Keesokan paginya Stefany mengajak kami untuk lari pagi di taman dekat rumahnya. Taman ini sepertinya khusus dirancang untuk berolahraga, ada track jogging dan terdapat beberapa peralatan olahraga. Arsen pun ikut kami jogging dengan alasan menjaga kami karena khawatir kami hanya 3 orang perempuan. Stefany memang tidak bisa melihat kalau kakaknya sangat menyayanginya.
“Jenny, kau berjalan saja, tidak usah berlari” Seru Stefany.
“Jangan perlakukan aku seperti orang sakit, Stefany” Ujarku tidak suka.
“Kalau kau capek, biarkan aku menggendongmu” tawar Arsen.
“Kakak mau menggendongku?” Tanyaku dengan puppy eyes.
“Tentu saja” Jawab Arsen percaya diri.
“Tidak diragukan lagi, kakak memang lelaki idaman” Pujiku.
“Hentikan, kalian membuatku muak!” Stefany menyeretku.
“Jenny, pada saat pertama aku mengenalmu, aku pikir kau gadis yang dingin” Kekeh Anastasia.
“ha ha ha,” aku hanya tertawa, entahlah, selama 6 bulan ini, dilimpahi curahan kasih sayang dari orang tuaku, sahabat-sahabatku dan orang-orang di sekitarku membuat hatiku hangat, aku lebih mudah mengekspresikan diriku, lebih sering tertawa dan bahagia.
“Stefany, Anastasia, semenjak kecelakaan yang menimpaku, aku merasa tubuhku jauh lebih kuat” Ucapku jujur.
“Kau ini bicara apa” Ucap Stefany.
“Aku tidak membual, aku merasa seperti itu” Yakinku.
“Aku izinkan kau digendong kakakku apabila kau kelelahan” Ucap Stefany.
Stefany mengira aku membual agar Stefany dan Anastasia tidak mengkhawatirkanku, namun aku memang merasa demikian, seingatku aku tak pernah merasa kelelahan.
Di tengah taman ada sekelompok anak muda mengadakan latihan taekwondo, entahlah karate atau taekwondo aku tidak bisa membedakannya, mereka mencoba menguji kekuatan mereka dengan memecahkan kayu dan beton.
Kami berempat menonton di pinggir taman, Arsen memberikan botol minuman untuk kami bertiga,
“Kak Arsen, apakah kakak dapat mematahkan kayu atau beton?” Tanyaku dengan nada manja
“Tentu saja” Jawabnya dengan percaya diri.
“Aku mendapatkan sabuk coklat karate” Tambahnya.
“Wow, kau sungguh luar biasa” Pujiku berlebihan.
Stefany menatap jengah, lalu berjalan ke tengah taman, entah apa yang dia bicarakan dengan salah satu anggota taekwondo itu, lalu dia melambaikan tangan ke arah Arsen.
“Kak Arsen bukankah kau bilang kau bisa mematahkan kayu dan beton” Seru Stefany.
Seketika Arsen menjadi pucat, mungkin dia bisa mematahkan kayu, tapi beton??
Anastasia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, melihat tingkah Stefany yang akan mempermalukan kakaknya.
Aku mengikuti Arsen ke tengah lapang, dalam hati kecilku, aku harus menyelamatkan harga dirinya, karena aku yang pertama memicu stefany menemukan ide untuk mempermalukan kakaknya.
“Buktikan disini kalau kau bisa mematahkan kayu dan beton” Ucap Stefany dingin kepada Arsen.
“Silakan kak” Seorang laki-laki anggota taekwondo mempersilakan Arsen mematahkan kayu dan beton.
Sebelum Arsen beranjak ke tempat eksekusi, aku maju ke depan mendahului Arsen.
“Kakak, maukah kau mengajariku mematahkan kayu ini?” Pintaku manja, kepada pria taekwondo itu
Pria itu salah tingkah karena permintaanku ditambah lagi aku memegang tangannya, walau hanya bajunya yang kupegang, namun pria itu terlihat malu dan pipinya menjadi merah.
“Tentu saja” Jawabnya malu.
“Aku Jenny, kakak siapa?” Tanyaku antusias.
“Mark” Jawabnya tersipu.
“Mohon bimbingannya kak Mark” ucapku sambil mengerlingkan mataku.
Stefany dan Arsen menatap tidak percaya, aku mengeluarkan jiwa playgirl dan segera saja aku menempati tempat eksekusi untuk mematahkan kayu, Mark menjelaskan secara detail cara dan teknik menghancurkan kayu.
“Apa kau yakin akan mematahkan kayu ini? Nanti tanganmu sakit?” Ucap Mark khawatir.
“Apakah kau akan mengobatiku kalau aku sakit?” Tanyaku dengan senyuman.
“Tentu saja” jawabnya mantap.
Anastasia, Stefany, dan Arsen hanya melihat dan menahan nafas, kalau sampai Jenny terluka, mereka harus berhadapan dengan ibunya Jenny.
Aku memfokuskan pikiranku, melakukan apa yang dijelaskan oleh Mark, aku ingin sekali mencobanya. Aku tak memikirkan harga diriku apabila kayu ini tidak patah, imejku adalah wanita lemah yang harus dilindungi haha. Setelah kufokuskan pikiranku.
BRAK!! kayu terbelah menjadi dua.
Semua orang kaget, termasuk Mark.
“Kau sangat hebat Jenny! apakah sebenarnya kau pemegang sabuk hitam?” Tanyanya menggodaku.
Aku hanya menggeleng pelan.
“Boleh aku memecahkan beton?” Tanyaku.
“Apa!!” Anastasia, Stefany, dan Arsen berteriak bersamaan.
“Boleh kan?” Pintaku manja kepada Mark, aku mengacuhkan teriakan mereka bertiga.
Mark seperti kerbau yang dicocok hidungnya, tidak dapat mengatakan tidak pada. permintaanku,
Dan BRAK, beton dapat kuhancurkan dengan mudah.
Tidak hanya orang-orang disana yang terkejut, aku sendiri pun terkejut dengan kekuatan yang aku miliki.
“Fanny, aku akan ke suatu tempat, tolong beritahu ibuku bahwa aku masih di rumahmu” Pintaku, lalu aku berlari mencegat dan memasuki taksi.
Stefany, Anastasi, dan Arsen berteriak menghentikanku, aku sungguh tidak peduli, aku harus membuktikan sesuatu.
“Pak antarkan saya ke Glora Victory” Pintaku kepada supir taxi.Setelah sampai disana, aku melihat cukup banyak orang, mungkin karena ini hari libur, Glora Victory adalah tempat olahraga terlengkap, terdapat stadion sepak bola, trek lari, kolam renang, gym, lapangan basket dan lain-lain.Tempat pertama yang kukunjungi adalah trek lari, di sana ada beberapa kelompok remaja, dilihat dari postur tubuh mereka dan potongan rambutnya yang cepak aku tebak mereka akan ikut tes militer.Aku sedikit melakukan pemanasan, lalu aku berlari dengan kecepatan sedang, lama kelamaan kecepatan lari ku semakin meningkat, bahkan kelompok remaja tad
Markas tim ObsidianAdrius POV7 bulan telah berlalu, semenjak Alcie dinyatakan gugur dalam misi, aku mengubur diriku dalam kesibukan misi, tak pernah aku merasa seterpuruk ini. Apakah yang dikatakan rekan-rekan tim ku benar? Bahwa aku mencintai Alcie? Entahlah.“Adrius, maukah kau kencan buta dengan temanku?” Tawar Varro.“Apa kau tidak bosan menjodohkannya terus?” Hardik Brian.“Gladis, pramugari maskapai Eagle sangat cantik, dia bersedia berkencan denganku bila teman dekatnya dikenalkan denganmu, Adrius” Pinta Varro.“Sudahlah, kemarin ketiga kalinya Adrius melaku
Taman belakang markas ObsidianAdrius sedang duduk ditaman menikmati kopi hangat dan semilir angin sore, dia mengenang Alcie, wanita yang sanggup memporakporandakan hatinya, dia tidak menyangka akan jatuh cinta begitu dalam kepada gadis dingin itu, sebelum dia bisa mengungkapkan perasaannya, Alcie telah tiada. Beribu penyesalan bersarang di hatinya.Alcie dingin namun selalu memperhatikan keselamatan tim nya, dia rela menderita demi menjamin keselamatan dan keamanan rekan timnya, di balik datar ekspresi wajahnya, tersembunyi perhatian besar kepada semua anggota timnya.Alcie selalu mengingat bahkan memberikan hadiah manis saat ulang tahun rekan rekan satu timnya. Walaupun tidak diberikan langsung dan pasti hanya digantungkan di gagang pintu.Perhatian dan sikapn
Saat dia menyerahkan coat coklat baru aku paham, cepat-cepat kuganti bajuku dengan coat, dia pun membuka bajunya dan menggantinya dengan mantel marun, lalu membuang baju kami ke tempat pembuangan baju bekas, kulihat dia memoleskan lipstik merah di bibirnya.“Kapten, kau membawa lipstick saat misi seperti ini?” Racauku.Entahlah mungkin aku sedikit mabuk, sehingga menanyakan hal tidak penting kepada Alcie.Alcie membuka bagian bawah lipstick tersebut, terdapat suatu alat, sepertinya bisa dijadikan alat kejut, aku mengangguk-angguk paham.Beberapa bodyguard menghampiri kami, mereka melangkah memasuki gang. Alcie menjadi pucat, walaupun mereka telah mengganti baju, namun bisa saja mereka mengenalku, karena wajahku pasti terekam CCTV , sedangkan Alcie telah berub
Misi dijalankan dengan sukses, tim Obsidian merayakan hal tersebut dengan minum-minum dan makan malam dengan daging panggang ala-ala BBQ.Alcie mengacuhkanku, setelah insiden ciuman kami, dia tidak berbicara padaku satu patah kata pun, sedangkan dengan yang lainnya, dia bergurau seperti biasanya, memuji pekerjaan mereka, karena bekerja dengan sangat bagus. Namun Adrius tidak mendapatkan itu.Alcie mohon izin untuk tidur terlebih dahulu, tinggal Aku, Brian, Varro dan Gerrald yang ada di atap menyelesaikan BBQ kami sambil mengobrol ringan.“Kulihat Kapten mendiamkanmu Ardius.” Selidik Brian.Brian memang sangat peka.“Apa kau membuat kesalahan yang besar?” Tanyanya lagi.
Kediaman keluarga AlexJenny POVAku tertelungkup di kasur yang nyaman, tanganku memegang sebuah balpoin, kutuliskan memori-memori asing yang bermunculan di kepalaku. Kutuliskan semua itu dalam buku berwarna biru, diary pink yang kumiliki sebelum hilang ingatan, tak pernah kusentuh, entahlah aku merasa tidak berhak menambahkan sesuatu di buku itu.Pistol, darah, pisau, lautan, gunung es, penyekapan, bergelantungan di atas gedung dan Adrius. Adalah kata-kata yang kutulis di buku diaryku.Aku bangun lalu menatap pantulan diriku di cermin.“Siapa kau? Apakah benar kau adalah Jenny? Kalau bukan Jenny, lantas siapa dirimu? Apakah kau siap menerima kenyataan jika kau memang bukan Jenny? Apa kau siap kehilangan Mom, Dad, sahabat dan kehidu
Keesokan harinya.“Hei Jenny, tumben sekali kau tidak terlambat. Apakah matahari terbit dari barat?” Sindir Anastasia.Stefany hanya diam tidak ikut menimpali, karena dia pun sering terlambat bila ada kuliah pagi.Kami sedang duduk di lorong, menunggu kelas dimulai.“Mata kuliah kebangsaan akan diajar oleh Profesor dari luar kampus, aku berharap dia tampan dan rupawan” aku tersenyum sambil membayangkan bila mendapatkan Profesor yang tampan rupawan.“Jangan berharap terlalu tinggi, setahuku seorang Profesor pasti sudah tua” Ucap Stefany.“Masih ada harapan pada asistennya” ucapku penuh k
Kantin Kampus“Dosen kita sangat tampan!” Ujarku bersemangat.“Setuju” Anastasia menyetujui.“Ya, dia memang tampan” Aku Stefany.“Wow, biasanya kalian akan menghinaku apabila aku menyebut seorang laki-laki tampan” Ejekku.“Sepertinya hanya orang dengan gangguan penglihatan yang menyebut Profesor Adrius jelek” kekeh Anastasia.“Saat pertama bertemu dengannya, aku yakin dia adalah jodohku” Ucapku sambil tersenyum.Anastasia dan Stefany menatapku jengah, setiap melihat laki laki tampan Jenny selalu bersemangat mengejarnya, namun bila laki-laki itu sudah meny