Rezvan terperanjat oleh sikap Zeeta. "Zeeta ... aku hanya .... " "Coba katakan pada saya, Tuan. Kenapa Anda bisa bersikap baik pada saya? Kenapa hanya pada saya Anda tidak pernah berusaha untuk merampas kehormatan saya? Padahal di rumah sesepi ini, Anda bisa melakukan apa pun yang Anda mau, Tuan. Apalagi hanya menghadapi seorang wanita yang tidak berdaya seperti saya. Coba tanyakan pada diri Anda mengapa hati Anda menjadi lemah saat menghadapi saya, Tuan. Coba Anda berpikir dan tanya pada hati Anda, Tuan, siapa yang bisa membuat Anda bisa bersikap seperti itu?" "Aku tidak tahu!" "Allah SWT yang membuat Anda bisa bersikap seperti ini, Tuan. Kalau Allah SWT sudah berkehendak, tiada siapa pun yang bisa melampaui kehendaknya, Tuan. Dan, jika Dia berkehendak saya habis di tangan Tuan, maka tidak ada juga yang bisa mencegahnya. Mungkin, Anda akan melakukan seperti yang Tuan Ethan katakan. Setelah Anda dan kawan-kawan Anda memerkosa dan
Aku sungguh tak mengerti dengan apa yang terjadi di rumah sebesar ini. Memang terlihat megah dan indah, namun terasa gersang. Berpenghuni seakan tak ada kehidupan di dalamnya. Sukar mengartikan. Setelah melihat kebejatan para pria malam itu di rumah ini, jujur aku sangat ingin menghajar mereka satu per satu andai punya kuasa. Bagaimana mereka bisa membawa beberapa perempuan ke dalam sebuah kamar? Apa yang mereka lakukan? Apa yang mereka cari? Tuan Erga, sungguh tak ada bedanya ia dengan yang lain. Tak lebih dari seorang pria labil yang merasa kehausan di tengah derasnya hujan. Apa yang Anda cari, Tuan? Tuan Rezvan, pria itu memang terlihat apa adanya. Terlihat dari luar dalam, memang seperti itulah dia. Sangat arogan! Terkadang ingin sekali aku menghajarnya menggunakan gagang sapu.
Samar terlihat, Security pun mencoba melerai pergulatan tak imbang antara kami. Namun, bagai orang kesetanan, wanita itu masih tetap saja menarik jilbab sehingga menyebabkan tubuhku bangkit di luar kehendak. Entah wanita bertubuh ramping itu mendapat kekuatan dari mana."Karena kau, Erga selalu menghindariku! Sesama wanita kenapa kau begitu tidak berperasaan!" makinya lagi.Tuan Erga?!Kepalaku terasa berputar-putar. Begitu tak tertahan."Hei! Ada apa ini?" Terdengar suara lantang dari dalam. Samar terlihat Tuan Rezvan muncul.Security pun berhasil melepaskan rekatan wanita itu dari tubuhku. Sedangkan Tuan Rezvan menarik lenganku, lalu memosisikan badanku di balik tubuhnya.Tubuhku ambruk seketika. Namun dalam kondisi masih tersadar."Zeeta!" Tuan Rezvan mendekat padaku
Zeeta menatap datar pada pria di hadapannya. Masih tak mengerti dengan perasaan yang bertahta. "Bagaimana keadaanmu, Zeeta?" tanya Erga lembut. "Alhamdulillah baik, Tuan." "Syukurlah. Bagaimana kau bisa terluka?" "Saya terpeleset saat menjemur pakaian, Tuan," timpal Zeeta. "Kau tidak seharusnya melakukan pekerjaan berat." "Bukan masalah! Sudah tugas saya, Tuan," singkat Zeeta. "Hemh!" gumam Erga. Ada sesuatu yang tak biasa bagi pria itu dari dalam diri Zeeta. Ia merasa bahwa wanita itu selalu berusaha menghindar dari tatapannya. "Ada apa denganmu?" tanyanya kemudian. "Maaf, Tuan. Untuk apa lagi Anda selalu mencari saya?" Zeeta mengangkat kepala, lalu menat
Rezvan mencengkram kaus Erga. "Kau tahu kenapa dia terluka, Ga? Kenapa aku harus membawanya ke rumah sakit?" Erga mengerutkan kening. "Alisha ..., " ucap Rezvan. "Alisha?!" "Kau tanyakan sendiri saja pada wanita itu," tukas Rezvan. "Kau tahu kenapa Zeeta berbohong padamu? Itu karena dia ... memilih untuk mundur!" Pandangan Erga pecah ke seantero sudut ruangan. Bagaimana Alisha bisa tahu akan hal ini? Siapa yang menceritakan semua ini pada wanita itu? Ia tak habis pikir. "Jangan bermimpi, Ga!" Rezvan melepaskan cengkraman pada kaus Erga. "Urus saja kekasihmu yang kurang sopan santun itu!" ***Athikah_Bauzier*** "Aku ingin mengenalkanmu dengan keluargaku," ajak Rezvan. &
Zeeta pun menurut, "Hufthhh!" desahnya. "Entah di belahan bumi bagian mana kau tinggal? Apa-apa tidak bisa," cerca Rezvan. "Cepat, Tuaaannn!" Setelah berkeliling cukup lama memutari kota, Rezvan menghentikan mobil pada sebuah resto terkenal di tengah kota. "Kita makan di sini dulu," ajaknya kemudian. "Saya juga mau ke toilet, Tuan," tutur Zeeta terlihat lemas. ***Athikah_Bauzier*** Sesaat setelah memasuki resto, Zeeta mengarahkan pandangan pada seantero ruangan. Resto elit ini mirip seperti yang pernah ditontonnya di layar TV. "Wah!" gumamnya kemudian. "Zeeta! Jaga sikapmu! Jangan mempermalukan aku," lirih Rezvan, lalu mengedarkan pandangan mencari meja kosong. "Tuan, ini indah sekali! Se
Aku menatap sesosok wanita muda cantik di hadapanku. Di sampingnya duduk seorang lelaki paroh baya dengan rambut yang mulai memutih, namun gurat raut di wajahnya tampak bijak dan berwibawa. Hari ini, Tuan Rezvan mengajakku untuk menemui kedua orang tuanya. Sebagai seorang calon istri, aku pun menyanggupi walau tak tahu ke mana arah pernikahan ini akan dibawa. Aku tidak mencintai Tuan Rezvan. Ya, entah pernikahan macam apa ini? Aku hanya mengharap mendapatkan perlindungan dari pernikahan ini. Perlindungan dari kebejatan tangan-tangan durjana yang mencoba mengintai. Tidak lebih dari itu. Sungguh langkah ini benar-benar sangat menyiksa. Apa aku tampak begitu egois? Namun, apa yang dapat kulakukan? Sedangkan maksud Tuan Rezvan hendak menikahiku, entah apa yang pria itu pikirkan. Aku pun tak pandai meraba perasaannya. Hanya ingin melindungiku katanya.
Luka? Luka apa? Apakah Tuan Rezvan pernah terluka? Separah apa? Aku sedikit memutar otak keras. Entahlah mengapa aku menjadi begitu penasaran akan masa lalu Tuan Rezvan sendiri. Ada apa dengan pria itu sebenarnya? "Sebagai seorang ayah, saya merasa gagal dalam membimbing Rezvan. Saya, begitu sangat banyak melakukan kesalahan yang mungkin tidak bisa dimaafkan. Penyesalan itu memang sangatlah menyakitkan. Kami memang terlihat baik-baik saja. Namun, ibarat air dan minyak, batin kami tidak terkait antara satu sama lain. Ada batasan tak kasat mata yang tak bisa dilampaui oleh satu sama yang lain." "Saya harap, kau mampu menjadi harapan baru untuk Rezvan. Jujur, saya tidak pernah melihat pria muda itu seantusias ini ingin menikahi seorang wanita. Sebagai seorang pria yang sangat susah memegang komitmen atas sebuah hubungan, tidak mungkin tanpa sebuah alasan yang jelas dia berubah pikiran." Ucapan ayah Tuan Rezvan membuat bibirk