Hanya dalam waktu sehari, sebagian besar anak sudah mulai membentuk kelompok-kelompok kecil – seperti insting untuk bertahan hidup di dunia baru yang asing dengan cara mencari sekutu. Cerita mengenai kejadian di lapangan pada hari pertama mereka menjadi [Yang Terpilih] menyebar dengan sangat cepat hingga ke tim yang berasal dari Zona 4 hingga 7 – yang pada saat kejadian itu berlangsung, hanya dapat menonton dari kejauhan tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Sehari setelahnya, Lock mulai dikenali oleh banyak orang. Ekspresi mereka beraneka ragam; ada yang melihatnya dengan penuh ingin tahu dan geli, ada pula yang melihatnya seolah dia orang gila, atau seolah ia kuman berjalan, dan ada yang menunjukan rasa simpatinya terhadap Travis dengan terang-terangan menatap Lock dengan tidak suka. Lock, yang sudah kebal, mengacuhkan itu semua.
Tetapi, ada beberapa orang yang bersimpati terhadap pemuda tersebut; entah simpati itu dikarenakan mereka sudah t
Jo Collin menghampiri mereka saat Lock tengah mengambil sebutir apel besar untuk hidangan penutup. Pria itu tersenyum menyapa mereka semua lalu mengetuk pundak Lock. “Ikut aku.” katanya.Keempat temannya menatap Lock dengan penasaran, tetapi Lock juga tidak tahu alasan Collin memanggilnya. Setelah menyambar sebutir apel dan memasukannya ke dalam saku, Lock berjalan mengikuti Jo Collin yang terus berjalan tanpa sedikitpun menoleh ke belakang. Pria itu menuntunnya ke sayap kiri bangunan Akademi Soru dan tidak berhenti bahkan saat melewati perpustakaan.Lock menyejajarkan langkahnya dengan Collin. “Aku ingin bertanya.”Jo Collin meliriknya, tetapi tidak berhenti berjalan. Lock mengeluarkan sedotan besi yang telah disimpannya selama ini di sakunya, menunjukannya pada Collin.“Apa kau tahu ini apa?”Pengamat itu menatap barang yang ditunjukkan Lock sekilas sebelum balik memandangnya dengan kepala ditelengkan. “S
30 menit kemudian, Lock keluar bersama dengan Jo Collin dari gedung Akademi Soru dengan penampilan yang sudah berubah total. Seragam cokelat Lock telah berganti menjadi kemeja putih serta mantel hitam berekor; dan celana jins nya telah digantikan dengan celana panjang hitam ketat. Itu pertama kalinya Lock mengenakan baju yang lembut dan berkualitas bagus seperti itu, namun wajahnya tampak gusar.“Kenapa ini berenda?” tuntut Lock, menunjuk kemejanya. “Aku terlihat seperti mengenakan baju perempuan!”Jo Collin, sebaliknya, tampak necis dan rapi dengan pakaian mewah yang berlebihan. Ia bahkan menyisir rambutnya ke belakang dengan bergaya, dan kacamatanya berubah menjadi kacamata hitam. Bahkan ia memutuskan untuk membawa sebuah tongkat hitam mengilap yang entah diambilnya darimana. Dia berusaha keras untuk terlihat seperti pewaris keluarga kaya yang tampan dan berkelas, tetapi menurut Lock, ia terlihat seperti orang buta yang terlalu banyak menuangk
Itu adalah sebuah gerbang lengkung dari batu setinggi kurang lebih 3 meter yang didirikan di tengah-tengah lapangan berumput seperti selayaknya portal yang sering digambarkan di dalam buku dongeng. Getaran energi bewarna hijau kebiruan membungkus gerbang tersebut, dan kegelapan total menunggu di baliknya.Collin mengutak-ngatik jam tangannya – yang mirip seperti kepunyaan Lock – dan sebuah bayangan hijau muncul di depannya. Meski Lock tidak dapat melihat apapun, tetapi ia tahu Collin sedang membaca sesuatu yang tidak terlihat oleh mata Lock. Sejurus kemudian, pria itu mengibaskan tangan, mengoyak bayangan hijau itu karena ia telah selesai memeriksa apa yang ingin ia cari.Lock memperhatikan dengan tertarik saat tangan Collin mengeluarkan aura kuning samar dan menempelkannya pada dinding gerbang. “Stasiun 85,”Getaran energi hijau kebiruan yang berasal dari gerbang tersebut merespon Collin; energi itu menggulung di udara sebelum menyerbu m
‘Dia juga tidak tampak bercanda.’“Apa yang terjadi jika kacamata ini dilepas?” tanya Lock. Ia harus memastikan sesuatu. “Apakah mereka akan menjadi se-ekstrem yang kubicarakan tadi? Atau bahkan pingsan?”Rahang Jo Collin terbuka mendengar perkataan Lock. “Kau ini benar-benar suka dengan perhatian seperti itu, ya?” ia kemudian tertawa kecil. “Yeah, kedengarannya asyik jika memang demikian, tetapi sayangnya tidak. Mereka hanya menganggap kita lebih tampan daripada idola mereka semua dan lebih mudah tertarik..”Collin masih melanjutkan ocehannya, tetapi Lock sudah tidak mendengarnya sama sekali.'Aku masih menjadi orang tidak normal diantara orang-orang yang tidak normal? Apa-apaan ini?’ Lock tidak mampu untuk tidak berpikir demikian. Kepalanya mendadak sakit hingga dia memijit pelipisnya.‘Namun jika dipikir-pikir, masih banyak hal yang belum jelas. Bisikan-bisikan yang kudengar
Beberapa menit kemudian, dua orang mencurigakan keluar dari stasiun kereta bawah tanah. Jo Collin melambai pada si petugas malang yang mengantar mereka keluar dengan wajah linglung.“Ini kartu asli?” Lock masih membolak-balikkan kartu bank platinum Jo Collin.“Tentu saja asli,” jawab Collin dengan nada tersinggung. “Aku bekerja sangat keras selama hampir 12 tahun. Uang itu tidak seberapa.”“Bekerja?”Jo Collin berdecak, menarik kartunya. “Kau pikir aku masuk ke Divisi Pengamat dengan sukarela? Tentu saja aku dibayar! Lagipula, jangan pernah berpikir di Dunia Baru kau mendapatkan semua fasilitas dengan gratis,” ia menunjuk-nunjuk wajah Lock, seakan menasihati. “Kalian tinggal gratis di Akademi Soru hanya sementara, ingat itu. Setelah 3 bulan, kalian harus mulai bekerja. Biasanya, kami akan mengatur Divisi kalian untuk tahun pertama. Selanjutnya, kalian bisa mencari pekerjaan yang kalian mau.
Tidak lama kemudian, sosok orang yang sangat dikenal oleh Lock datang. Seperti biasa, Jihun selalu berjalan dikelilingi oleh teman-temannya. Untungnya, pemuda itu masih memiliki tata krama karena mengenakan baju berkabung – meski ia mengenakannya asal-asalan sehingga membuatnya lebih mirip preman dibandingan orang yang akan melayat.“Ayo kita habiskan bir-nya. Pasti masih banyak yang tersisa, melihat sedikitnya orang yang datang kemari.”Jihun terkekeh.‘Mereka bahkan tidak menyumbang,’ pikir Lock saat mengamati Jihun dan teman-temannya menyelonong masuk seperti rumah sendiri.Jo Collin menggaruk lehernya. “Apakah kau tidak punya teman yang normal?”"Maaf jika mengecewakanmu.”Lock mengamati teman-teman satu sekolahnya yang sudah selesai memberikan penghormatan terakhir dan memenuhi meja yang semula kosong melompong. Dari tempatnya berdiri, Lock dapat melihat tidak ada seorang-pun yang me
“Fokus pada emosi!”Teriakan Pengamat bernama Sherly itu menyentak konsentrasi Rue. Pertahanan dirinya seketika pecah. Aura bewarna kuning yang sejak tadi berusaha dijinakkan olehnya, mendadak bergerak dengan liar dan menyerbu masuk ke dalam tubuh Rue. Penglihatan Rue menjadi gelap.“Sherly!”Seseorang memukul kepala Rue. Itu pukulan pelan, tetapi Rue merasakan ‘Caera’ nya menjerit seolah kesakitan sebelum lenyap ketakutan. Rue mengerjapkan matanya, menyadari bahwa ia sudah berdiri dan berada di depan salah seorang anak lain dengan kuda-kuda menyerang. Gadis di depannya duduk terjengkang dengan mata terbelalak liar saat menatap Rue.“Apa yang kau pikirkan?” tanya Sherly, mengetuk-ngetuk kepala Rue dengan pulpen. Wanita itu kemudian berteriak dengan menggunakan ‘Caera’ di pita suaranya hingga suaranya menggema di lapangan . “Istirahat 10 menit!”“Ugh..” Rue limbung d
Tetapi, sepertinya Embry bersungguh-sungguh karena mata pemuda itu sekarang tampak melamun, seolah membayangkan sesuatu atau seseorang yang tak kasat mata. Sebagian orang yang memilih untuk menjadi [Yang Terpilih] memang harus mengorbankan sesuatu saat mereka meninggalkan Earthkine dan tinggal di Dunia Baru. Rue bukanlah salah satu dari golongan orang-orang tersebut, jadi dia sama sekali tidak paham. Gadis itu memilih Dunia Baru karena dia harus pergi dari Earthkine – jika dia ingin hidup. Embry memusatkan perhatiannya lagi pada Rue. “Lagipula, si idiot Lock yang disana itu memberitahu bahwa kau akan berusaha mengusir seseorang pergi menjauh. Jadi, aku sudah bisa menebak apa yang akan kau katakan dan tidak terlompat ngeri dan pergi.” ujar pemuda itu sambil tersenyum lebar. Rue kehilangan kata-kata. Sekitar beberapa hari yang lalu, Lock Easton memang duduk di sampingnya saat makan malam. Seperti biasa, Rue selalu membuat orang-orang yang berad