.

Viola tersenyum sinis. 'Tidak akan aku biarkan penabrak mobil itu ditemukan. Jika pengemudi mobil itu ditemukan maka aku pasti akan terkena getahnya juga.'

Viola sadar betul bahwa di setiap mobil kemungkinan ada dashboard camera yang terpasang di dalamnya, yang berfungsi untuk merekam kondisi jalanan yang mereka lalui. Tidak menutup kemungkinan di camera itu terekam saat Viola mendorong Viona ke tengah jalan. Untungnya di sekitar daerah itu tidak ada CCTV yang terpasang, sehingga Viola bisa bernapas lega.

Perihal Viona, Viola yakin bahwa Adiknya itu pasti mengalami kerusakan yang parah pada bagian otaknya, mengingat banyak darah yang keluar dari bagian kepala Viona.

Lagipula jika Viona masih ingat betul tentang peristiwa tadi siang, Viola akan dengan mudah mengelak dan menggiring opini bahwa Viona salah ingat ataupun hal lainnya yang bisa Viola jadikan alasan kuat untuk memutarbalikkan fakta.

Setelah beberapa hari tidak sadarkan diri, akhirnya Viona sadar dari tidur panjangnya, namun dia kehilangan semua ingatannya dan tidak sepintar sebelumnya.

Viola memanfaatkan kesempatan ini untuk membuat Viona tenggelam dan hanya dirinya saja yang bersinar.

Viona mulai mencekoki Viona dengan pemahaman yang salah, seperti cara dandan yang salah dan otak Viona juga dicuci oleh Viola sehingga membuat kepribadian Adiknya berubah seratus delapan puluh derajat.

Viola selalu menyarankan agar Viona berdandan seperti ondel-ondel, dan selalu menekankan bahwa Viona sangat cantik dengan dandanan seperti itu.

Viola juga mulai memanipulasi pikiran Viona yang memang benar-benar seperti kertas kosong dan menjejalkan sebuah pemahaman bahwa jika ada orang luar mengatakan bahwa Viona jelek maka itu artinya cantik, dan ketika ada orang yang mengatakan Viona cantik maka itu artinya jelek.

Viona akhirnya tumbuh menjadi gadis yang aneh dan banyak dicela oleh orang-orang di sekitarnya, namun karena pemahaman yang ditanamkan oleh Viola kepada dirinya, membuat Viona tidak terintimidasi sebab dia menyangka bahwa semua orang sedang memujinya.

Selain hal di atas, Viona juga mengalami kesulitan membaca. Mungkin efek dari kecelakaan itu sehingga membuat otak Viona mengalami masalah yang serius.

Sedangkan pelaku tabrak lari itu memilih untuk bersembunyi selamanya. Dia menyembunyikan mobil yang dahulu dia pakai saat menabrak Viona ke dalam sebuah garasi dan dia tutup dengan kain hitam yang sangat besar, yang menandakan bahwa mobil itu tidak akan dipakai kembali.

Mobil itu juga bukan berwarna hitam, melainkan berwarna merah dengan gambar super hero laba-laba dan super hero kelelawar yang menghiasi body mobilnya.

***

"Bi Sarmila," panggil seorang pelayan sambil mengguncang-guncangkan tubuh Sarmila.

"Eh iya, ada apa?" ucap Sarmila yang langsung tersadar dari lamunan panjangnya.

"Ini obat untuk Nona Viona dan juga makan siang untuknya telah siap. Bukankah setiap jam segini Nona Viona harus meminum obatnya agar bisa segera pulih seperti sediakala."

"Oh iya, aku hampir lupa. Makasih ya." ucap Sarmila yang langsung mengambil alih nampan dari salah satu pelayan yang bertugas di gedung resepsi ini.

Selama ini Viona masih rutin meminum obat yang di resepkan oleh salah satu kerabat Pak Sofyan yang bekerja menjadi salah satu tenaga medis di kota ini.

Beliau mengatakan bahwa Viona bisa kembali pulih seperti sebelumnya jika rutin meminum obat vitamin ini.

***

Namun yang tidak mereka ketahui adalah kerabat dekat Pak Sofyan yang bekerja menjadi tenaga medis telah berkomplot dengan Viola yang merupakan keponakan kesayangannya.

Selain itu anaknya juga berada di peringkat pertama dan kemungkinan akan segera tergeser setelah Viona loncat kelas lagi.

Dia tidak mau hal itu terjadi, sebab jika anaknya sampai tergeser ke peringkat dua maka semua fasilitas yang sudah anaknya dapatkan akan diberikan kepada Viona dan kemungkinan beasiswa anaknya juga akan dicabut.

Selain keringanan dari biaya sekolah, jika sang anak berada di peringkat pertama ada rasa kebanggaan tersendiri dan dia tidak mau kehilangan hal itu.

Meski sudah berjalan cukup lama, namun obat itu masih diberikan kepada Viona sebab Viola tidak ingin Viona sembuh dan menjadi jenius seperti sebelumnya.

Sarmila sudah semakin dekat dengan Viona yang saat ini tengah mengipasi Sagara. Gadis itu yang melihat kehadiran Sarmila mulai menghentikan kipasannya dan mulai bangkit dan menyanyikan sebuah lagu yang biasa dia nyanyikan saat Sarmila datang ke arahnya.

"Oh Sarmila~ hooo~ Sarmila~ cintaku~ hooo~ milikku."

Sarmila tersipu malu ketika mendengar lagu itu dinyanyikan oleh Viona, sebab lagu itu membuatnya teringat dengan mantan terindah yang pernah menyanyikan lagu dangdut itu ketika mereka terpaksa putus hubungan.

Sarmila lekas meletakkan nampan yang dia bawa ke atas meja dan langsung menepuk ringan Viona.

"Ih, si Non mah, jangan nyanyiin lagu itu dong, Non!"

"Kalau gitu Bibi Sarmila jangan lagi bawain obat nggak enak itu." tunjuk Viona ke arah obat yang rutin dia konsumsi sedari kecil. "Vio nggak suka sama obatnya, pahit, huek," tutur Viona dengan bibirnya yang dimaju-majukan sepanjang jalan kenangan, eh tiga centimeter maksudnya.

"Non Vio harus minum obat itu agar cepet sehat."

"Tapi Vio ini sudah sehat, Bibi Sarmila cuan~tiks."

"Belum, Non Vio belum sehat. Jadi harus tetep minum obat itu. Bibi lebih rela Non Vio nyanyiin lagu Sarmila tiap hari asalkan Non Vio mau minum obat."

"Haaa~ haaa~" keluh Viona yang kini duduknya sudah turun ke atas lantai panggung. Gadis itu menjejak-jejakkan kedua kakinya seperti anak kecil yang sedang merengek.

"Bibi nggak mau tahu, pokoknya Non Vio harus minum obat."

Sagara yang masih berada di dekat Viona dan Sarmila mulai mengerutkan keningnya.

'Sakit apa sih? Bukankah gadis jelek itu meski bodoh tapi tubuhnya sehat-sehat saja ya. Kenapa dia harus minum obat? Kenapa Bibi itu bilang Viona sakit? Apa jangan-jangan yang sakit itu otaknya? Ah sepertinya memang iya otaknya yang konslet.' batin Sagara.

"Vio mau makan dan minum obat kalau Suami Vio yang nyuapin." tegas Viona yang sudah mau minum obatnya kembali.

"Hah!" pekik Sagara kaget.

Kedua wanita yang ada di sebelah Sagara langsung melihat ke arahnya dengan tatapan puppy eyes-nya.

"Ayolah, Tuan Muda Saga! Tolong suapin Nona Vio, ya!" pinta Bibi Sarmila.

"Ayolah Suamiku," rajuk Viona yang kini mulai memeluk dan menyenderi tubuh Sagara lagi, "suapin Vio, kan kamu sudah jadi Suami Vio." lanjut Viona sambil meraba dada bidang milik Sagara dan jari telunjuknya bergerak memutar-mutar di sekitar area itu.

Sagara merasa geli dengan gerakan tangannya Viona. "Tolong hentikan gerakan tanganmu!" 

"Kenapa memangnya, Suamiku?" 

"Geli,"

"Geli atau ... itu?" tanya Viona yang saat mendongakkan wajahnya dan menatap Sagara dengan tatapan mesumnya.

***


Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status