—5—
Tiga hari kemudian keadaan Lea maupun Keyla sudah berangsur pulih. James rajin bolak-balik ke ruang rawat inap Keyla dan Lea secara bergantian. Tak ayal menimbulkan gosip yang menuduh Lea sebagai selingkuhan James."Berhenti menghampiriku seperti ini. Aku lelah menjawab semua pertanyaan setiap suster yang datang.""Abaikan saja, mereka memang seperti itu. Sewaktu Keyla baru kuperkenalkan, mereka juga membicarakannya. Maka dari itu aku tak mengizinkan dia untuk menjadi perawat di sini." James berkata seolah mereka memiliki hubungan."Itu jelas berbeda! Aku sungguh tak bisa mendengar orang membicarakan hal yang tidak benar di hadapanku.""Kalau begitu bagaimana jika kita buat semuanya benar?" tanya James yang tiba-tiba mendekatkan wajahnya pada wajah Lea.Lea terdiam. Tiba-tiba sebuah kecupan mendarat di bibir Lea, membuat jantungnya berdetak tak menentu. Dia buru-buru menutup mulutnya dengan satu tangannya."Apa yang kau lakukan?!""Menciummu," jawab James santai."Untuk apa kau melakukan itu? Jika suster masuk dan melihatnya mereka akan semakin membenarkan semuanya," ujar Lea."Jadi maksudmu, jika tak ada suster yang masuk kau ingin yang lebih lama?" tanya James kembali mendekatkan wajahnya.Sial! Kenapa bibirnya begitu menggoda, terasa manis dan... membuatku ingin terus merasakannya? batin James."James, berhenti! Aku bisa menamparmu jika kau ter..."Maaf Key, aku… entah kenapa aku ingin sekali menciumnya. Dia membuatku kecanduan. batin James kembali berkecamuk. Entah kenapa dia nekat melakukan ini. Walau dia tahu ada penolakan yang dia terima, namun otak dan hatinya bertentangan.Bunyi ‘plak!’ yang berasal dari tamparan menyadarkan James."Kau benar-benar brengsek! Kau pikir karena kejadian malam itu, kau bisa seenaknya memperlakukanku seperti tadi?! Hah?!" teriak Lea geram."Aku hanya melakukan apa yang ingin aku lakukan. Lihatlah…" James membuka sedikit blazer putihnya yang menampakkan tonjolan pada bagian bawahnya."Kau gila! Untuk apa kau memperlihatkanku!" pekik Lea sambil menutup matanya dengan kedua tangannya."Aku sendiri tak tau bagaimana bisa. Aku tak pernah seperti ini pada Keyla. Kau berbeda, kau sangat—""Sebenarnya kalian memiliki hubungan apa?" pertanyaan Aleandra yang muncul dari balik tirai, membuat keduanya terkejut dan menoleh ke sumber suara."Al... sejak kapan kau di sana?""Jawab aku atau aku akan bertanya pada para perawat di luar sana.""Al...""Aku yang akan jelaskan Lea," ucap James sambil menggenggam erat tangan Lea. Arah mata Aleandra melihat genggaman tersebut yang menyebabkan Lea langsung melepaskan genggamannya dengan kasar."Aku dan kakakmu memang—""Kami tidak ada hubungan apa-apa Al. Kejadian malam itu hanya kecelakaan. Kami sama-sama mabuk waktu itu," potong Lea cepat."Lea! Apa yang kau bicarakan?" bisik James."Pergilah. Kau sudah selesai memeriksaku kan?" Lea mengabaikan pertanyaan James.James menatap tajam Lea yang nampak memohon untuk tidak menceritakan yang sebenarnya. Dia melewati Aleandra dan hendak keluar dari sana namun tiba-tiba berhenti akibat pertanyaan yang Aleandra lontarkan."Bisakah kau bertanggung jawab jika terjadi sesuatu pada kakakku?”"Aleandra!" Suara Lea mulai meninggi, namun Aleandra mengabaikannya."Aku bertanya dokter James! Bisakah kau bertanggung jawab?! Dalam artian kau harus—""Aku akan bertanggung jawab. Kau tenang saja," potong James lalu dia benar-benar pergi dari sana.Suasana hening. Aleandra menatap pilu kakaknya yang menunduk. Dia mendekat dan memeluk kakaknya."Maaf Al... aku melanggar perjanjian kita, aku...""Maafkan aku, Kak. Semua yang terjadi padamu pasti karenaku. Kau ingin mengobatiku hingga kau tersakiti seperti ini," bisik Aleandra."Aku baik-baik saja, Al. Percayalah." Lea melepas pelukan dan menatap adiknya. Dia meyakinkan sang adik bahwa dia tak terluka walau kebohongan terlihat jelas dari manik mata hazelnya."Sudahlah, aku membawakan jus untukmu. Semalam Kak Joe datang dan memberikan buah untukku. Minumlah." Aleandra menyodorkan jus pada kakaknya, lalu dengan cepat Lea menerima dan meminumnya.***Apa yang sebenarnya aku lakukan? Kenapa Lea begitu mempengaruhiku? Sial! Rasa bersalah ini terlalu menguasaiku. Berhenti memikirkannya! Ingat, Keyla sudah membuka hatinya setelah bertahun-tahun menanti. batin James. Dia sedang menuju ke ruangan Keyla.Setelah tiba matanya melihat Keyla duduk di sofa dekat jendela sedang membaca novel."Hei, kau sudah selesai?" tanya Keyla.James berjalan mendekat dan mencium kening Keyla lalu duduk di sampingnya."Sudah. Bagaimana keadaanmu? Jika kau tak merasa sakit pada bagian bawah perut, kita bisa segera pulang ke Apartemen," ucap James."Sepertinya sudah tak apa. Aku hanya diminta untuk istirahat lebih banyak dan tak boleh banyak beraktifitas." Keyla memberitahu."Baguslah. Aku akan mengajukan cuti jika kau mau. Supaya aku bisa menemanimu.""Tak usah Jamie. Aku baik-baik saja. Aku ingin bicara mengenai kita.” Keyla tampak ragu. Dia memang sudah mendengar beberapa perawat yang mengosipkan kedekatan James dengan salah satu pasien di sana. Hati Keyla menjadi tak tenang. Dia ingin bertanya namun takut."Kau ingin bicara apa? Aku akan mendengarkan.""Hm... aku tak tau harus memulainya darimana. Aku tau ini terlalu mendadak setelah kejadian beberapa hari yang lalu, namun kurasa aku tak ingin menundanya lagi Jamie," ucap Keyla terdengar kikuk dan berputar-putar."Aku tak mengerti arah pembicaraanmu, Key. Katakan saja keinginanmu.”"Aku… hm... jika pertanyaanmu beberapa bulan yang lalu masih berlaku, aku... mau menikah denganmu, Jamie. Kau tenang saja aku menerimamu bukan karena Xander telah menikah, tapi aku sungguh hmmmffft..." James mencium Keyla tanpa menunggunya menyelesaikan ucapannya. Keyla membalasnya dengan lembut. James memegang tengkuk Keyla guna memperdalam ciuman mereka lalu mengangkat Keyla naik ke atas pangkuannya. Mereka melepas ciuman tersebut, namun masih menempelkan kening dan mengambil napas sebanyak-banyaknya."Terima kasih, Key. Tentu aku tak akan berpikir begitu. Aku akan menyiapkan segala sesuatunya. Tak akan lama. Beri aku waktu satu bulan untuk menyiapkannya." James berujar masih menempelkan bibirnya, lalu kembali melumatnya. Mereka saling mengisap dan mendecap hingga sebuah gairah tersulut. Namun James harus menghentikannya sekarang sebelum tindakannya menyakiti Keyla.Napas James terengah dan kembali mengecup bibir Keyla sekilas lalu membawanya dalam gendongan dan membaringkannya di atas ranjang."Maafkan aku Key, seharusnya aku bisa menahannya. Kau dalam masa pemulihan. Kita tidak bisa melakukan lebih dari ini.”"Aku yang seharusnya meminta maaf. Apa kau akan baik-baik saja? Maksudku... yang di bawah sana butuh pelepasan. Aku bisa membantunya dengan tangan atau mul—""Tidak, Key. Aku tak akan memintamu untuk itu. Biar aku yang memujamu," potong James."Tapi... biarkan aku melakukan hal yang menyenangkan untukmu, Jamie. Aku tak ingin hanya menerima semua perlakuan spesialmu. Aku juga ingin...""Cukup cintai aku, Key. Dan jangan tinggalkan aku. Hanya itu yang aku inginkan." James kembali memotong perkataan Keyla. Dia mencium kening Keyla dan memakaikannya selimut."Tetapi lain kali aku akan memaksa, Jamie.""Baiklah, setelah kau menjadi Mrs.Hoult.”Tak bisa berbohong bahwa dirinya sangat bahagia mendengar pernyataan Keyla bahwa dia telah diterima dan akan segera melangsungkan pernikahan dengan gadis itu.Tidak lama, James kembali ke ruangan prakteknya. Dia membiarkan Keyla maupun Lea beristirahat. Pada siang hari dia akan kembali mendatangi keduanya, memeriksa keadaan mereka.-"Kapan aku bisa pulang, Al? Aku merasa baik-baik saja setelah malam itu saat kau dan Joe membawaku ke sini," tanya Lea setelah menghabiskan makan siangnya."Dokter James yang memintamu dirawat dalam beberapa hari, dan dia juga yang akan menyatakan apa kau boleh pulang atau tidak," jawab Aleandra."Kenapa kau tak bilang? Aku akan memintanya untuk pulang sekarang.”"Tapi ka—" Secara tiba-tiba Lea beranjak keluar, memotong kalimat Aleandra yang belum selesai.Lea bertanya pada suster dimana dokter James berada saat ini. Setelah tahu dia langsung menuju ruangan James."Apa yang kau lakukan? Kenapa menahanku di sini begitu lama? Biarkan aku pulang sekarang!" cetus Lea ketika dia sudah tiba di ruangan James"Baiklah, kau boleh pulang. Tapi aku rasa adikmu perlu di sini.”"Apa maksudmu?" Lea duduk berhadapan dengan James."Dia harus segera diobati sebelum terlambat. Kemarin aku meminta perawat untuk mengambil darahnya dengan alasan kau kekurangan darah. Sebenarnya darah itu untuk memastikan keadaannya. Karena yang aku dengar, adikmu harus berobat," jelas James yang membuat Lea terdiam."Percayalah padaku. Dia akan sembuh. Aku mempunyai kenalan dokter spesialis kanker. Banyak orang dari mancanegara yang dia obati sebelum terlambat dan hasilnya mereka sembuh.”"Tapi...""Masalah biaya jangan kau pikirkan.”"Aku yakin biayanya tak sedikit. Jadi bagaimana bisa aku membayarnya? Aku tak ingin berhutang budi pada orang yang baru aku kenal.”"Baiklah, jika kau memaksa. Bayar dengan tubuhmu, anggap saja yang kemarin adalah bayaran awalnya. Bagaimana?""Kau..." Lea berdiri dari duduknya, begitu pula dengan James."Aku apa?""Kau memang dokter brengsek!!""Kau yang memaksaku Lea, jadi aku harus bagaimana? Aku mengratiskan semuanya dan memudahkanmu tapi kau menolak bukan?" James mendekat. Tanpa dia duga Lea juga mendekat dan tiba-tiba menciumnya dengan kasar. Membangkitkan sesuatu dalam diri James kembali muncul. Padahal baru saja dia pergi dari ruang rawat Keyla untuk menenangkan diri dan menurunkan hasratnya, namun sekarang Lea dengan mudahnya membangkitkan lagi semua itu.Lea hendak melepas ciuman itu namun, tangan James menahannya. Dengan memegang tengkuk Lea, dia memperdalam ciumannya sementara tangan satunya memegang pinggang Lea dan menempelkannya pada bukti gairahnya yang sudah mengeras.Lea menarik paksa dirinya dan semuanya terlepas."Apa sudah cukup untuk membayar awalnya?" tanya Lea sarkas. “Jika sudah, aku pergi!"Lea hendak pergi namun James menariknya hingga dirinya membentur dada bidang James. Lelaki itu memeluknya."Bukan ini yang aku mau. Aku tak pernah menganggapmu seperti itu. Hanya saja kau… entahlah. Kau berbeda darinya dan pikiran serta hatiku bertentangan, jadi—""Aku tak butuh penjelasan apapun dokter! Anggap saja aku hanya sekadar kebutuhan seksmu!" Lea kembali menarik dirinya dan benar-benar keluar dari ruangan James.Lea kembali ke ruang rawatnya dan dia membereskan barang-barangnya untuk pulang."Al, kau harus dirawat hari ini. Aku hanya membawa sebagian barang-barang ini. Aku akan pulang dulu. Pagi setelah dari tempat Joe, aku akan ke sini," jelas Lea."Kenapa semuanya mendadak seperti ini, Kak? Darimana biaya untukku dirawat dan penyembuhan?""Dok—""Aku yang memintanya Al. Suster tolong bantu Ale untuk istirahat. Lea aku akan mengantarmu, sekalian aku ingin mengambil baju ganti untuk Keyla besok," ujar James."Tapi Kak...""Menurutlah sebelum terlambat, Al."Aleandra mengikuti suster untuk melakukan pengecekankondisinya saat ini.Lea tak membantah sedikitpun saat James mengantarnya kembali ke Apartemen. James ikut membantu membawa barang-barang Lea ke unit Apartemennya."Mari kita selesaikan yang tadi Lea," ujar James seraya menarik Lea dan kembali menciumnya.**Bunyi bel pintu rumah kediaman Mrs.Walz terdengar, menandakan ada orang yang datang larut malam. Para pelayan sudah tertidur. James yang hendak mengambil air minum langsung berbelok arah untuk membukakan pintu. Dia berjalan ke arah pintu dan membukanya, menampilkan Joe dan Natasha yang berdiri dengan Natasha yang terlihat lelah dan bergelayut pada lengan Joe."Selamat datang di rumah ibumu, Joe!" tukas James sinis. Joe hanya diam menanggapi penyambutan dengan nada yang tak enak dia dengar."Masuklah dulu Nath," pinta Joe pada Natasha yang menurut lalu melewati James yang terlihat meminta penjelasan yang masuk akal untuk semua yang telah terjadi.Sementara Natasha masuk, James keluar lalu menutup pintu rumah.Satu pukulan langsung James layangkan pada wajah Joe."Itu untuk kekacauan yang kau buat pagi ini!"James hendak melayangkan pukulan lagi, namun Joe menahannya dan membalasnya.Satu pukulan mengenai pipi kiri James."Itu un
Mempelai wanita masih menundukkan kepalanya, membuat beberapa tamu penasaran sampai mereka harus sedikit membungkukkan dirinya berusaha untuk mengintip seberapa cantik mempelai tersebut. Terutama orang Rusia yang menjadi musuh dari Joe. Dia penasaran karena sebelum acara di mulai Natasha meminta izin ke toilet dan sampai sekarang dia belum juga kembali. Orang itu sempat berpikir bahwa mempelai tersebut adalah Natasha.Akibat terlalu sibuk memperhatikan sang mempelai wanita, para tamu tak menyadari bahwa mempelai pria telah berganti. Saat ini James yang berada di atas altar dengan wajah serius, membuat semua yang melihat menjadi terkejut terutama para mafia bisnis. Tak berapa lama mereka mendapat kabar dari beberapa anak buahnya bahwa Joe telah membawa Natasha pergi menggunakan helikopter yang dikira akan digunakan untuk kepergian kedua pengantin saat acara selesai.Mereka berhambur keluar dari dalam gereja, termasuk James yang sudah siap membawa pergi Lea. Zach dan Ale
Pagi hari Zach sudah mengedor-gedor pintu kamar James dengan tidak sabar. Masalahnya waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi dan kemarin Aleandra memintanya untuk memberikan amplop itu sekarang."Hei! Bangunlah dokter brengsek!" teriak Zach kencang. Sedetik kemudian pintu terbuka, menampilkan diri James yang terlihat kacau."Ada apa bocah sialan?! Kau sungguh mencari mati, hah?!" bentak James kesal. Pasalnya sejak semalam dia menjelajahi dunia internet mencari tahu semua yang berhubungan dengan Joe dan Lea. Tetapi seperti ada yang menutupi semua jejak Joe, karena seberapa dalam James mencarinya yang dia hasilkan tetap nihil."Kau akan berterima kasih padaku jika kau tahu apa isi amplop yang diberikan bajingan licik itu!" ucap Zach sambil melemparkan amplop tersebut pada James dan dia masuk ke dalam kamar tanpa permisi.James meraih amplop tersebut kemudian masuk dan menutup pintu kamarnya. Dia duduk di sofa dan mulai membuka amplop tersebut. Sementara Zac
Beberapa hari kemudian…Lea dengan terpaksa harus ikut Joe ke London untuk melangsungkan pernikahan.Sementara James, dia tetap menyusul dan menunggu kabar dari Lea tentang ibu Joe yang dia harap bisa membantunya untuk membatalkan pernikahan keduanya.Sudah tiga hari dia berada di London tetap tak ada kabar baik dari Lea. Bahkan kabar keberadaan wanita itu saja tak terdengar. James yang bersama Zach mencoba mencari tahu semua kabar bahkan Aleandra juga sulit untuk dia hubungi.Akibatnya, kedua pria yang kebingungan itu akhirnya menebak-nebak. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Lea dan Aleandra.Saat siang hari James dan Zach memutuskan untuk makan siang di sebuah kafe. Mereka harus mengisi perut untuk mencari kedua wanita yang mereka cintai. Ada banyak kafe di sana, namun entah kenapa James memilih kafe ini. Sebuah kafe dengan dinding kaca yang menampilkan keadaan di luar hingga ke seberang jalan yang terdapat sebuahbridal. Dia
James hendak ke kamarnya setelah menenangkan pikirannya dari setiap ucapan Joe yang membuatnya tak bisa berpikir harus bagaimana lagi."Dasar, sialan! Beraninya dia mengancamku! Oh, astaga... apa lagi yang harus aku perbuat untuk merebutmu kembali, Lea?" James berujar sambil memejamkan matanya. Dia berbaring di atas ranjangnya.Apa lagi yang harus aku lakukan, Lea? Aku sudah kehabisan akal untuk menghentikannya.batin James. Dia menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya mundur ke belakang mengingat kejadian awal saat bertemu dengan Lea.Dia kembali mengingat bagaimana dirinya yang hancur karena Keyla dan kembali bertemu dengan Lea di sebuah bar dan malam itu terjadi. Malam ketika dia merebut kesucian Lea. James meneteskan air matanya ketika mengingat kelakuan brengseknya saat itu. Seharusnya dia tak mendapatkan cinta Lea jika mengingat bagaimana keadaan membuat wanita itu menjadi kesulitan dan sekarang membuatnya serba salah."Lea, apakah k
Lea terdiam dan terpaku mendengar ucapan Joe. Dia menatap punggung Joe yang terlihat semakin menjauh."Joe, kurasa kita harus bicara.”Mendengar kalimat itu Joe berbalik badan dan kembali mendekat kepada Lea."Akhirnya kau memintanya juga. Baiklah. Di mana? Tidak mungkin di tempatmu.”"Kita ke atap saja," usul Lea.Joe mengangguk dan mempersilahkan Lea untuk jalan lebih dulu. Saat berada di atap, cuaca di luar cukup mendung, dan angin berhembus cukup kencang. Joe memberikan jaketnya kepada Lea dan mengusap bahu wanita itu setelah memakaikan jaketnya."Kau yakin ingin bicara di sini?" tanya Joe.Lea hanya mengangguk sambil membenarkan rambutnya yang beterbangan karena hembusan angin."Baiklah, katakan apa yang ingin kau bicarakan.”"Begini Joe... sebenarnya aku..." Manik mata hazel Lea menatap Joe yang terlihat sabar menunggu kelanjutan dari perkataan Lea. Dia menghela napas, merasa sulit untuk mengataka
Lea sudah menyiapkan beberapa makanan yang akhirnya dia beli di restoran siap antar. Dia beralasan pada Joe bahwa dia sedang kurang sehat namun kenyataannya dia bahkan tak bisa berhenti menangis setelah James pergi walau hanya untuk menjemput Jason."Kau sudah ke dokter?" tanya Joe memeriksakan suhu tubuh Lea dengan punggung tangannya.Lea hanya menggeleng. James menatapnya tajam, dia tak bisa melihat kontak fisik antara Lea dan Joe walau itu hanya untuk memeriksa keadaan Lea."Jika kalian lupa, aku adalah seorang dokter!" ujar James memindahkan Jason dari pangkuannya untuk duduk dengan Aleandra. "Biar aku yang memeriksanya!"James menyingkirkan tangan Joe cukup kasar. Dia mengalihkan tatapan tajamnya dari Joe berpindah kepada Lea yang menunduk. "Seharusnya kau jangan terlalu lama berendam! Sudah kukatakan untuk segera menyelesaikan mandimu bukan?!" James dengan sengaja membicarakan masalah mandi. Padahal jelas Lea menyelesaikan mandinya dengan cepat dan
Satu minggu kemudianLea sedang berbelanja bahan makanan untuk menyambut kembalinya Joe dan Aleandra. Entah ada masalah apa hingga membuat Joe harus kembali ke Australia lebih cepat dari rencananya.James yang memang mengetahui rencana Joe yang akan membawa Lea pergi ke London terlihat gelisah. Dua hari setelah Joe mengabarkan akan kembali, James berniat ingin membawa Lea dan Jason ke Indonesia untuk tinggal di rumah yang dulu dia tempati. Sayangnya Lea menolak. Hari ini James masih berusaha untuk membawanya pergi."Aku memang membiarkanmu untuk melakukan apapun, James. Tapi bukan untuk menggunakan cara licik dengan membawaku dan Jason pergi," tolak Lea sambil mendorong troli belanjaannya. James segera mengikutinya."Aku sungguh tak mengerti dengan pikiranmu, Lea! Selama seminggu ini kita bersama, kita sudah seperti keluarga kecil yang bahagia. Mengurus Jason, mendaftarkan dia sekolah dan mengajaknya bermain. Bahkan kita…" James sengaja menjeda kal
Lea bergerak gelisah setelah James mengecupnya dan beranjak. Belum sempat James keluar kamar dia memanggilnya, "Jamie?”James berbalik dan tersenyum mendengar Lea memanggilnya dengan sebutan'Jamie'yang sangat memanjakan telinga saat seorang yang dia cintai memanggilnya seperti itu."Ya?” jawab James saat menoleh.Lea beranjak dari ranjang setelah mengecup Jason. Dia mengiring James untuk keluar dari kamar. Mereka duduk di ruang makan setelah James mengambilkan minum untuk Lea yang terlihat pucat seperti habis bermimpi buruk."Ada apa? Kau bermimpi buruk?" tanya James sambil mengusap punggung Lea. Wanita itu mendongak dan seketika memeluk James.Pertanyaan James membuat wanita itu menangis. James mengeratkan pelukannya."Aku takut. Mimpiku tadi sangat mengerikan. Di saat seharusnya momen indah tercipta di sebuah acara pernikahan namun yang terjadi adalah sebuah pembunuhan," jelas Lea sedikit bergetar."