Home / Fantasi / The Lunar / PENASARAN

Share

PENASARAN

Author: Ontelicious
last update Last Updated: 2021-06-06 23:54:42

“Rasa penasaran ini mencambuk hingga membuat memar hatiku.”

***

Langit senja begitu mendung. Rain yakin kalau sebentar lagi akan turun hujan. Sebelum keroyokan air dari langit itu menjatuhi bumi, lebih baik dia mengunci pintu depan rumahnya. Sambil memegang sebatang lilin yang diletakkkan dalam wadah mirip gelas berwarna perak, Rain berjalan menuruni anak tangganya.

Rumahnya mulai gelap karena tirai-tirai yang tidak pernah lagi dibuka sejak kematian kedua orang tuanya. Uang untuk hidup pun hanya dari sisa-sisa warisan keluarga yang masih bisa disimpannya dengan baik. Itulah sebabnya dia sangat ingin cepat lulus sekolah agar bisa bekerja dan hidup di kota yang jauh dari Breavork. Memulai hidup baru dengan menjadi Rain yang lain. Bukan Rain yang tenggelam karena masa lalu.

Tap … tap … tap ….

Rain mengerutkan keningnya saat mendengar suara dari depan pintunya.

Siapa? … batinnya.

Rain memindahkan gelas lilin itu ke tangan kirinya dan memegang kenop pintu dengan tangan kanannya. Dia langsung membuka pintu tanpa mengintip terlebih dulu lewat jendela.

Krieet … pintu terbuka dan tidak ada siapa pun di depan pintu rumahnya. Rain melangkahkan kaki keluar untuk memastikan apakah memang tidak ada orang, karena dia sangat yakin dengan apa yang didengarnya. Suara langkah kaki yang menginjak teras kayu lapuk rumahnya.

Setelah melihat sekitar dan yakin kalau itu mungkin hanya salah mendengar, Rain kembali masuk ke rumah dan mengunci pintu.

Sementara di luar, Selena memerhatikan Rain dari balik pohon ek yang besar di halaman rumah. Matanya menatap tajam Rain yang sempat kebingungan mencari sesuatu hingga memutuskan untuk kembali ke dalam rumah.

Detik berikutnya saat Rain menutup kembali pintu rumah, Selena merasa lega. Dia membalikkan badan dan berniat kembali ke rumah. Namun, sesaat dia berjalan beberapa langkah, matanya menangkap satu benda di atas tanah antara dedaunan yang gugur. Dia mengenal benda itu. Kakinya berjalan mendekati benda kecil berwarna putih dengan motif bunga daisy lalu memungutnya.

“Syilea,” gumamnya.

Dia ingat kalau benda itu sebelumnya ada di atas kepala Syilea. Jepit rambut cantik yang menjepit poninya agar tidak jatuh menutupi mata gadis manis itu.

Selena menggenggam jepit rambut dan memasukkan ke dalam saku jaketnya. Dia kembali berjalan keluar wilayah rumah Rain.

***

Matt masih saja merasa gusar dan hatinya tidak karuan sejak bertengkar lagi dengan Selena. Kali ini dalam hatinya diliputi merasa bersalah karena tidak bisa sabar. Seharusnya Matt bisa mengontrol emosi seperti biasa meskipun Selena memakinya atau menghinanya. Bahkan biasanya di saat Selena murka, Matt memilih untuk mengalah. Hanya saja untuk hari ini Matt benar-benar khawatir dengan apa yang terjadi pada adiknya.

Shit!” teriak Matt sambil mengacak rambut dengan frustasi.

Kalau saja dia dari bangsa manusia, mungkin sekarang Matt akan menghabiskan waktu di Bar kecil pusat kota Breavork. Menghabiskan berbotol-botol alkohol sebagai pelampiasan kekesalannya. Namun sayang, dia seorang vampire yang bahkan tidak menelan secuil pun makanan manusia.

“Kamu ingin pergi jalan-jalan?” tawar Henry yang sudah selesai melakukan tugasnya. Dia menghampiri Matt yang duduk di teras rumah menunggu Selena pulang.

“Aku hanya ingin memastikan kalau Selena baik-baik saja,” jawab Matt dengan nada pasrah.

Henry memutar bola mata dengan malas. “Buat apa melakukan itu? Tidak akan terjadi apa-apa padanya. Percayalah,” bujuk Henry.

“Dia begitu marah saat pergi.”

“Kau pun juga sama, Matt. Kau sangat marah padanya. Kalian berdua dalam kondisi emosi yang tidak stabil. Apa aku harus melaporkan ini pada ayah, agar beliau saja yang membujuk Selena?” usul Henry.

“Tidak akan ada yang bisa membujuknya, Henry. Kau tahu itu ‘kan?”

Henry sebenarnya sudah mengerti betul. Selena memiliki prinsip yang kuat. Sekali dia benci maka selamanya akan seperti itu. Sekali dia tidak peduli, maka Selena bisa membiarkan orang itu mati di depannya tanpa berniat membantunya. Vampire cantik satu itu memang memiliki pendirian.

“Lalu … bagaimana?” tanya Henry sambil menatap Matt.

Matt menoleh dan melihat Henry yang sudah siap dengan mantel coklatnya. Rambutnya disisir rapi dan tercium aroma wangi parfum mahal yang dia beli. Tidak masalah seberapa mahal dan banyaknya uang mereka keluarkan. Keluarga vampir itu memiliki harta yang melimpah tanpa orang tahu. Bukankah itu sangat tidak adil ketika mereka yang memiliki wajah rupawan seolah malaikat yang menjelma jadi manusia, kemudian memiliki kekayaan tak ternilai. Seperti karunia yang diberi semesta untuk mereka semua.

“Kau mau pergi?” tanya Matt pada Henry.

Henry melihat baju yang dia pakai. Kaos hitam tersembunyi di balik mantel. Di dalam mantel juga sudah terselip dompet dengan jumlah uang yang tidak sedikit.

“Aku merasa lapar,” jawab Henry sembari tersenyum manis.

Matt tentu saja mengerti dengan jawaban itu. Lapar yang mereka rasakan bukan ingin mencari roti, biskuit atau makanan apapun. Henry jelas membutuhkan seorang gadis atau minimal berburu binatang. Tapi, dengan penampilan serapi itu tidak mungkin untuknya berjalan menuju hutan.

“Kemana kau akan berburu?” tanya Matt dengan kening berkerut.

“Bar.”

“Kita tidak mabuk-mabukan, Henry.”

Henry langsung tertawa keras sambil menepuk-nepuk pundak Matt. “Ya ampun! Hahahaha. Sejak kapan kita mencoba untuk mabuk?”

Matt hanya diam dan membiarkan Henry terus menepuk pundak lalu beralih ke punggung.

“Aku mencari mangsa. Bukan untuk minum-minum,” lanjutnya.

“Terserah lah. Aku tidak ingin kemana-mana,” jawab Matt malas.

“Ya sudah … aku pergi sendirian saja kalau begitu.” Henry berdiri dan merapikan ujung mantelnya. Saat dia ingin beranjak, Matt mulai menanyakan perihal Bianca.

“Bagaimana dengan Bia?” tanya Matt.

“Sudah tidak ada teriakan. Sepertinya dia sudah mulai normal,” jawab Henry.

“Kau tidak membebaskannya?”

“Bukan hak aku untuk membuka pintu itu. Bukankah kamu yang memasukkannya, itu artinya hanya kamu yang boleh melepaskan Bianca,” jelas Henry.

Matt hanya menganggukkan kepala. Dia tidak ingin bertanya apapun sehingga membuat Henry menunda kepergiannya.

“Kalau begitu aku pergi dulu,” pamit Henry.

“Ya … semoga dapat makanan yang cocok dengan jiwamu,” jawab Matt.

Henry hanya terkekeh lalu pergi dengan kecepatan sekelebat angin. Matt berdiri dan memperhatikan sekeliling, mencoba menangkap keberadaan Selena. Namun, nyatanya tidak ada tanda-tanda Selena berada di sekitar rumah.

***

Di rumah Syilea.

Gadis itu memeriksa kembali lukanya yang sudah diobati oleh Rain. Perban yang membungkus bagian betisnya tampak sangat rapi. Rain mengerjakan itu dengan sangat baik. Dia juga kembali teringat satu pertanyaan yang diajukan lelaki itu selama menolongnya.

“Kenapa dia ingin tahu tentang aku?” tanya Rain dengan suara dingin dan berat. Di tangannya sambil memegang obat merah dan perban untuk membantu Syilea.

“Hhh … aku juga tidak tahu alasannya kenapa,” gumam Syilea lalu menghempaskan badan di atas tempat tidur.

Matanya menatap langit-langit kamar. Dia ingat bagaimana ekspresi Selena yang sangat kaget saat melihat darah di kakinya. Selena yang tampak ketakutan dan kulitnya berubah menjadi pucat pasi. Matanya yang membelalak sempurna. Tangannya yang mendadak gemetar seperti takut akan sesuatu.

“Kenapa dia begitu? Kenapa dia meninggalkanku? Kenapa dia tampak ketakutan? Hhh … aku tidak tahu.” Syilea menutup wajah dengan kedua tangannya. “INI MEMBINGUNGKANKUUU! ERGH!”

Di waktu bersamaan tiba-tiba saja terdengar ketukan aneh dari jendela Syilea.

Tok, tok!

“Eh?” Syilea bangun dan berusaha memasang pendengarannya dengan baik.

Tok, tok!

Lagi-lagi berbunyi.

Syilea langsung beringsut ke ujung tempat tidur. Meraih selimut dan menutup sebagian tubuhnya.

“I‒itu siapa? Jangan-jangan … hantu penunggu rumah Rain?” gemetarnya sambil menelan ludah. Itu memang suatu keanehan dan wajah kalau dia memikirkan sesosok hantu dibalik jendela kamarnya. Karena, kamar Syilea terletak di lantai dua rumah itu.

-Bersambung-

Ontelicious

Hai, terima kasih sudah membaca karya Ontelicious. Jangan lupa untuk tinggalkan komentar agar bisa menjadi semangat penulis. Terima kasih.

| 3
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Lunar   AKHIR BAHAGIA. SAMPAI JUMPA

    Setelah musim panas berakhir, maka masuklah musim paling syahdu yaitu musim gugur. Sisa hawa panas memang masih ada, namun angin pun sudah mulai berembus. Selena memakai kaos tipis yang dilapisi dengan mantel panjang berwarna merah favoritnya, Ia tampak begitu sangat cantik malam ini. Terlebih jeans panjang dengan sepatu ankle boot hitam membuatnya menjadi tampak sempurna.Sama seperti Selena, Bianca dan Erika pun juga memakai outfit yang sama meski beda warna dan hiasan baju lainnya. Mereka semua sudah siap untuk pergi ke festival musim gugur bersama dengan pasangan masing-masing.“Aku tidak memiliki pasangan. Lalu, nanti sama siapa setelah di sana?” tanya Erika kebingungan.“Jangan cemas. Kamu bisa bersamaku, Bianca atau Syilea.” Selena mencoba menenangkan Erika.“Aku tidak ingin mengganggu kesenangan kalian,” tolak Erika dengan segan.“Ah, begini saja … bagaimana kalau kita tidak usah berpencar? K

  • The Lunar   BERKAT LANGIT DAN BUMI

    Syilea sangat terkejut dengan serangan ciuman dari Henry. Pupil matanya membulat sempurna tatkala sebuah memori ingatan melemparkannya ke suatu tempat yang aneh. Di mana ia melihat dirinya dan Henry yang sedang berciuman di ruang tamu rumahnya, pernyataan cinta dari Henry, hadiah bunga dan jalan-jalan malam di festival hingga akhirnya ia melihat seorang vampir yang berdiri di hadapannya dengan seringai menyeramkan beserta taring tajam.Jantung Syilea berdentam dengan sangat cepat ketika dia potongan memori ingatannya kembali seperti puzzle yang mulai tersusun hingga membentuk gambar sempurna.Satu detik … Dua detik … Tiga detik … Empat detik … Lima detik.Seketika pandangan Syilea menjadi samar bersamaan dengan Henry yang menarik mundur wajahnya. Dengan tatapan sayu, Syilea menatap Henry yang dikenalnya sebagai kekasihnya, bukan orang asing lagi.“Henry,” bisik Syilea dengan lirih.“Apa kamu sudah ingat

  • The Lunar   ENERGI BERCINTA

    Keesokan harinya, Selena sudah bersiap menuju sekolah dijemput Rain seperti biasa. Seperti yang dikatakan Arion tadi malam, mulai hari ini dia tidak akan muncul lagi di hadapannya. Perpisahan tadi malam sudah cukup menguras emosinya hingga membuat Selena merasakan seperti ada duri tertancap di hatinya.“Kenapa aku merasa tidak rela untuk kehilangannya?” gumam Selena sambil berjalan menuju anak tangga.“Elle … berangkat dengan Rain?” tanya Bianca yang tiba-tiba saja berjalan di sisinya.“Ya.” Selena menjawab singkat.“Ada apa denganmu? Wajahmu terlihat linglung,” heran adiknya.“Bia … apa kamu tahu kalau Arion pergi?” tanya Selena akhirnya pada Bianca.“Iya, tau. Ayah sudah menceritakan pada kami semua tadi malam saat kamu dan dia pergi jalan-jalan,” jawab Bianca.“Kenapa kamu tidak sedih?”“Buat apa? Dia kan hanya pergi untuk

  • The Lunar   CIUMAN PERPISAHAN

    Masih di bar khusus para vampir. Selena tidak meminum apapun, ia hanya melihat Arion yang sudah menghabiskan empat gelas kecil berisi darah manusia.“Sepertinya kamu sudah terlalu lama menahan ini semua,” sindir Selena pada Arion yang meletakkan gelas terakhir di atas meja.“Maafkan aku. Tidak mudah untuk membuang kebiasaan,” jawab Arion yang memberi kode pada bartender untuk mengisi gelasnya lagi.“Setidaknya sekarang kamu sudah bersahabat dengan kata maaf,” jawab Selena tersenyum. “Setelah ini, kamu ingin membawaku kemana lagi?”“Pantai,” jawab Arion.Selena mengernyit dan bingung. “Pantai?” ulangnya.“Bukankan kamu sangat suka melihat laut?” tanya Arion.Selena mengangguk. Ia tak membantah tebakan Arion. “Ya. Aku suka.”“Laut akan terlihat indah bila dilihat saat malam hari,” lanjut Arion lalu kembali minum.&ld

  • The Lunar   SELENA - ARION (1)

    Para gadis sudah tiba di rumah saat pukul delapan malam. Saat itulah mereka melihat para lelaki berkumpul di ruang keluarga. Ada John, Arion, Stefan, Henry dan Matt. Mereka tengah berbincang santai dan sesekali terdengar tawa karena joke yang dilontarkan oleh Arion.Selena tersenyum ketika melihat bagaimana Arion yang berdiri di depan mereka semua sambil membawakan sebuah lelucon seolah sedang melakukan stand up, lalu terdengar suara tawa Henry yang paling keras.“Hai, girls … sudah selesai bersenang-senangnya?” tanya Matt ketika sadar dengan kehadiran Bianca, Selena dan Erika.Bianca menghampiri Matt dan langsung duduk di pangkuan lelaki itu tanpa malu dilihat oleh John dan Stefan. Lagipula mereka adalah keluarga, bersikap romantis di depan keluarga bukan hal yang aneh, kan?“Ya … itu tadi adalah shopping paling menyenangkan,” ungkap Bianca dengan penuh semangat yang menggebu-gebu. Ia lalu melemparkan pandangan pada

  • The Lunar   ERIKA WALTER

    Sambungan via telepon handphone antara Henry dan Syilea ….“Kenapa kamu baru tiba di rumah?” tanya Henry setelah teleponnya baru diangkat oleh gadis tersebut dan Syilea mengatakan bahwa dia baru saja sampai rumah.“Aku harus pergi ke rumah sakit untuk bertemu dengan ibu sebentar,” jawab Syilea jujur.Henry mengangguk paham. “Seharusnya kamu tidak perlu menolak tawaranku ketika ingin mengantarkanmu pulang,” sesalnya lagi.“Tidak apa-apa. Aku tidak ingin merepotkanmu. Kita hanya teman dan seharusnya aku harus tahu batasan,” jelas Syilea dengan bijaksana.“Kalau begitu … bagaimana jika seandainya kita bukan hanya sekedar teman?” pancing Henry.“Ma-maksudmu?” gagap Syilea mendengar hal yang bisa langsung dia asumsikan tentang hal lebih dari teman.“Ya, maksudku … seperti hubungan yang lebih dekat,” jawab Henry pelan. Dia sendiri merasa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status