All Chapters of The Lunar: Chapter 1 - Chapter 10
190 Chapters
PROLOG
Don't waste your love on somebody, who doesn't value it. - William Shakespeare, Romeo and Juliet -   “Selena,” panggil pemuda itu dengan suara rendah, parau dan menggoda. Netra birunya menatap lekat gadis yang berada di sisinya itu. “Terima kasih,” ucapnya singkat, mengalihkan pandangan pada buku yang berada dalam genggaman gadis tersebut, tatapannya sendu. “Kau adalah pembaca pertama, dan ibuku pasti bahagia.” Lalu, pemuda itu membawa kembali pandangannya pada sosok gadis tersebut, menikmati kecantikan yang disuguhkan. Gadis bernama Selena itu menutup buku di tangannya. Dia melayangkan pandangan ke arah pemuda yang terduduk di sebelahnya. Pemuda itu memiliki netra biru yang berwarna serupa dengan miliknya, dan hal itu menimbulkan gejolak dalam diri Selena. ‘Manik
Read more
NETRA BIRU (18+)
“Terkadang lebih baik bagimu untuk sendirian saja agar tidak ada yang menyakitimu.” *** “Hah … Jag …,” desah seorang gadis berambut panjang dengan kepala tertarik ke belakang. Tangan gadis itu menjambak pelan rambut pemuda yang sibuk menelusuri ceruk lehernya. “Kau menyukainya, Bianca?” bisik pria bernama Jag itu sembari mencium lembut leher gadis cantik dalam rengkuhannya itu.  Mendengar jawaban berupa desahan dari gadis bernama Bianca tersebut, Jag menjadi semakin bersemangat. Tangan kanannya menarik tubuh Bianca mendekat, menikmati kehangatan dan kelembutan yang diberikan. Kemudian, tangan kiri pria itu menjambak pelan rambut Bianca, membiarkan dirinya lebih leluasa untuk berpetualang pada tubuh gadis itu.
Read more
PENYITA ATENSI
“Rain! Kau terlambat lagi?” bentak wali kelas dengan tangan di pinggang. Tangannya masih memegang buku dan spidol hitam. “Maaf,” ucap Rain singkat dan langsung masuk ke dalam sebelum dipersilakan. Pak Guru seolah sudah mengerti dan maklum dengan tabiat lelaki yang terlihat tidak beres itu. Beliau hanya bisa geleng-geleng kepala, kemudian melanjutkan penjelasan. Sementara itu mata Selena tidak bisa beralih dari sosok Rain yang langsung berjalan menuju ke arahnya. Selena sedikit bingung kenapa lelaki itu ingin menghampiri dia. Mau apa dia? Batin Selena kebingungan di dalam hati. Sekarang Rain sudah berdiri tepat di samping meja Selena. Mata mereka langsung bertemu. Selena nyaris terpana beberapa detik saat melihat bola mata berwarna biru. Sama seperti warna mata miliknya. Selena terpaku dan terpesona dalam waktu yang bersamaan. Rain menaikkan satu alisnya tak suka, “Kenapa kau duduk di kursiku?!” tanyanya dingin dan begitu angkuh. Gadis
Read more
PARAS SEMPURNA
“Kenapa harus kau yang menyita perhatianku? Apa kelebihanmu?” *** Mobil akhirnya sudah tiba di rumah. Selama perjalanan hanya terdengar suara Bianca yang berisik, bercerita pada John bagaimana menyenangkan hari pertama di sekolah. Tentu saja dia melewatkan bagian terburuk karena membuat masalah dengan salah satu siswa dari tim basket itu. Selena masuk ke dalam rumah dan langsung berjalan ke satu tujuan yaitu kamarnya. Mengabaikan rencana-rencana keluarganya yang ingin berburu hewan malam ini. “Elle, kau mau ikut dengan kami malam ini?” tawar Matt sembari tersenyum sebelum Selena masuk ke dalam kamarnya. “Tidak.” Selena menjawab singkat tanpa menoleh dan sambil memegang kenop pintu kamarnya. “Kenapa? Kita penduduk baru di sini. Mungkin kau harus melihat-lihat kota Breavork yang indah ini,” bujuk Matt tanpa menyerah. Selena berdecih. “Mau kita berada di mana pun, aku sama sekali tidak tertarik untuk berburu. Lagipula … b
Read more
SERANGAN TERNIKMAT (18+)
“Setenang dan selembut apapun dirimu, pasti akan ada seseorang yang hatinya bising karenamu.” *** Kediaman keluarga Walter. Selena baru saja melewati pintu masuk kembar rumahnya. Sepintas dia melihat Bianca yang duduk sendiri sambil memainkan smartphone miliknya. Jangan heran ketika vampire jaman sekarang sudah mengerti teknologi canggih. Mereka harus membiasakan diri dan beradaptasi dengan perilaku umum manusia. “Baru pulang? Darimana saja?” tanya Bianca yang langsung berdiri menghampiri Selena. Sementara Selena terus berjalan tidak berniat menghentikan langkah. “Bukan urusanmu,” jawab Selena dengan suara datar. “Habis berburu, ya? Kenapa tidak mengajak kami semua?” Selena enggan menjawab. “Elle,” panggil Bianca lagi yang tidak menyerah untuk mengekori langkah Selena. Selena masih tidak menjawab. Sampai saat dia dan Bianca berada di tangga, lalu berpapasan dengan Matteo. Sekilas Matt b
Read more
JANTUNG VAMPIRE
“Yang kudamba hanya kamu. Yang kutakutkan hanya satu. Kau menghilang dari pandanganku.”***Walter’s house.Selena berdiri di depan pintu rumah dengan tangan bersedekap. Wajahnya yang dingin ditambah dengan ekspresi tidak suka ketika melihat Matt dan Henry yang keluar dari mobil sambil tertawa. Sementara tak jauh dari dua saudaranya, ada Bianca yang pulang diantar oleh seorang lelaki dengan motor bisingnya.Sekelebat dia memiliki rasa iri pada tiga saudaranya yang tidak pernah merasa sedih, sakit hati atau benci dengan keadaan mereka yang menjadi abadi ini.“Hai, Elle … ada apa?” tanya Henry dengan senyum ramahnya.“Darimana saja?” Selena balik bertanya.“Whoa … tumben sekali seorang Selena ingin tahu kita habis darimana,” sindir Bianca yang melenggang langsung masuk ke dalam rumah. Melewati Selena dengan gaya angkuhnya. Selena benci itu.&ldq
Read more
RUMAH BATU BERLUMUT
“Setiap tindakan selalu ada konsekuensinya. Berhati-hatilah dalam mengambil keputusan.”****Malam itu, setelah Selena bertanya tentang detak jantung seorang vampire, John tidak dapat tenang semalaman. Dia belum bisa menjawab dengan benar dan memuaskan untuk Selena. Dia sendiri tidak menyangka kalau Selena bertanya hal yang belum pernah dia dengar selama beratus-ratus tahun ini. Bahkan Matt yang usianya jauh lebih tua daripada Selena, atau pun Bianca dan Henry yang lebih sering berinteraksi dengan manusia, tidak pernah sekalipun menanyakan itu.“Ada apa yang terjadi dengan Selena? Apakah dia merasakan hal itu? Kalau memang benar, dengan siapa?” gumam John sambil menatap perapian yang menyala.Di luar semakin dingin karena hujan mulai turun. Selena terus menatap hujan yang jatuh dari langit sambil bersedekap. Kaca jendela menjadi basah karena bias hujan. Dia sendiri juga berusaha mencari jawaban atas pertanyaannya.S
Read more
DINGIN, PEMARAH DAN TAMPAN
“Kelebihan yang kau miliki adalah yang diingankan orang lain.”***Valley High School.Selena bergegas mengayunkan langkahnya menuju kelas. Dia tidak sabar ingin bertemu dengan Rain, lelaki yang mengusik pikirannya selama beberapa jam terakhir. Konyol rasanya dia bisa menjadi seperti ini. Bahkan kalau diingat-ingat terasa sangat aneh ketika Selena tidak dapat menghentikan langkahnya ketika berpapasan dengan Rain di jalan tempo hari.Di kelas hanya ada beberapa orang saja. Tidak ada Rain di sana.“Selamat pagi!” sapa seorang gadis ceria pada Selena. Tentunya dia adalah manusia.Selena menoleh sebentar kemudian menjawab, “Pagi.” Sambil meletakkan tas miliknya di atas meja.Gadis manusia bernama Syilea itu terus mengikuti Selena hingga duduk di kursi sampingnya. “Kita belum berkenalan secara resmi.”Aku sudah tahu namamu, batin Selena.“Hai, na
Read more
TARING YANG RUNCING
“Rasa penasaran bukan hanya bisa dirasakan oleh manusia, melainkan bangsa vampir pun juga.”***  Selena berusaha untuk terus menyamakan langkah kakinya dengan Syilea. Dia berpikir apakah manusia selalu berjalan dengan begitu pelannya. Bagi Selena langkah kecil dan pelan seperti ini memakan waktu banyak.“Apa rumahnya masih jauh?” tanya Selena pada Syilea.Gadis yang memakai ransel berwarna putih gading itu menoleh pada Selena sambil memakan crepes rasa coklat keju di tangannya. “Lima menit lagi kita sampai,” jawabnya sambil mengulurkan cemilan di tangannya. “Kamu mau, Elle?”“Tidak. Terima kasih.” Selena menolak dengan suara pelannya. Mana mungkin dia memakan makanan manusia.“Oh iya … apa aku boleh bertanya sesuatu?” tanya Syilea.“Ya?”“Kenapa kamu ingin tahu rumah Rain?”Selena tidak perlu
Read more
DARAH SEGAR
"Sekali lagi mengutuk diri sendiri. Aku benci pada diriku."***Selena melangkah mundur. Ekspresinya begitu kaget dan tampak jelas dia sedang menahan diri sekuat mungkin. Sementara Syilea terus merintih kesakitan dan mencoba bangun, namun Selena tidak bergeming sedikit pun."Elle … bisa bantu aku?" pinta Syilea sambil meringis.Selena tidak menjawab, sekali lagi dia melangkahkan mundur kakinya."Elle! Kau mau kemana?!" teriak Syilea yang masih duduk di posisi jatuhnya.Selena menggelengkan kepala dengan kuat. Bisikan yang entah darimana datangnya terus menggema di dalam kepalanya. Suara-suara aneh yang menakutkan, memerintahkan Selena untuk mencicipi darah segar di depan mata.Tanpa suara dan pamit, Selena membalikkan badan lalu berlari sekuat mungkin menjauh dari Syilea. Sementara suara Syilea mulai terdengar sayup terdengar memanggil namanya."Tidak! Ini tidak boleh terjadi! Kontrol dirimu, Elle!!" seru Selena
Read more
PREV
123456
...
19
DMCA.com Protection Status