Olivia FinleyOh, tunggu! Tunggu—“Arrgh!” Kubenamkan semua kuku-kuku jariku di pundak Brady, ketika pria itu mendudukkanku tepat di atas pangkuannya yang berarti menusuk kejantanannya ke dalam diriku.“Tenang. Aku sudah menggunakan pengaman.” Dia berbisik mesra di telingaku.Tidak tahukah dia bahwa kejantanannya terlalu memenuhi diriku? Ini ... ah, sudahlah! Aku malu membicarakannya. Namun yang jelas, aku kurang waspada. Bahkan tidak tahu sudah sejak kapan pengaman menyarungi kejantanannya.Padahal tadi pun, aku masih menjilatinya. Masih membungkuk di antara dirinya. Kenapa tiba-tiba sudah menyatu satu sama lain? Bahkan kenyataannya tidak seburuk yang kuduga.Ini ... hangat. Nyaman dan membuaiku ketika dia mengangkat tubuhku naik turun. Tidak membebaniku sama sekali dengan menyuruhku bergerak.Staminanya luar biasa. Dia melayaniku. Membuatku manja, enggan menggerakkan tubuhku, meski tidak kubuat jadi kaku dan sulit untuk diatur olehnya.“Tatap aku dan katakan sesuatu, Olive.” Kening
Rhys Dimitri OxleySudah dua hari tanpa kabar. Kuputuskan menunggu, karena saat kuhubungi, dia tidak menjawab panggilanku. Pesanku bahkan belum terbaca.Sesuatu mungkin terjadi, tapi sepertinya bukan hal yang perlu kucemaskan. ZeeZee selalu tahu cara menyelesaikan apa pun sendirian. Dia tidak boleh mendapatkan tekanan seperti di masa lalu, termasuk dariku.Benarkah? Yap. Aku terlalu ragu untuk bertanya. Karena bisa jadi malah membuatnya tersinggung sebab aku terlalu ingin mau tahu. ZeeZee agak sedikit sensitif belakangan ini, bukan? Meski dia tidak akan pernah marah jika aku memang berniat bertanya.Lagipula, biar kupikir bagaimana pun, dia tidak mengurusi urusanku karena percaya padaku. Kuharap aku pun bisa sama seperti dirinya. Melakukan hal serupa.Jonathan sudah tidak bisa dihubungi. Kata Lucas, pria itu tertangkap karena bukti dari kasus pembunuhan seorang tuna wisma, mengarah padanya. Penangkapan diam-diam yang tidak terendus media. Ayah Jonathan seorang mafia yang sering bekerj
Rhys Dimitri OxleyDiana Heller cuma bisa tercengang mendengar bahwa akulah yang membuat William keluar dari sekolahnya. Bagian tentang putranya yang sengaja ‘pamer’ bahwa aku ada dibelakangnya setelah berbuat ulah, rasanya tidak perlu kuceritakan.“Apa Lucas tidak mencarimu?”Diana mengerjap sebelum mengangguk dan menjawab “Katanya Anda memintaku datang ke sekolahnya William.”“Lalu? Kenapa kau tidak datang?”Sekarang dia kebingungan untuk menjawab. Tidak ada gurat ketenangan di wajahnya.“William sudah kuantar pulang. Sebaiknya sekarang kau pulang. Bila tugas Stellon belum selesai, biar itu menjadi urusan Lucas.” Aku bosan jika harus menunggu jawaban yang lebih lama lagi darinya. Kutinggalkan saja dia di sana sendirian. Kenapa pula aku harus menemuinya di kandang kuda seperti ini?Sudah pasti itu karena aku yang terbiasa bertanggungjawab sampai akhir, hingga memberlakukan hal yang sama pada Diana dan putranya.Itu ... sedikit aneh, sebenarnya.“Kau tahu kenapa dia tidak datang ke Ma
Rhys Dimitri Oxley“Keluar dari rumahku, sekarang.”Pengusiran itu tampaknya tidak berarti apa-apa, karena kemudian gaun yang dikenakan Diana meluncur turun begitu saja dihadapanku, masih di tempatku berdiri, di depan pintu.Oh, ini jelas tidak benar! Dia gila! Jika anggota keluargaku yang lain melihat ini, tamatlah sudah. Namun aku sungguh tidak ingin peduli.Kuraih gagang pintu dan bersiap menutupnya, tapi Diana—aku tidak pernah tahu dia bisa segila itu—sudah berhasil menyelinap masuk ke kamarku sebelum pintu kututup.Demi apa? Dia telanjang bulat dengan gaunnya yang ditinggalkannya begitu saja di depan pintu yang sudah kututup.Memunggunginya, aku menahan segala amarah dan kemurkaan. Setelah mengatur napas hasil dari emosi yang kuusahakan terkendali, kubuka pintu dan mengambil gaun yang berwarna hijau tua itu dari lantai.“Pakai itu kembali!” Kulempar gaun itu ke wajahnya, lalu memunggunginya lagi tanpa sekali pun kubiarkan mataku untuk menikmati tubuhnya. Cukup ZeeZee saja. Aku su
Rhys Dimitri OxleyOuch!Setelah berkata seperti itu, dengan begitu cepat Diana menurunkan celanaku dan mengambil kejantananku untuk dikulumnya dalam-dalam.Aku tidak bisa menolaknya lagi setelah ‘itu’ berada di tempat yang paling diinginkan selama ini. Seolah tidak mau tahu itu mulut siapa, asal yang pasti milik seorang wanita.Sialan!Aku kalah!Diana seolah bisa menelan kejantananku sampai menabrak ujung tenggorokannya. Dia ... hebat. Aku berdosa besar!“Diana ....” Antara rasa marah dan nikmat, kujambak rambut bagian belakangnya, tapi mulutnya tidak lepas dari milikku. Gila! Dia kuat dan tidak terbantahkan!Aku butuh waktu untuk menarik kejantananku dari mulutnya. Atau lebih tepatnya, aku sedang mencari pembenaran atas apa yang tengah terjadi saat ini di antara kami.ZeeZee! Fokus pada wajah jelita penuh gurat kecewa yang tergambar jelas, jika sampai dia mengetahui apa yang sedang kubiarkan terjadi saat ini di kamarku. ZeeZee atau Olive-ku mungkin akan murka dan membenciku selama
Olivia FinleyTidak ada satu pun pesan dan panggilan dari Rhys seperti yang kuharapkan. Ah, tidak. Aku salah. Sebelumnya aku tidak mengharapkan panggilan darinya, karena terlalu sibuk mengurusi Brady dengan segala permainan kami yang sungguhan panas menggairahkan.Aku terbang dengan tujuan ke Yellowrin, tapi mendadak rasa tidak nyaman menyambutku yang terlalu maruk akan kebebasan yang diberikan Brady padaku.Si sialan itu mengikutiku? Apa maunya? Meski aku tidak melihat langsung keberadaannya yang menguntitku, tapi bisa kurasakan panas tubuh Brady di sekitaranku.Bagaimana mungkin, padahal kami baru sekali itu bercinta? Berengsek memang. Brady seluarbiasa itu rupanya sampai mampu memberiku sinyal tentang keberadaan tubuhnya didekatku.Aku menyesal, karena begitu cepat menghafal aroma dan panas tubuhnya.Kusempatkan diri minum kopi dan camilan di kafe bandara, sambil berusaha menemukan tanda-tanda jelas tampak mata akan keberadaan Brady.Tidak ada.Mungkin sungguh hanya halusinasiku.M
Olivia FinleySuara wanita.Aku berbalik dan melihat ... siapa namanya? Dia adik dari mantan kekasihnya Rhys. Namanya Audrey, ‘kan? Hmm ... ada tambahan dari namanya. Audrey ... Dawson. Audrey Mika Dawson. Ah, ya benar. Itu dia.Aku tidak mungkin lupa padanya yang sangat terobsesi terhadap milik orang lain. Kekasihku, Rhys.“Oh, ternyata si jalang ini.” Kulipat tangan di depan dada, meski merasa tidak percaya bahwa wanita dihadapanku ini sedang menodongkan pistol lurus ke arahku. “Kau selalu memantauku, ya? Setelah sekian lama aku tidak lagi berada di sini. Hebat. Terima kasih kasih karena telah menyambut kepulanganku.”Tangan gemetarnya yang memegang pistol menegang. Rasa takut yang sengaja disamarkannya lewat raut cantik yang ketus. Dia benar-benar tolol jika ingin menggertakku. “Angkat tanganmu, ZeeZee. Yellowrin merindukanmu sama sepertiku. Aku menantimu kembali untuk—”Sekelebat bayangan muncul begitu cepat dengan bunyi suara pukulan pelan, tapi rasanya mematikan. Bukannya senang
Olivia FinleyYang mengherankan adalah bagaimana Lucas begitu ramah pada Brady. Aku sampai tercengang ketika mereka membawa-bawa nama kekasihku saat bicara, seolah Brady dan Rhys itu memang sudah akrab sebelumnya.Demi semesta, kegilaan macam apa lagi ini?“Aku dan Rhys akan berburu di hutan yang ada dibelakang kediaman Oxley. Apa dia sudah memberitahumu soal itu?” Brady bahkan bertanya seakan-akan aku tidak ada di sana.“Sudah, Tuan. Dia sedang bersiap.”“Hei, panggil aku dengan namaku, Kawan.” Dia menepuk pundak Lucas seolah akrab. “Berulang kali kukatakan ini padamu.”Tapi memang mereka akrab. Terbukti dengan reaksi Lucas yang hampir-hampir mirip saat dia sedang bersama Rhys. Seperti teman, walau ada rasa segan.“Kita ke hotelmu?”“Ah, ya benar.” Brady segera mengiyakan ketika mobil sudah mengarah dijalanan menuju kembali ke bandara.Memang ada hotel besar di sekitar bandara. Jaraknya cukup dekat antara satu sama lain. Malah bisa ditempuh dengan langkah kaki. Rupanya si berengsek