Jalanan yang cukup berbatu, ditambah beban penumpang yang berat membuat kereta berguncang kecil dan berjalan dengan lambat. Pria tambun itu kerap menikmati perjalanan. Sementara kedua ketua regu sudah tidak sabar untuk menyelesaikan misi.
"Masih seberapa jauh?" tanya ketua regu satu yang sudah pegal mengendalikan pelana.
"Sebentar," sela pria tambun. Dia pun melongok melihat ke luar jendela kereta kencana. "Oke kita berhenti di dekat danau."
Danau besar membentang luas di hadapan mereka. Kereta kuda pun berhenti di seberang danau. Dengan susah payah, pria tambun itu turun dari kereta kencana.
"Terimakasih sudah mengantar. Sampai di sini, biar aku saja," ucap pria tambun itu sambil membungkukan badannya.
"Oh baiklah Tuan."
Mereka saling berpisah di sana. Pria tambun tadi sudah menanggalkan tali yang menambat perahu khusus untuk menyeberangi danau.&
Maaf lama menunggu
"DOBRAK!" Beberapa pengawal bahu membahu mendobrak pintu besar itu dengan kayu gelonggong besar. Suara dobrakan keras terdengar berkali-kali. Sementara di dalamnya, para serigala sudah bersiap. Barisan depan sudah berubah menjadi serigala, siap menerejang para penyusup. "Aila, cepat bawa rombongan yang tersisa pergi lewat jalur belakang. Bawa serta kedua adikmu ya," ucap Alpha dengan tatapan yang sedih. "Ibu, jangan katakan seperti itu. Ibu, kumohon! Kita bisa melalui ini," ucap Aila dengan mata yang berkaca-kaca. "Jaga adik-adikmu dan anggota yang lain. Cari tempat yang aman untuk kalian terus hidup," bisik alpha cepat. "Terutama Eirikr, karena dia adalah yang ditakdirkan." "Berjanjilah ibu akan menyusul," pinta Aila. Alpha hanya tersenyum semu. Sementara Leifr menoleh sedikit dengan tatapan sedih. "Pergilah, cepat!" komando Alpha begitu pintu depan berhasil didobrak. "Ayo pergi semuanya!" seru Aila sambil mengarahkan satu persatu anggotanya menyelamatkan diri. Sementara ia me
Raja Erasmus berhasil sampai ke Kerajan Utara kembali dalam waktu beberapa hari. Bagaikan panen besar, dia mendapat cukup banyak jarahan dari Lapland. Tentunya dia sudah mendapatkan bahan baku herbal untuk melupuhkan anima itu."Hati-hati dalam menyentuh tumbuhan beracun itu. Bisa-bisa nyawamu yang akan melayang!" perintah Raja Erasmus saat pengawalnya membereskan bunga bell jarahan di atas meja.Raja Erasmus cukup puas. Dia menemukan mantel serigala lainnya, lalu ada racikan salep untuk ritual dan alat-alat dari tembaga. Untuk dokumen sendiri, sebagian besar sudah hilang tidak bersisa. Namun dia menemukan perkamen yang terbuat dari kulit rusa berisi mantra dengan bahasa Kuno yang tidak dia mengerti."Hm...." Raja Erasmus berpikir keras.Raja Erasmus kembali mengecek dokumen rampasan dari Kerajaan Romsdallen. Terdapat rangkaian proses ritual untuk menjadi sesosok anima. "Jadi medium harus dilumuri badannya oleh salep racikan dari Dukun Suku. Sambil dibacai mantra, dia juga harus mema
Raja Giovanni berjalan mondar-mandir dengan wajah yang teramat sangat cemas. Ia sudah menunggu selama hampir setengah hari tanpa kepastian di luar pintu kamarnya, menantikan kabar dari Tabib Istana. Waktu sudah mulai larut. Ditandai dengan lolongan serigala yang bersahutan malam itu. Membuatnya merasa sangat tidak tenang. Apalagi ketika Tabib Istana masih belum keluar menemuinya. "Pasti ada yang tidak beres di dalam sana," gumamnya. Tanpa bisa menunggu lagi, Raja Giovanni segera mendobrak pintu oak coklat besar megah itu, seraya memaksa masuk ke dalamnya. Namun, wajahnya berubah pucat pasi ketika melihat pemandangan yang teramat sangat mengerikan. "Apa yang terjadi di sini?" pekik Raja Giovanni dengan tubuh yang bergetar hebat. Ia mendelik tajam ke arah Tabib Istana yang sedang bersembunyi di pojok ruangan dengan tubuh yang gemetar hebat. "Bisa kau jelaskan apa yang terjadi kepadaku wahai Tabib?"
Raja mencium lengan kurus mendiang Istrinya, seraya berpisah untuk terakhir kali. Ia kemudian berjalan lunglai menuju keluar ruangan. Karena akibat peristiwa ini, ia sangat kehilangan semangat hidup. Ia selalu merenung. Berkali-kali juga ia mengumpat dan menyalahkan keadaan.Besok, ia akan mengumumkan kepada seluruh rakyatnya mengenai kejadian memilukan ini. Diiringi oleh prosesi pemakaman sang Ratu. Tanpa terasa waktu sudah beranjak pagi hari. Udara terasa dingin menusuk dan langit masih diselimuti kegelapan. Tentu karena saat itu sudah memasuki musim dingin namun salju masih belum juga turun.Ia teringat jika Jesper sudah pergi terlalu lama. Bahkan ia heran karena untuk membunuh bayi saja Jesper membutuhkan waktu yang sangat lama. Apalagi udara sudah semakin dingin. Entah mengapa Raja merasa khawatir."Kemana Jesper? Mengapa dia lama sekali?" keluhnya. "Apa mungkin terjadi sesuatu? Dia diserang oleh Lycan? Atau justru
Waktu telah berganti menjadi pagi. Raja Giovanni sedikit pun belum beristirahat. Wajahnya terlihat kelelahan akibat banyak sekali peristiwa yang mendadak terjadi. Kepergian Jesper yang tidak diketahui juga menambah beban pikirannya saat ini.Jesper satu-satunya orang kepercayaannya. Entah kemana Jesper pergi. Ia masih belum mendapatkan kabar mengenainya. Bagaimanapun prosesi pemakaman Ratu harus tetap dilaksanakan. Walaupun Jesper tidak hadir."Yang Mulia, semuanya sudah siap. Pemuka Keagamaan sudah hadir." salah seorang Pengawal melaporkan."Baik. Aku akan menemuinya, sekaligus memulai acaranya," jawab Raja pendek."Baik, Yang Mulia."Sejujurnya Raja Giovanni benar-benar merasa lelah. Jika Jesper ada di sini, Jesper-lah yang akan mengatur dan melakukan semuanya. Namun kini, dia harus mengurus segalanya seorang diri.Raja berjalan cepat menyusuri korido
Jesper membuka matanya perlahan. Ia mengerjap sedikit, berusaha mengembalikan kesadarannya kembali. Setelah ia sadar sepenuhnya, ia pun bangkit dari tempatnya. Dengan panik, ia lalu memeriksa kondisi di sekitarnya."Tuan Putri?" Jesper mencari bayinya dengan panik.Betapa leganya dia saat mendapati bayi kecil itu malah sedang bermain sendiri. Segera ia gendong bayi itu."Syukurlah kamu tidak terluka," ucap Jesper seraya bersyukur.Ia lalu melihat ke arah kudanya yang kini sedang berlari kecil seolah merasa gembira. "Kau sudah merasa lebih baik ya, Pil."Kuda itu seolah mengerti apa yang dikatakan oleh Tuannya. Kuda itu meringkik berirama sesekali berdengus sambil terus berlari mengibaskan ekor dan mengangkat kaki depannya. Terlihat sekali jika kuda tersebut sedang bahagia. Jesper pun menyimpan bayinya ke keranjang bayi. Lalu ia mendekati kudanya untuk memeriksa kondisinya.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, akhirnya Raja tiba di Istananya ketika malam menjelang. Seluruh tubuhnya benar-benar lelah. Luka di bagian tubuhnya semakin lama membuatnya lemah. Ia bahkan harus dipapah oleh Prajuritnya untuk bisa masuk ke dalam Istana.Raja berbaring perlahan di atas ranjangnya. Sementara Tabib Istananya yang baru, mengobati lukanya dengan dedaunan tradisional yang dihaluskan."Aduh!" keluh Raja saat dedaunan basah itu ditempelkan pada lukanya."Mohon tahan sebentar lagi, Yang Mulia. Saya akan membebat tubuh anda dengan kain," kata Tabib itu.Raja berusaha menahan rasa sakit dan perih ketika Tabib mulai membebat tubuhnya dengan kain. Tabib Istana yang ini sungguh telaten dalam melakukan pekerjaannya. Tak membutuhkan waktu yang lama hingga dia selesai."Sudah, Yang Mulia," ucap Tabib Istana. Ia kemudian membereskan peralatannya.
"Maaf, sepertinya aku tidak bisa ikut bersamamu," tolak Jesper pada akhirnya. "Kami harus kembali melanjutkan perjalanan.""Kalian akan pergi ke mana?" tanya wanita tadi penasaran. "Sungguh, maksudku hanya Tuan dan bayi itu saja?""Ya," jawab Jesper cepat. "Kalau begitu selamat tinggal.""Anda serius? Bagaimana bisa Anda melakukan perjalanan panjang dengan bayi ini tanpa seorang pun yang menemani?" protes wanita tadi. Ia lalu segera menghalangi langkah Jesper. "Anda setega itu?""Apa maksudmu, Nona?" Jesper merasa tidak suka. Sejujurnya obrolannya dengan wanita itu sangat tidak jelas dan hanya menghabiskan waktunya saja."Maksudku, lihatlah bayi itu!" wanita itu kemudian beranjak menuju ke keranjang bayi. Ia lalu menggendong bayinya. "Kasihan sekali dia. Dia pasti merasa kedinginan dan lapar.""Letakan dia kembali! Jangan sentuh dia!" Jesper berusaha menghala