“Terima kasih, Miss Sydney,” ujar Oscar ketika Sydney menyajikan teh untuknya di atas meja. Mata tajam pria bersurai hitam legam tersebut kemudian terarah pada Lucius yang senantiasa berdiri di hadapannya yang sedang terduduk. “Aku memang memanggilmu untuk datang ke kantorku, bukan sebagai atasan dan bawahan, melainkan sebagai teman. Jadi ... santai saja, Lucius.”
Lucius tersenyum senang mendengarnya, “Baiklah. Kalau begitu, akan kulakukan seperti yang kamu katakan.” Kemudian pria beriris mata merah itu mendudukkan dirinya di kursi yang berhadapan dengan Oscar.
“Aku sudah membaca laporanmu tentang kasus pembunuh berantai yang menghantui East End selama dua bulan terakhir ini,” ujar Oscar kemudian mengambil cangkir teh untuk ia minum tersebut. “Dan pelakunya benar-benar tidak terduga.”
Lucius menyeringai, “Sekelompok masyarakat kelas menengah yang menginginkan kesetaraan status, na
Heinry tersenyum ramah, berusaha menyambut dengan ramah kedatangan Miya yang sepertinya diperintahkan oleh Lucius untuk datang ke markasnya.“Halo ... aku sudah menunggu kedatanganmu, Arcelia.”Miya tersenyum ramah, “kau bisa memanggilku Miya.”“Baiklah,” ujar Heinry kemudian mengajak Miya untuk masuk ke gudang senjata, “Aku mendengarnya dari JK, ini akan menjadi misi penyusupan solomu.”Miya mengangguk, “Iya, Jdope. JK mengatakan padaku untuk melakukan apa pun yang menurutku cocok.”Heinry mengangguk, kemudian berjalan menuju ke sebuah rak penyimpanan senjata khusus. Pria bersurai pirang keperakan tersebut mengambil sebuah tas koper berwarna cokelat dengan pinggirannya.“Aku sudah menyiapkan senjata yang cocok untuk misi penyusupan seperti yang akan kau lakukan,” ujar Heinry kemudian meletakkan tas koper tersebut ke atas sebuah meja.“Apa i
Killian berjalan dengan santai namun penuh wibawa, menyusuri trotoar jalanan menuju ke sebuah bar. Tubuh jangkung terbungkus rapi oleh sebuah long coat berwarna hitam yang dikancing. Pria itu terlihat semakin menawan, meskipun tahun ini ia baru saja genap berusia empat puluh satu tahun.Killian adalah definisi awet muda, hingga dijuluki Pangeran Vampir oleh rekan kerjanya.Kaki jenjangnya kemudian melangkah masuk ke sebuah bar, tempat janji bertemu dengan seseorang. Sebuah bar yang kebetulan sepi pengunjung, tempat yang pas untuk membicarakan hal-hal rahasia.“Macallan Estate Reserve satu,” ujar Killian memesan minuman yang akan ia minum malam ini.“Akan segera disajikan,” ujar sang bartender mulai menyiapkan pesanan Killian.Killian mendudukkan bokongnya di kursi. Mulai menunggu kedatangan seseorang kenalan, yang juga bekerja di MI6, namun ini adalah pertemuan pertama mereka. Detik demi de
Markas Scotland Yard. “Mabuk saat markas dalam siaga tinggi. Untungnya aku tidak mendapatkan pemeriksaan fisik yang lebih rinci.”Suara derap langkah kaki kemudian berhenti terdengar, dan Miya mendapati jika Killian baru saja berdiri di hadapannya tersebut dengan membawa sebuah koper. “Kami berdua berhasil masuk menggunakan cara ini, kan?”Killian terdiam dengan wajah datar tanpa ekspresi. Tatapan matanya pun terkesan datar.“Apa yang terjadi dengan mobilku?”“Mobil itu bukanlah milikmu, tapi milik gudang Jdope.” Killian kemudian menyelundupkan tas koper tersebut ke dalam sel tahanan Miya. “Itu disita dan diparkir di kandang kuda. Ini kopermu kukembalikan.” Killian kemudian menyeringai miring, “Dan ... ada kabar bagus untuk kau dengar.”Mendengar hal tersebut tentunya membuat Miya merasa penasaran, “Apa itu?”“Arlensta baru saja
“Berhenti di sana! Ini adalah area terlarang! Anda tidak dapat melewatinya, kecuali Anda memiliki izin!”Caius, Peter, dan Sebastian sontak menghentikan langkah kakinya. Caius kemudian menunjukkan sebuah kunci kepada penjaga tersebut.“Departemen Investigasi Kriminal, Inspektur Arlensta. Saya punya sesuatu yang perlu saya dapatkan dari ruang materi rahasia ... tentu saja, saya punya izin untuk melakukan hal tersebut,” ujar Caius berusaha terlihat meyakinkan.Merasa gemas dengan kedua penjaga tersebut yang terlihat meragukan ucapan Caius, Peter merebut kunci tersebut dan langsung mendekati pintu tersebut.“Saya tidak diberitahu inspektur akan datang hari ini.”“Kurasa itu karena ini masalah mendesak.”Peter berhasil membuka pintu tersebut. Ia kemudian berbalik, memandangi Caius dan Sebastian yang tampak tercengang dengan keberanian Peter. “Ayo cepat!”Ketiga p
Caius mengembuskan napasnya lelah. Ia akhirnya ditahan dalam sel penjara, di tempat di mana ia bekerja. Pria bertubuh gempal tersebut kemudian meringis saat merasakan nyeri di tangannya tersebut.Suasana sel penjara tersebut cukup sunyi, membuat Caius dapat mendengar suara langkah kaki seseorang yang sedang menghampiri selnya.“ Serius deh ... kebetulan sekali hari ini adalah hari di mana teman dan keluarga diizinkan untuk melakukan kunjungan.”Caius menoleh dan mendapati Killian tengah memandanginya dengan sorot mata kasihan, “Macmillan!”“Kamu ceroboh, Arlensta,” hardik Killian dengan mata tajamnya.Caius berdecak, tersenyum miring dan mencibir dirinya sendiri, “Aku kehilangan kontrolku saat melihat Harris dengan begitu ngototnya mengatakan bahwa tidak ada bukti palsu di dalam ruang arsip.”“Aku sudah bisa menebak ini karena sikapmu itu memang seperti itu, bukan?”
Miya memandang getir surat kabar yang baru saja selesai ia baca tersebut. Di halaman utama surat kabar tersebut, memuat berita tentang skandal percintaan kepala inspektur Departemen Investigasi Kriminal Scotland Yard yang baru, Killian Macmillan. Di dalam berita tersebut, tertulis namanya, Miya Arcelia, sebagai kekasih Killian yang sangat dicintai oleh pria berkacamata tersebut.Namun, yang membuat Miya merasakan denyutan di dadanya. Terasa sakit sekaligus sesak itu, karena sang penulis berita tersebut cenderung menekankan perbedaan umur yang jauh, juga perbedaan status sosial yang bisa saja menggiring opini publik menjadi buruk terhadap hubungan mereka.Bangsawan dan kelas pekerja. Secara tersirat, kedua status sosial tersebut tidak akan pernah bisa bersatu, apa pun alasannya.Dan seketika, Miya memiliki kekhawatiran karena hal tersebut. Miya merasa takut terhadap berbagai hal. Kehilangan, tatapan rendah, serta caci maki. Namun, yang paling ia
“Untuk pertama-tama, kita harus mencari tahu pendapat publik tentangmu, Sayang.”“Bukankah sudah jelas jika mereka membenciku?”Lucian mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali. Ia merasa terkejut ketika ia mendatangi ruang makan, dan mendapati Peter sedang berdebat dengan Lumiere.“Memangnya kebencian akan tetap terjalin meskipun sudah bertahun-tahun berlalu?” tanya Peter yang membuat Lumiere bungkam. “Apalagi saat ini keadaan London setidak lebih baik daripada sebelumnya. Mereka hanya merasakan kedamaian setelah melihat kita jatuh ke sungai. Mereka merasakan hangatnya persamaan ketika memadamkan api yang membakar kota. Setelahnya, semakin banyak waktu yang terlewat, mereka kembali seperti dulu. Si kaya dan si miskin, si bangsawan dan kelas rendah. Bahkan, pernikahan pun semakin diperketat.“Aku rasa tidak akan masalah jika kemunculanmu kali ini benar-benar bekerja untuk rakyat,” tam
“Kamu masih memikirkannya, sayang?”Peter menoleh, mendapati Lumiere tengah menghampirinya yang sedang duduk termenung di dalam kamar. Peter mengulas sebuah senyuman simpul begitu melihat putri kecil mereka merentangkan tangan mungil tersebut kepadanya. Peter lantas langsung meriah tubuh mungil sang putri, meletakkan Rosemary pada pangkuannya, dan membiarkan Lumiere mengisi tempat kosong di sebelahnya.“Aku masih memikirkannya,” jawab Peter seraya memainkan tangan mungil putrinya tersebut.Lumiere tersenyum tipis, kemudian menyandarkan kepalanya pada bahu kokoh Peter. “Peter, aku ... sudah membicarakan ini dengan Kak Lucius.”Peter hanya terdiam, membiarkan istrinya tersebut melanjutkan cerita. Pria bersurai kelabu tersebut ikut menyandar pada kepala Lumiere. Suasana di sekitar mereka terasa begitu romantis dan hangat. Merefleksikan keluarga hangat yang memiliki lingkungan yang baik.“Kak L