Dokter baru saja menjahit luka tembak di punggung Stanley. Beruntung, luka tembak tidak mengenai organ vital. Jadi, setelah dijahit, Stanley tampak baik-baik saja. Sementara Shakira yang mengalami luka gores pisau, tak memerlukan luka jahit, karena kebetulan luka Shakira tidak terlalu dalam. “Tuan Geovan, jangan lupa habiskan obat yang sudah saya resepkan untuk Anda,” ucap sang dokter pada Stanley.Stanley mengangguk samar. “Aku mengerti, tapi bagaimana dengan luka di lengan Shakira? Tidak ada yang serius, kan?” tanyanya, menanyakan luka di lengan Shakira.Sang dokter tersenyum sopan. “Saya sudah memberikan resep obat untuk Nona Laursen. Obat yang saya resepkan ada antibiotik agar membuat luka di lengan Nona Laursen mengering. Anda tidak perlu khawatir. Nona Laursen bak-baik saja, Tuan.”Stanley kembali mengangguk, lalu pria tampan itu mengucapkan terima kasih pada sang dokter. Pun Shakira yang ada di samping Stanley mengucapkan terima kasih pada sang dokter. Detik selanjutnya, sang
Stanley masih mencoba mencerna di mana dia melihat Steve ada di depannya. Hal yang dia tahu saudara kembarnya itu belum datang ke Denmark, tapi kenapa sekarang saudara kembarnya ada di depannya? Dia yakin apa yang dia lihat ini salah, tetapi bukti sangat jelas—di mana benar di hadapannya ini adalah saudara kembarnya.Shakira yang masih memeluk Stanley seketika langsung melepaskan pelukannya itu, tepat di kala seorang pria bernama Steve mendekat. Dia menatap bingung Stanley yang tak bisa berkata-kata dengan tatapan tak lepas menatap Steve.“Stanley? Kau mengenal dia?” tanya Shakira bingung.Stanley berdeham sebentar. “Dia, Steve Geovan, saudara kembarku.”Mata Shakira melebar, tak menyangka bahwa di hadapannya adalah saudara kembar Stanley. Wanita itu menatap Stanley dan Steve secara bergantian. Ya, harus dia akui bahwa Stanley dan Steve sama-sama tampan dan berpostur gagah. Hanya saja, dua pria itu berbeda. Rambut Stanley dan Steve sama-sama cokelat gelap, tetapi Stanley memiliki warn
Shakira merasakan detak jantungnya berdegup kencang, adrenalinnya memompa, dan insting bertahannya terbangun. Dia menghindar ke samping saat Amy melayangkan pisau itu ke arahnya, ujungnya melesat hanya beberapa inci dari wajahnya. Dia tak bisa bela diri, tetapi dalam keadaan seperti ini yang dia bisa lakukan adalah menghindar dengan gerak cepat dari serangan musuh. Dia kini berputar, menghindari serangan berikutnya yang datang begitu cepat. Dia tahu bahwa dia harus tetap bergerak, tidak memberi ruang untuk Amy menyerangnya lagi.“Berengsek! Mati kau, Jalang Sialan!” Amy membabi-buta menyerang Shakira. Emosi di dalam dirinya semakin mendidih di kala Shakira mampu menepis serangannya. Dia kini menyerang dengan lebih keji.“Akh—” Shakira merintih kesakitan di kala pisau menggores lengannya. Darah mulai jatuh ke bawah, dan tentu Anja yang melihat itu semakin panik bercampur dengan rasa bersalah.“Shakira,” seru Anja panik, dan matanya sudah berkaca-kaca tak tega pada Shakira yang berkorban
“Jadi, berapa harga anak itu?” tanya Amy, seorang wanita berambut pirang, berkulit putih, dan bertubuh tinggi langsing. Usianya tampak menunjukkan usia 30an. Masih terlihat muda, tetapi menunjukkan kedewasaan. Dia adalah ibu tiri Anja.“Anak tirimu itu cantik. Jika dijual di pasar gelap harganya cukup tinggi. Dia bisa dididik untuk kelak menjadi seorang pelacur,” jawab salah satu pria yang berbicara dengan Amy. Pria itu berpostur tinggi dan tubuhnya kekar. Tato di sekujur tubuh pria itu juga tampak menyeramkan.Pria lain di sana menatap Amy dengan senyuman penuh arti. “Kau yakin ingin menjual anak tirimu? Bagaimana dengan suamimu? Bukankah dia sekarang sedang melakukan perjalanan bisnis ke Tokyo? Jika suamimu pulang, dan anak tirimu tidak ada, maka kau pasti dalam bahaya.”Amy mendecakkan lidahnya, dan mengembuskan napas kesal. “Aku sudah sangat muak dengan anak tiriku. Kau tenang saja. Aku bisa bersandiwara mengatakan pada suamiku kalau anak tiriku menghilang. Kau tidak perlu khawati
Stanley melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Pria tampan itu melirik sekilas Shakira yang menunjukkan jelas kecemasan. Ya, tentu dia mengerti pasti kecemasan membentang dalam diri wanita itu. Sebab, rekaman CCTV menunjukkan jelas adanya tindak kejahatan pada Anja—gadis kecil—yang sudah dianggap Shakira sebagai sahabat. “Stanley, Anja akan baik-baik saja, kan?” tanya Shakira seraya menggigit bibirnya, dengan tangan saling menaut menunjukkan kegelisahan yang membentang. “Anja akan baik-baik saja. Kita akan segera menemukannya. Kau tunggu sebentar. Asistenku sudah aku minta menyelidiki letak GPS ponsel Anja,” jawab Stanley berusaha menenangkan Shakira. Sebelumnya, dia sudah meminta nomor Anja pada Shakira, dan hal yang dilakukannya adalah meminta asisten pribadinya melacak GPS ponsel Anja.Shakira mengatur napasnya, berusaha untuk tetap tenang. “Aku sangat takut terlambat menyelamatkan Anja, Stanley.” “Kita akan datang tepat waktu,” jawab Stanley kembali menenangk
“Stanley?” Shula berlari dengan riang, menghampiri Stanley yang keluar dari ruang kerja ayahnya. Dia langsung memeluk lengan pria itu, bergelayut manja. Posisinya sekarang adalah calon tunangan Stanley, jadi dia berhak bermanja-manja dengan sang pujaan hati.Stanley terdiam di kala Shula bergelayut manja di lengannya. Pria tampan itu sama sekali tidak menolak, dan juga tidak membalas pelukan Shula. Dia hanya bergeming, membiarkan Shula bergelayut manja di lengannya.“Aku sudah selesai bicara dengan ayahmu. Sekarang aku harus pulang. Ada beberapa hal yang aku ingin urus,” ucap Stanley dingin, dan datar.Shula mendongakkan kepalanya, menatap jengkel Stanley. “Kenapa kau langsung pulang? Jika kau ada pekerjaan penting, kau bisa serahkan pada asistenmu saja. Ayo luangkan waktu untukku.”Stanley menyingkirkan tangan Shula. “Maaf, aku tidak bisa. Aku ingin bertemu dengan seseorang,” jawabnya menolak ajakan Shula.“Kau ingin bertemu siapa?” tanya Shula lagi, yang sedikit kesal. Padahal dia b