"Gue mau kita putus." ucap Elisa enteng sambil melepas genggaman Atlas.
"Gak mau." jawab Atlas kembali memegang tangan Elisa erat. "Pokoknya harus mau." "Kenapa tiba-tiba minta putus aku salah apa kita baru aja jadian kemarin." "Lo gak salah apa-apa, setelah dipikir-pikir gue gak mau jadi selingkuhan." "Yaudah aku putusin Mira kamu jadi yang satu-satunya." "Lo gila hah kasian Mira." ucap Elisa marah "Ini Elisa kesambet apa ya kok tiba-tiba jadi orang bener." bisik Stevan "Entahlah mana saya tau saya kan ikan" bisik Dewa. Stevan mendengus mendengar bisikan Dewa. Sejenak Atlas ingat bahwa Mira adalah sahabat sekaligus pacarnya. Mana mungkin ia menyakiti perasaan Mira lagi. Atlas bingung karena ia mulai menyukai Elisa. Sedangkan perasaannya terhadap Mira juga masih ada. "Gue gak mau putus, gue udah mulai suka sama lo." ucap Atlas semakin menggenggam erat tangan Elisa terlihat kemerahan di tangan Elisa yang putih mulus. "Lepasin tangan gue, gue tau lo cuman jadiin gue pelampiasan, gue cuman jadi pengganti di saat Mira gak ada." marah Elisa sambil mencoba melepaskan genggaman Atlas. "Dari awal lo udah tau kan bakal jadi selingkuhan kenapa sekarang lo protes." ucap Atlas meremehkan. 'Gila bisa-bisanya Elisa suka sama cowok modelan gini' Batin Elisa. "Jangan kasar." ucap Samudra. Atlas pun melepaskan genggaman tangannya terlihat kemerahan di tangan Elisa. Elisa menatap Samudra berbinar.'Makin cinta deh sama Ananta' batin Elisa. Elisa kembali menatap Atlas garang. "Wah ada ya cowo sebrengsek lo." "Tapi lo suka kan." "Pede banget itu kemarin gue kesambet dedemit makanya suka sama cowok kayak lo, pokoknya hari ini kita putus lo gak ada hubungan lagi sama gue. " "Okey gue tunggu lo ngemis-ngemis balikan sama gue." Atlas yakin bahwa Elisa bakal minta balikan karena ia tahu seberapa sukanya Elisa padanya. "Gak akan." Elisa berbalik dan mulai menjauh dari mereka. Atlas memandang punggung gadis itu yang mulai menghilang di telan pintu. "Lo beneran suka sama tuh cewek murahan." sinis Rafli. "Iya" balas Atlas singkat. "Gue kira lo nerima Elisa karena kasihan." timpal Stevan "Wah gila lo brengsek sih bro." sindir Dewa "Brengsekan mana gue sama Stevan." "Kok bawa-bawa gue, gue gak kayak lo ya gue macarin semua cewek setelah putus gak ada yang gue jadiin selingkuhan." ucap Stevan tak terima. "Kalian berdua brengsek." ucap Samudra singkat. "Sam sekali lo ngomong langsung jleb di jantung gue, udahlah lo gak usah ngomong aja kayak biasa." ucap Stevan dramatis sambil memegang dadanya. "Daripada lo gay." ejek Atlas "Gue normal." tekan Samudra "Lagian lo gak pernah deket sama cewek, jadi ada rumor yang beredar bahwa lo gay." ucap Dewa Samudra tak menghiraukan ucapan Dewa. Ia kembali sibuk memainkan ponselnya. Dewa yang di kacangin oleh Samudra mendengus sebal. ****** Elisa berjalan menuju ke kelas setelah selesai mengurus urusannya dengan Atlas. Sesampainya di kelas Elisa kemudian menghampiri Lova yang sedang memainkan ponselnya. "Lova" panggil Elisa "Loh tumben udah ke sini biasanya pas beres jam istirahat kamu baru ke kelas." ujar Lova "Gue mau ngasih tau lo sesuatu." "Apaan" "Gue putus sama Atlas." "Oh putus." "APA KAMU PUTUS SAMA ATLAS." teriak Lova setelah sadar. Seisi kelas yang mendengar teriakan Lova kini melihat ke bangku Lova dan Elisa. "What Elisa putus sama Atlas kabar gembira nih soalnya Atlas udah sadar." "Pasti yang mutusin Atlas." "Kasian Elisa baru juga jadian kemarin udah putus aja." "Ngapain kasian sama Elisa di itu jahat mau aja dijadiin selingkuhan." "Cewek murahan kayak Elisa gak pantes sama Atlas." Begitulah bisikkan dari mereka. Elisa yang mendengar itu ingin marah tapi di sini emang Elisa yang salah. "Jangan didengerin." ucap Lova sambil menutup telinga Elisa dengan kedua tangannya. "Iya." balas Elisa sambil tersenyum simpul.'Lo beruntung Elisa punya sahabat setulus Lova.' batin Elisa. Kringg.. Kringg.. Bel istirahat berbunyi. Para siswa berhamburan keluar kelas. "Lisa ayo ke kantin." ujar Lova "Ayo" jawab Elisa Mereka pun pergi beriringan menuju kantin. Sepanjang di perjalanan banyak sekali siswa yang membisikkan dan melirik ke Elisa. "Kayaknya kabar kamu putus sama Atlas udah tersebar deh." ucap Lova "Oh bagus deh biar seisi sekolah tahu gue bukan selingkuhan lagi." ucap Elisa Lova yang mendengar itu bingung mau mengucapkan apa. Sesampainya mereka di kantin, Lova menggandeng tangan Elisa menuju meja dipojok. "Lisa mau makan apa? " "Mie ayam sama es teh." "Oke" Lova pun beranjak menuju stan penjual mie ayam. Sembari menunggu Elisa memainkan ponselnya. Kantin yang damai tiba-tiba berisik setelah ke datangan gang motor Asterioz. "Samudra ketampanan mu menyilaukan mataku." "Atlas tipe gue banget good boy." "Mending Samudra aura badboy nya terpancar banget." "Sean kamu very very handsome." "Omaygat Dewa kalo senyum manisnya ngalahin gula." "Kalo lagi gak bicara rafli ganteng ya." "Stevan aku mau jadi pacar mu yang ke sekian." Begitulah teriakkan kaum hawa saat Asterioz datang ke kantin. Mereka duduk di meja yang sudah biasa mereka tempatin. Mereka tidak terusik dengan ke berisikan para fans nya. Mereka makan sambil berbincang. Di meja lain Lova datang membawa nampan berisi dua mie ayam dan es teh. "Pesanan datang." ucap Lova "Makasih Lova." "Sama-sama Lisa." Mereka pun makan dengan sesekali mengobrol. Sambil makan sesekali Elisa memandang Samudra cukup lama. Tanpa Elisa sadari ada seseorang di meja itu melihat Elisa memandang Samudra. ****** Tidak terasa bel pulang sudah berbunyi. Semua murid berhamburan keluar untuk pulang. Tidak terkecuali Lova dan Elisa yang baru saja sampai di gerbang sekolah. Tak lama setelah itu terlihat mobil mendekati mereka. "Lisa aku pulang dulu ya." ucap Lova "Lova bisa anterin gue gak ke apartemen. " mohon Elisa "Boleh." Mereka pun masuk ke dalam mobil. Selama perjalanan mereka mengobrol. Tak terasa mereka sudah sampai di depan apartemen Elisa. "Makasih ya Lova." "Iya" Elisa pun masuk kemudian berjalan ke arah lift apartemen Elisa terletak pada lantai 5. Sesampainya di apartemen Elisa langsung ke kamar dan membaringkan tubuhnya lelah. "Jadi bener ini nyata gue masuk ke dunia novel." Elisa memandang langit-langit kamarnya. Ia mencoba mengingat kehidupan Elisa dalam novel. Elisa adalah seorang yatim piatu karena orang tuanya meninggal 2 tahun lalu. Sebenarnya opa dan oma Elisa menyuruh Elisa untuk tinggal bersamanya di Jepang. Namun Elisa menolak karena lebih suka tinggal di Indonesia. Dengan berat hati opa dan oma Elisa pun menyetujui. Mereka rutin mengirimkan uang setiap bulannya jadi Elisa tidak khawatir tentang uang. Elisa menyukai Atlas karena dia membantu Elisa yang waktu itu di bully waktu SMP. Saat itu Elisa hanya bisa mengagumi dalam diam, namun saat masuk SMA Elisa mulai mencintai Atlas secara ugal-ugalan sampai mau-mau aja jadi selingkuhan dan lebih parahnya sempat dilecehkan oleh Atlas. Untungnya kejadian itu belum terjadi jadi Elisa lega. "Tapi kenapa ya kok gue masuk novel ini apa doa gue jadi pacar Ananta terkabul." "Ini juga Elisa tubuh ini kok gak datang kayak novel-novel transmigrasi." "Yaudah lah kalo emang ini takdir gue, gue terima sih soalnya bisa pacaran sama Ananta. " "Semangat Elisa ngedeketin Ananta." ucap Elisa semangat. Perlahan mata Elisa mulai menutup karena mengantuk dan lelah. Elisa tidur masih menggunakan seragam. Setelah beberapa jam kemudian Elisa bangun dan beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Elisa keluar dari kamar mandi terlihat wajahnya lebih fresh.Elisa memakai piyama pink yang sangat cocok di tubuh mungilnya. Saat di kamar mandi Elisa sempat terkejut melihat wajahnya yang sangat cantik dengan bulu mata yang lentik dengan iris mata berwarna hazel, hidung kecil mancung, alis yang rapi, pipi yang chubby, jangan lupakan bibir tipis dengan warna pink alami. Elisa ini di gambarkan seperti seorang dewi. Elisa memegang perutnya karena lapar. Elisa berjalan kearah dapur lalu menuju kulkas terlihat di sana kosong karena belum belanja. Elisa pun berjalan keluar apartemen karena ia mau ke minimarket. "Aduh lapar banget beli mie aja lah ke minimarket." Elisa pun berjalan menuju lift. Elisa menunggu karena sepertinya ada orang di dalam. Perlahan pintu lift terbuka menampilkan seorang pemuda yang masih mengenakan seragam sekolah. Elisa yang melihat itu terkejut. "Ananta"Elisa baru saja tiba di kelas. Sepanjang perjalanan banyak orang yang menatapnya sinis, benci, dan jijik. Elisa mengabaikan mereka semua dan berjalan seperti biasa. Elisa melangkah menuju bangkunya. Saat ia berjalan di jajaran bangku Aiza, perempuan itu menjulurkan kakinya ke depan. Elisa yang tidak melihat terjatuh karena tersandung kaki Aiza. Semua orang menertawakannya."Hahaha syukurin karma orang jahat tuh.""Aduh kasian pangeran berkudanya gak ada nih.""Mau gue bantu tapi aku pakai sarung tangan dulu ya takut kena bakteri kalau pegang tangan kotor lo."Elisa mengepalkan tangannya, ia ingin marah tapi ini masih pagi ia malas kalau harus kena masalah."Sabar Elisa ini masih pagi jangan sampai lo kena masalah." batinnya."Maaf sengaja sakit ya? " ujar Aiza sambil tersenyum mengejek."Mau gue bantu? " tanya Fara menjulurkan tangan nya. Namun segera di tepis oleh Elisa."Kok lo gitu sih kan gue mau bantu lo." Fara pura-pura memasang wajah menyedihkan."Gue gak butuh bantuan lo." si
Elisa dan Samudra berpindah tempat kini mereka berada di apartemen Samudra. Mereka duduk merenung di ruang tamu."Ananta kita harus gimana sekarang?""Untuk sementara waktu kamu tetap pakai HP itu, agar orang yang nyadap kamu gak curiga.""Tapi aku takut.""Jangan takut itu mungkin cuman nyadap biasa. Ada yang pernah ngirim link atau dokumen yang aneh gak? atau ada nomor yang gak di kenal? " "Gak ada HP aku aman-aman aja selama ini buktinya gak kena virus sama gak error." ucap Elisa. Emang selama ini tidak ada yang aneh dengan HP nya."Ini aneh penyadap itu gak ngambil saldo uang yang ada di HP kamu atau data pribadi." baru kali Samudra melihat hal seperti ini. Sebenarnya apa motif orang itu melakukan ini semua."Aneh setidaknya alasan orang itu nyadap HP aku karena bencikan? buktinya dia buat kesalahpahaman antara aku dan Lova." Elisa sedih mengingat itu. Awas saja jika ia tahu siapa penyadap ini akan ia tonjok sampai mampus.Terjadi keheningan diantara mereka. Samudra berpikir ada
Selama jam pelajaran banyak murid yang menatap Elisa sinis. Apalagi Lova pindah tempat duduk, ia tidak ingin sebangku dengan Elisa."Lova." panggil Elisa. Lova mengabaikannya ia lebih memilih berjalan menuju bangku belakang.Elisa menghela nafas sepertinya mulai sekarang kehidupan sekolah tidak akan berjalan lancar. Ia harus segera mencari tau siapa yang menjebaknya. Semua murid tidak ada yang mau duduk bersama Elisa, Samudra pun memutuskan untuk duduk bersama Elisa. "Ananta." "Aku duduk di sini ya.""Iya." Elisa tersenyum. Setidaknya masih ada Samudra yang akan menemaninya."Kenapa sih Samudra nemenin tuh cewek.""Samudra terlalu di butakan cinta.""Tuh cewek bakal makin menjadi nih soalnya ada backingan.""Iya nih makin ngelunjak pasti."Elisa menarik nafas lalu menghembuskannya. Ia berusaha bersikap sabar mendengar bisikan mereka. Rasanya ia ingin menyumpal mulut mereka dengan kaos kaki yang sudah tidak di cuci 3 tahun.Bel pulang akhirnya berbunyi Elisa langsung saja menarik Sa
"Orang terdekat lo, Elisa." Aiza menunjuk Elisa. Semua orang menatap tak percaya apa yang barusan di ucapkan oleh Aiza. "Gue gak ngelakuin itu." bela Elisa. Semua orang menatap ke arah Elisa. Termasuk Lova ia memasang wajah kecewa. Elisa bingung dengan apa yang terjadi. Kenapa malah jadi dirinya yang terseret? Apa yang sebenarnya terjadi? Lova menatap Elisa."Lisa apa bener yang di ucapin Aiza? " "Itu gak bener, mana mungkin gue tega ngelakuin itu sama lo." "Halah ngaku aja." ujar Aiza. "Emang lo ada bukti gue yang ngelakuin itu? " tanya Elisa. "Beraninya lo ngeremehin gue. Gue gak mungkin ngomong gini kalau gak ada bukti. Fara tunjukkin isi chattingan lo sama Elisa." Aiza tersenyum miring. "Dengan senang hati." Fara membuka ponselnya dan menunjukkan ke semua orang chattingan nya bersama Elisa. "Liat ini nomor lo kan? " Fara menatap remeh Elisa. Elisa menarik ponsel itu dan membaca dengan seksama. Itu memang bener nomornya. unknown Send a picture Gue mau lo tempel poto
Samudra dkk terlihat baru saja datang, mereka penasaran apa yang terjadi. Di depan sana terlihat Elisa yang masih syok dan Lova yang menangis. Mereka melihat ke arah poto itu dan terkejut begitu melihatnya."Itu Lova? " tanya Dewa dengan tatapan tidak percaya."Mata gue gak salah liat kan." ujar Stevan."Lova." ucapan Sean membuat semua orang menatap ke arah pemuda itu."I-ini g-gak se-seperti- " lidah Lova terasa kelu untuk menjelaskan semuanya. Lova sedih melihat Sean yang seperti enggan melihatnya."Sean kamu udah liat kan kelakuan jalang tuh cewek. Mending kamu putusin deh daripada nama kamu jadi tercoreng karena tuh cewek." ucap Fara."Iya Sean mending kamu pacaran sama Fara." timpal Mira. Fara mengangguk setuju dengan perkataan Mira."Kita ketipu guys cewek yang polos ini ternyata kelakuannya sama aja kayak jalang di club." ujar Aiza membuat suasana semakin panas."Wajah cowok yang di poto gak jelas tapi kayaknya om-om deh." timpal Fara.Para murid langsung menyahuti apa yang di
Satu tahun kemudian...Tidak terasa Elisa sudah satu tahun lebih menempati dunia novel ini. Banyak perubahan yang telah ia buat. Beberapa bulan lagi ia akan lulus sekolah. Elisa sudah melewati alur dimana ia dan Samudra meninggal. Semoga saja tidak ada yang berubah. Elisa masih tak menyangka ia bisa bertahan sejauh ini dari takdir kematian tragis Elisa. Kehidupan Elisa selama setahun ini tidak begitu damai. Meski begitu sampai detik ini ia masih belum mengetahui siapa antagonis pria di novel ini. Entah itu Rafli atau Arthur, Elisa hanya mencurigai mereka karena selalu bertingkah aneh."Lisa liat deh di kolong meja kamu ada bunga mawar lagi." ujar Lova. Membuyarkan lamunan Elisa.Elisa menghela nafas, memang sudah setahun ini ada yang menjadi pengagum rahasianya. Dia selalu menyimpan setangkai bunga mawar di kolong mejanya."Siapa sih nih orang gak bosen apa ngasih gue bunga terus.""Dia suka sama kamu.""Dia pasti tau kan kalau gue udah punya pacar.""Mungkin dia nunggu kamu putus.""