Wajah Wendy memerah karena menahan amarah. Matanya memandang nyalang pada Lucius yang kembali tertawa, seolah-olah ada yang sedang melawak di sini.
“Apanya yang lucu!?” tanya Wendy seraya memandang tajam pada Lucius yang sedang berusaha menghentikan tawanya, “Kamu benar akan menolongku?”
“Pft! Tentu saja,” jawab Lucius setelah tawanya sedikit mereda, “Bayaran yang akan kuberikan cukup setimpal dengan apa yang kau sampaikan.”
Mata beriris merah itu kemudian menatap datar pada para bangsawan di bawah sana yang tampak sedang dihebohkan oleh sesuatu. Sepertinya, peran serigala malam ini telah berhasil ditangkap hingga menyebabkan kehebohan seperti itu.
Pria itu kemudian melirik pada Wendy yang tampak was-was terhadap apa yang akan dikatakan oleh dirinya, “Sekarang giliranku. Akan kutunjukkan sebagian kecil kekuatanku yang akan menolongmu.”
“Kekuatanmu?”
&ldq
Wajah Sebastian sama pucat pasinya dengan Peter setelah mendengarkan penjelasan tentang isi dokumen tersebut. Pria itu kemudian memandang tidak percaya pada Wendy yang duduk meringkuk seperti anak kecil di anak tangga.“D-dokumen yang berbahaya seperti itu?” Bahkan, Sebastian masih terlihat histeris ketika membicarakan dokumen tersebut.Peter mengangguk seraya menyimpan kembali dokumen tersebut dengan sangat rapi, “Iya ... pantas dibayar dengan meledakkan lantai du— tidak, meledakkan lantai dua saja rasanya terlalu murah untuk mendapatkan dokumen seberbahaya ini.”“Bagaimana bisa kamu punya dokumen ini!?” tanya Sebastian pada Wendy yang terlihat pasrah dengan keadaan.Wendy menghela napas, “Aku mencurinya dari istana.” Wanita itu kemudian mendelik tajam pada Sebastian yang hendak membuka mulut, “Aku mencurinya bukan karena isinya kok. Justru aku tidak tahu jika dokumen yang kucur
Wendy menatap takut pada bangunan gereja tua yang bahkan hampir roboh itu. Wajah cantiknya menggelap, di dalam hatinya ia menggerutu tentang tempat pertemuan ini. Dia tidak habis pikir kenapa Bangsawan Kriminal itu memintanya untuk bertemu di gereja tua yang hampir roboh ini.Apa karena tidak ingin mencolok?Ataukah dia melakukan ini agar identitasnya tetap terjaga rahasianya?Walaupun menggerutu begitu, Wendy tetap melangkah masuk ke dalam gereja tersebut. Gelap. Namun kegelapan total tidak membutakan matanya karena sinar rembulan yang cukup menerangi. Namun tetap saja, aura mencekam benar-benar terasa mencekik leher dengan rasa ketakutan terhadap sesuatu yang bukan ‘manusia’.Wendy menatap sekitarnya, kemudian terperanjat terkejut ketika mendengar suara derit pintu terbuka yang memecahkan keheningan. Dari sana, muncullah seorang wanita paruh baya yang berjalan dengan punggung yang membungkuk, termakan usia. Di tangan wanita
Wajah cantik Wendy menggelap karena terkejut. Ia tidak menyangka jika gereja tua dan hampir roboh ini memiliki terowongan bawah tanah, seperti yang sedang dirinya lewati bersama dengan Lucius.“Di bawah gereja ada terowongan begini?” tanya Wendy merasa penasaran dengan tujuan dari pembangunan terowongan tersebut.Lucius menolehkan sedikit wajahnya, melirik Wendy dari sudut matanya, “Ini digunakan sebagai jalur evakuasi. Dulunya, gereja ini digunakan sebagai kamp pengungsian saat Perang Dunia Ketiga meletus.”“Begitu ya,” gumam Wendy kemudian menghentikan langkah kakinya ketika mereka berdua berhasil menuruni anak tangga terakhir.Mata biru itu kemudian membulat ketika mendapati keberadaan tiga orang lain di depan sana. Dua laki-laki dan satu orang perempuan. Berbeda dengan si perempuan yang memiliki aura bersahabat, kedua pria di sisi kanan dan kirinya justru menunjukkan permusuhan terhadap Wendy. Hal t
“Saya baru memikirkan rencananya semalaman setelah membaca dokumen ini,” ujar Lumiere seraya menunjuk dokumen tersebut dengan matanya, “Seperti yang kita tahu sendiri dari buku sejarah yang tersimpan dengan rapi di perpustakaan istana, pemimpin dari Revolusi Perancis adalah Maximillien de Robespierre. Seorang tokoh revolusioner yang dianggap tiran, diktator dan disejajarkan oleh Hitler, hingga Osama Bin Laden setelah ia mengeksekusi Raja Louis XVI.“Dia menjelaskan dalam pidatonya, ‘jika dasar pemerintahan populer di masa damai adalah kebajikan, maka dasar pemerintahan populer di masa revolusi adalah kebajikan dan teror. Teror tanpa kebajikan adalah meruska. Kebajikan tanpa teror tak bergigi’. Hal tersebut dijadikan olehnya untuk mengadakan pembersihan. Semua yang menentang revolusi akan ia penggal, tidak memedulikan apakah penentang itu seorang bangsawan atau rakyat biasa.“Namun pada akhirnya, dia sendiri pun
“Kakak, ada surat untukmu!”Seruan Lucian membuat Lumiere menatap ke arah pintu masuk ruang bacanya, mendapati Lucian yang sedang menyodorkan sebuah amplop surat kepada dirinya. Gadis bersurai cokelat madu itu mengambil surat tersebut. Membuka penutup surat tersebut dengan sebilah pisau khusus membuka amplop, kemudian membacanya.“Undangan pesta dansa?” gumam Lumiere setelah membaca isi dari surat tersebut yang ternyata sebuah undangan pesta dansa, “Marquess Illona?”“Oh? Keluarga Bangsawan ternyata di luar anggota keluarga kerajaan, ya?” tanya Lucian merasa tidak asing dengan nama Marquess Illona?“Marquess Illona?” Wendy —atau sekarang bernama Miya— menyembulkan kepalanya dibalik. Wajahnya terlihat semringah, merasa kenal dengan pemilik nama tersebut, “Aku mengenalnya! Dia memang bangsawan terkaya di luar keluarga kerajaan ini.”“Be
“Hei, lihat deh pembeli di sana.”Telinga Miya cukup sensitif berhasil menangkap bisik-bisik dua orang gadis bangsawan yang sepertinya sedang mengunjungi toko bunga dan tanaman hias Miss Hudson. Sontak Miya melemparkan pandangannya ke sumber suara. Mendapati kedua gadis tersebut merona malu ketika bertukar pandang dengannya.Sebelah alis Miya terangkat, dan dua gadis itu terpekik terkejut ketika melihat hal tersebut, “Kenapa dengan kedua gadis di sana?”“Huh?” Lucian yang kebetulan mendengar gumaman Miya tersebut sontak menatap ke arah yang juga ditatap oleh wanita di sebelahnya tersebut, “Ah ... apa Arcelia belum tahu jika ada sekelompok gadis bangsawan muda yang mengagumi para wanita?”“Begitukah?” tanya Miya menatap Lucian dengan rasa penasaran yang membumbung tinggi. Mata birunya pun tampak berbinar, merasa terharu dengan gagasan tersebut.“Iya,
“Kumohon lepaskan aku, Tuan,” seorang wanita bersurai cokelat, merengek pada seorang pria yang sedang menjambak rambutnya, serta menyeret tubuhnya dengan tidak manusiawi ke tempat antah berantah. Sudah lebih dari selusin menit pria itu terus menyeretnya, tanpa menunjukkan tanda-tanda jika dia akan menghentikan penyiksaan mengerikan ini.“Tidak akan kulepaskan! Salahmu sendiri karena sudah berani tersenyum pada pria lain!”“Tapi ini adalah pekerjaanku, Tuan.”“TAPI AKU MEMBAYARMU, PELACUR SIALAN!”Wanita itu semakin merengek kesakitan ketika cengkeraman di rambutnya semakin menguat. Menyebabkan kulit kepalanya terasa panas. Rambutnya terasa seperti akan lepas bersamaan dengan kulit kepala, jika pria itu tidak segera melepaskan jambakannya.Sedangkan pria tersebut terlihat tampak sangat marah, tentunya terhadap wanita yang sedang diseret olehnya tersebut. Mulutnya tertutup rapat, tidak
Lumiere bergeming karena dirinya sedang didandani oleh dua orang pelayan yang disewa oleh kakaknya, Lucius. Tentunya setelah memberikan upah lebih untuk tutup mulut, jika mereka memergoki sesuatu yang aneh di kediaman ini. Karena pada dasarnya, Wisma Wysteria tidak memiliki banyak pelayan perempuan. Bahkan pelayan laki-laki pun hanya mempekerjakan Ashen dan Reynox. Juga Lucian bertugas sebagai kepala pelayan.Alhasil, jika ada keperluan wanita mendadak seperti ini, menghadiri sebuah pesta dansa yang mengharuskan Lumiere memakai gaun, mau tidak mau Lucius pun harus menyewa beberapa pelayan wanita selama sehari, untuk membantu persiapan adiknya untuk menghadiri pesta dansa. Seperti pada hari ini.“Kulit nona memang sebagus ini, ya? Bisa-bisanya nona merawat diri pada saat Anda sendiri disibukkan dengan urusan kampus dan juga meneliti tesis,” celetuk salah satu pelayan bertubuh tinggi yang sedang mengolesi wajah Lumiere denga