Share

2. Aku Capek Hidup Miskin!

"Tapi, aku bahagia denganmu," ucapnya dengan nada lirih.

"Aku sudah tidak bahagia lagi denganmu, Adonis. Aku menderita!"

Adonis tetap terdiam. Tak ada satupun emosi yang keluar wajahnya, hanya tangannya saja yang terlihat sedikit gemetar saat mendengar omongan Kaira tadi.

"Kurasa ini saat yang tepat untuk kita berpisah, Adonis."

Kemudian Adonis meraih sepotong roti yang jatuh ke lantai yang tadi dibuang Kaira. Diraihnya juga selai kacang yang tumpah di lantai dan mengoleskannya di atas roti lalu memakannya secara perlahan.

"Hey, apa kau tuli? Aku sudah muak hidup bersamamu!"

Seketika Adonis bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju lemari dapur. Dengan membabi-buta dilemparnya semua piring dan perabot yang ada di dalam lemari. Emosinya yang tadinya disimpan rapat dalam benaknya tiba-tiba keluar dan menguasai seluruh jiwa raganya. Dia mengamuk seperti seorang yang sedang kesurupan. Dengan segenap amarahnya dia meluapkan seluruh kekecewaan pada semua yang terlihat oleh matanya, tak ada satupun yang terlewatkan.

"Selama ini aku berusaha untukmu, Kaira! Siang malam aku bekerja sampai tidak lagi memperdulikan kesehatanku, semua ku lakukan hanya untukmu. Sungguh tak ku sangka begitu teganya kau berbuat ini padaku!" pekik Adonis. Kekecewaan tersirat jelas di matanya yang kemerahan karena air mata yang terus membanjiri matanya yang berwarna biru keabu-abuan.

Adonis tersungkur tak berdaya sambil bersandar di depan kulkas yang tadi di bantingnya. Tangannya berlumuran darah karena terkena pecahan-pecahan kaca lemari. Dia sangat terpukul dengan semua yang telah diketahuinya malam ini.

Perayaan makan malam untuk ulang tahun perkawinan mereka justru menjadi mimpi buruk bagi Adonis. Wanita yang sangat dicintainya itu tiba-tiba berubah menjadi layaknya seorang monster yang sudah menggerogoti kebahagiaannya sejak lama. Kaira menatap Adonis tanpa rasa iba sedikitpun, tak ada rasa sesal ataupun rasa bersalah.

"Kau memang baik, Adonis. Paras dan perlakuanmu yang hampir sempurna itu yang membuatku dulu tergila-gila. Kau selalu memperlakukan aku seperti seorang putri. Tapi, itu semua tidak cukup lagi sekarang. Perusahaanmu hancur dan akhirnya kau jatuh miskin, itu sudah takdirmu, bukan takdirku," katanya pelan dan penuh keyakinan. Kaira bangkit dari tempat duduknya, kemudian berkata, "semua sudah terlambat, Adonis. Aku akan kembali pada orang tuaku dan menata kehidupan yang baru bersama Harrold."

Di dalam hatinya, Adonis merasa sangat terpukul, bahkan hancur berkeping-keping. Dia hanya bisa menahan semua keinginan dan emosi untuk mengutuk perbuatan Kaira kepadanya, karena jauh di lubuk hatinya, Adonis sadar bahwa Kaira masih menjadi seseorang yang sangat dicintainya dengan sepenuh jiwa dan raga.

*****

Waktu menunjukkan sudah hampir jam sembilan malam. Hujan sudah mulai reda, hanya tinggal gerimis kecil yang kini masih membasahi setiap sudut lorong-lorong kecil di Hall Street. Jalanan di depan rumah kediaman Adonis pun terlihat sangat sepi. Pesta ulang tahun perkawinan yang seharusnya menjadi perayaan yang sakral, berubah menjadi tragedi yang tidak akan pernah dilupakan Adonis.

Sementara itu dari balik jendela kamar tidur, Kaira menatap ke luar dengan gelisah, seperti sedang menunggu sesuatu yang belum kunjung tiba. Dia kemudian kembali ke samping kasur dan melanjutkan membereskan barang-barang yang hendak dibawanya. Satu-persatu dilipatnya baju-baju yang dikeluarkan dari lemari dan menatanya dengan rapi di dalam koper kecil.

Di lantai bawah, Adonis masih termenung duduk bersandar di samping kulkas dengan ingatan-ingatan yang masih segar tentang perjalanan cintanya dengan Kaira. Seperti proyektor yang menjalankan pita film dan digulung ke rol kosong, satu-persatu ingatan itu muncul. Kenangan-kenangan indah yang masih tertata rapi dalam hati Adonis yang kini berusaha ditepisnya.

Tok tok tok!

Terdengar bunyi ketukan dari pintu depan.

"Siapa di sana?" seru Adonis.

Tak terdengar suara jawaban sedikitpun. Beberapa saat kemudian Kaira muncul dari tangga dengan menyeret koper dan langsung menuju ke pintu berniat hendak membukanya. Adonis menatap Kaira dari kejauhan tanpa berbicara sedikitpun. Saat pintu dibuka, betapa terkejutnya Adonis melihat sosok seorang lelaki berperawakan tinggi dengan wajah khas timur tengah yang terlihat begitu bermartabat. Itu adalah Harrold Walker, pria simpanan Kaira yang sering dilihat Adonis saat membuntutinya setahun terakhir ini.

Seketika Adonis bangkit dan berlari ke arah depan pintu dengan kepalan tangan yang masih berlumuran darah. Dengan penuh amarah dan rasa benci, Adonis mengayunkan kepalan tangannya bak seorang petinju profesional ke arah lelaki yang sedang berdiri di hadapan istrinya itu. 

Gubrakkk!

Tubuhnya terhempas ke lantai saat wajahnya bertemu dengan hantaman tinju Harrold yang dengan sangat gesit mendaratkan pukulan ke wajah Adonis. "Berpikirlah dahulu sebelum kau hendak menyerangku, Adonis. Kau bukan tandingan yang layak untukku," kata Harrold dengan sangat tenang dengan raut wajah angkuh yang menjadi ciri khasnya.

Harrold adalah putra sulung dari salah satu pemilik bisnis kilang minyak terbesar di Dubai, Arcane Anchor. Perusahaan keluarganya adalah salah satu perusahaan terbesar ketiga di sana. Pria berumur tiga puluh tiga tahun yang memiliki wajah yang tampan nan mempesona dengan perawakan badan yang atletis serta bergelimang harta, membuat Harrold Walker terlihat sangat terhormat dengan setelan jas dan sepatu kulit yang selalu menempel di badannya.

"Kaira tidak pantas bersama dengan lelaki miskin sepertimu! Sekarang ia milikku!" katanya seraya meraih sesuatu dari dalam jas kemudian melemparnya ke hadapan Adonis. "Kurasa itu cukup untukmu agar tidak mencari Kaira lagi. Dan jangan lupa, belilah baju yang baru, siapa tahu dengan itu kau bisa mendapatkan wanita lain pengganti Kaira."

Sambil menunduk malu, Adonis meraih kertas yang ternyata adalah cek. Selama beberapa detik dia menatap kertas cek yang bertuliskan angka '$1.000.000'. Sungguh hatinya terasa tercabik-cabik menyaksikan wanita yang sangat berarti baginya rela menukar kebahagiaannya dengan uang.

Adonis yang tidak terima dengan penghinaan terhadapnya itu kemudian melempar kertas cek tersebut. Katanya, "aku tidak butuh ini! Kaira, kumohon jangan tinggalkan aku. Aku masih sangat mencintaimu. Tidak apa jika itu bukan anakku, aku akan menerima dan menyayanginya sepenuh hati seperti anakku sendiri."

"Sudahlah, kau jangan bermimpi! Kaira sudah tidak ingin lagi bersamamu. Benarkan, sayang?" tanya Harrold kepada Kaira sembari membelai lembut rambutnya.

"Cuih! Aku sudah tidak sudi lagi menjadi istrimu, dasar gelandangan!" jawab Kaira yang dengan tega meludahi Adonis.

Harrold yang mendengar perkataan Kaira pun tidak mau ketinggalan. Katanya, "kau dengar itu kan? Dulu kau memang bisa memenangkan hati Kaira, tapi sekarang sudah jelas Kaira memilihku! Dulu itu Kaira hanya terhipnotis dengan ketampanan dan kekayaanmu yang ternyata hanya bersifat sementara!" Dengan sangat sombong Harrold membentak Adonis yang hanya bisa berlutut di depan kaki Kaira.

"Ayo, Harrold sayang, kita pergi dari sini. Aku sudah tidak tahan lagi ditempat yang sudah seperti kandang babi ini. Aku ingin segera mandi air hangat dan beristirahat."

"Iya, benar. Lagipula, ini tidak baik untuk bayi kita. Mari tuan putri…, biar kuantar kau ke dalam mobil," ujar Harrold sambil mengecup mesra tangan Kaira kemudian mengangkat payung dan menuntunnya berjalan menuju mobil Rolls Royce Sweptail berwarna hitam mengkilap yang diparkir tepat di depan rumah Adonis.

"Sampai hati kau berbuat begini padaku, Kaira! Satu saat nanti akan kubalas penghinaan kalian berdua! Ingat itu! Aku, Adonis Draven akan membalas pengkhianatan ini, aku bersumpah!" pekik Adonis dengan mata menyala.

Harrold memandang Adonis dari kejauhan, dia menyeringai sambil sengaja memamerkan kemesraannya bersama Kaira yang tersenyum manis kepada Harrold yang sedang membukakan pintu mobil dengan posisi mempersilahkannya masuk. Betapa hancurnya hati Adonis Draven melepas kepergian wanita yang masih berstatus sebagai istrinya itu pergi dengan lelaki lain di depan matanya sendiri.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status