Beranda / Fantasi / The Nine Tails of Time Traveler / Tanpa harus Mengatakannya.

Share

Tanpa harus Mengatakannya.

Penulis: Rossystories
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-05 20:09:42

          Nevan yang masih berdiri dengan sejuta kebingungannya itu, hendak mengeluarkan energi jahat dari dalam tubuhnya.

“Nevan, jangan! Elu cuma sebagai bahan umpan,” ungkap Erin meronta-ronta dari genggaman Dio.

Nevan yang seakan melihat para temannya hanya mematung bisu.

Sementara itu, Bellona dan Felix yang hendak keluar dari gerbang malah dihentikan secara spontan oleh si dosen baru itu.

“Ah, hampir saja!” sergah Bellona yang hampir menabrak lagi.

Si dosen itu menyipitkan matanya sambil menatap kedua mata Bellona dengan penuh sorotan tajamnya. Tiba-tiba, waktu seakan berhenti bergerak.

“Akhirnya aku menemukan dirimu!” sebut si dosen sambil memegangi tangan Bellona.

Mengusap telapak tangan sebelah kirinya hingga mengeluarkan cahaya kekuningan layaknya butir cahaya Gumiho.

“Kau akan dilindungi oleh kelereng rubah dan kekuatanku agar bisa menghindari dari serangan tiba-tiba,” lontar si dosen melihat semua tanpa gerakan.

Semua pepohonan, manusia, bahkan semua yang terlihat olehnya mematung sejenak. Kemudian, kembali menjadi normal setelah si dosen itu pergi dari hadapan mereka berdua.

“Ah!” sergah Bellona terkinjat apa yang sudah terjadi.

“Lho, bukannya tadi ada si dosen itu. Lah, terus dia ke mana?” keluh Bellona mencengang.

“Entah, Bel,” keluh Felix terheran-heran.

Keduanya melenggakkan kepala ke seluruh penglihatan, tetapi tidak ada tanda-tanda si dosen itu terlihat.

“Yuk ah!” pungkas Bellona mengajak Felix.

Setelah hampir menjauh dari kampus. Pandangan mereka akhirnya bertemu pada sosok Nevan, yang hendak menahan emosi di depan para kawanan geng yang berusaha memancing emosi Gumiho dalam dirinya.

“Hah! Itu bukannya si Nevan?!” tunjuk Bellona berlari ke arahnya.

Sekuat ia berlari, akhirnya tiba di samping Nevan yang hendak menunjukkan sisi seram darinya dengan wujud mengerikan. Baru saja mata merah itu hendak memancar lurus ke arah depan.

Namun, Bellona dengan cepat menyentuh lembut pergelangan tangan Nevan agar bisa meredam emosinya. Mata merah dan gigi taringnya pun menghilang secara perlahan tanpa harus ditampakkan kepada kawanan gangster kampus.

“Kamu nggak apa-apa kan?” tanya Bellona dengan senyuman.

“Eh, Bellona!” teriak Dio ke arahnya.

Akan tetapi, Bellona melirik wajah Dio dengan ketus lalu merampas tangan Nevan untuk dibawa pergi lagi.

“Eh, jangan sandiwara deh lo!” pekik Bellona akhirnya berbalik membawa tubuh Nevan yang hendak membuncah itu.

Dio dan kawan-kawan akhirnya mengalah lalu melepaskan tubuh Erin dengan kasar, hingga tubuh si gadis muda itu terpental lalu menggerutu kesal.

“Dasar cowok brengsek!” bentak Erin lalu berbalik arah.

Ketiga kawanan itu pun hanya mematung diam dengan melengkungkan tangan ke atas pinggang mereka.

“Ah, gagal deh nunjukin ke orang kalau dia mahkluk aneh,” gerutu Dio.

“Kayaknya bener deh, Bro! Kalau Nevan lah yang nyerang si Genji,” sambung Roki meyakinkan.

“Gue juga berpendapat sama. Buktinya dia udah nyerang Hendrik sama Rendi waktu di perkemahan kemarin,” timpal Endi.

“Entar aja! Kita liat aja nanti gimana permainan dia,” geram Dio sambil mengepalkan tangan.

***

          Dari ujung jalanan, Bellona melepaskan perlahan tangan Nevan dari genggamannya. Tepat di tepi taman perkotaan, ketiganya malah berhenti untuk membicarakan sesuatu.

“O, iya, Fel! Elu kalo mau balik nggak apa-apa kok,” resah Bellona.

“Tapi, Bel,” kelit Felix khawatir.

“Udah, nggak akan terjadi apa-apa kok. Tenang aja!” sebut Bellona yakin.

“Oke deh! Aku juga mau nemenin mama aku ke rumah kakaknya. Tapi, yakin kan nggak apa-apa aku tinggalin?” risau Felix.

“Udah, biarin ah!”

Bellona mendorong tubuh Felix agar menjauh dari hadapannya dan Nevan. Melihat Felix yang akhirnya sudah bergegas dari taman itu, Bellona pun mengajak Nevan untuk duduk bersantai di atas kursi panjang tepat di bawah pepohonan.

“Yuk ah kita duduk!” ajak Bellona tenang.

Nevan menuruti kemauan Bellona untuk duduk di dekatnya. Tapi, raut Nevan sedikit khawatir akan dirinya sendiri. Wajahnya merunduk dengan sejuta kata diam.

“Sudah lebih baik?” tanya Bellona santai.

“Entahlah! Aku nggak kuat nahan serangan itu,” keluh Nevan meruntuh.

“Kamu pasti bisa kok,” sebut Bellona melirik.

“Sosok gumiho dalam tubuh aku ini akan mewujudkan kesempurnaannya menjadi manusia sejati. Tapi, aku berusaha untuk melawan emosi yang tanpa aba-aba itu kembali,” rintih Nevan membungkuk.

Bellona menepuk bahunya dimana tangan kirinya telah dimasuki sesuatu oleh si dosen baru itu. Namun, tubuh Nevan seakan merasakan panas hingga ia pun mulai memperlihatkan mata merah dan gigi taringnya.

Yang tiba-tiba ….

Grrr!

Nevan mencoba untuk menerkam wajah Bellona dengan cepat. Tubuhnya terdorong akibat serangan Nevan yang sontak mengagetkan, tetapi ia berhenti ketika menatap raut lemah dari sosok Bellona itu sendiri.

“Wow, kau begitu menakutkan!” keluh Bellona.

“Tapi, matamu sangat menakjubkan!” puji Bellona.

Sontak, ia pun mengendurkan emosinya perlahan, lalu kembali duduk menjadi tenang. Tangan Bellona kembali menyentuh dirinya, hingga mengurangi taring, sampai meredupkan mata merahnya.

“Maafkan aku,” lirih Nevan.

“Hm, sedikit menakutkan! Tapi, aku mencoba untuk tidak merasa takut lagi sekarang,” ujar Bellona menghanyutkan suasana.

“Aku sedang berusaha,” keluh Nevan melirik wajah Bellona malu.

“Biar kita sama-sama membantu kamu buat cari jalan keluarnya,” lanjut Bellona meyakinkannya.

“Terima kasih,” sahut Nevan merunduk.

“Hei!”

Bellona mendorong tubuh Nevan dengan kuatnya, hingga membuat ia terpelangah lebar.

“Kenapa?” sergah Nevan terheran.

“Kamu tahu nggak siapa aku ini sebelumnya?” lontar Bellona merendah.

“Memangnya kenapa?”

Sepertinya sosok Nevan yang sesungguhnya menjadi seorang yang pelupa. Seorang pacar yang berpura-pura atau memang tidak tahu.

“Hmm, apa aku harus mengatakannya padamu? Buatku malu saja,” gerutu Bellona merunduk.

Tiba-tiba, Nevan menyentuh tangan dengan lembut lalu menatap wajah Bellona dari dekatnya. Sontak, Bellona terkesima dengan tatapan anehnya yang sedikit mendekat itu. Nevan yang seakan mendapatkan kabar dari dalam lubuk hati terdalam merespon apa yang diinginkan oleh Bellona.

Bellona yang hanya mematung diam ketika tidak ada satu pun yang berada di taman. Hanya berdua saja, hingga Nevan semakin memberanikan dirinya menatap lalu meraba bibir Bellona.

Mendekat, lalu mendekat. Nevan meraih pipi Bellona lalu menghinggapnya.

Cup!

Nevan melumat bibir Bellona dengan lembutnya, hingga ia terpelangah dengan tingkah dan aksi nakalnya yang begitu berani dan pelan.

Bellona yang akhirnya mendapatkan jawaban itu tanpa harus mengatakannya. Dari gerakan lembut itu menyentuh begitu dalam aroma kerinduan yang memangsa dirinya selama ini.

Hubungan itu telah terlihat bahwa tentang kisah cinta itu begitu berarti. Sentuhan lembut diiringi angin melambai merdu dengan irama romantisme bergaya sensasi berwarna.

Nevan mengendurkan ciumannya, lalu merundukkan pandangan perlahan. Melepaskan tangannya dari kepala Bellona sambil menatap lemah.

“Nevan,” lirih Bellona.

“Tentu saja aku ingat itu!” sebut Nevan dengan segaris senyuman.

“Nevan,” lirih Bellona lagi.

Bellona meraih tubuh Nevan, memeluknya dengan kuat. Ia pun beranjak dari melirik ke arah Nevan yang masih termangau.

“Ayo, kita pulang! Semua sudah lebih baik,” ajak Bellona menarik bibir tipisnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • The Nine Tails of Time Traveler   Akhir semuanya.

    #Happy reading. Kembali ke kota Depok. Sekumpulan teman bersama-sama kembali. Nevan menduduki kursi paling ujung bersama ketiga rekannya. Di sampingnya, Bellona melirik pelan ke wajahnya. “Kamu nggak apa-apa?” tanya Bellona. Nevan menggelengkan kepalanya. Mereka tiba-tiba turun dengan tanpa rasa sadar kalau perkotaan menjadi gelap kehitaman. Satu per satu menerawang gulungan awan yang menutupi langit kala itu. Nevan mulai melirik Kim Dae Jung dengan sorotan mata aneh lagi curiga. Kemudian cahaya putih terang mendatangi mereka, dimana orang-orang telah menjauh semua karena takut. Namun mereka masih berada di sana. Nevan, Bellona, Felix, dan Kim Dae Jung sendiri. Apsara itu kembali di depan mata. Sosok makhluk kayangan itu berdiri menyambut kepulangan mereka. Menatap lurus mengarah Nevan. “Kau harus melawan musuhmu di malam ini juga. Kita tidak punya waktu, kecuali kau ak

  • The Nine Tails of Time Traveler   Petualang usai

    Pelarian mereka setelah menjauh dari ketiga musuh. Nevan dan Kim Dae Jung mulai memberhentikan diri di ujung pemukiman warga. Setelah bertemu banyak orang, mereka tampak lelah sekaligus gelisah. “Sepertinya kita sudah lebih aman,” tutur Nevan. Kim Dae Jung meranggul kepala, sembari melepaskan lengan Felix bersama dengan tindakan Nevan. Bellona dan Felix yang merasakan kelelahan akhirnya membungkuk sambil memegang kuat ransel besar. “Kau tidak kenapa-kenapa kan?” tanya Nevan khawatir. Bellona memegangi lutut sambil meringis kelelahan, tetapi kepalanya menggeleng. “Nggak apa-apa, Van. Aku nggak apa-apa,” sahutnya. Nevan memegangi lengan kekasihnya, membantunya bangkit dengan tegak. “Gimana kalo kita cari kos-an saja?” usul Felix. “Ide bagus!” sahut Nevan. “Kalian pergilah, aku harus membuang aroma tubuh kalian agar Go Jo Woo dan iblis itu tidak bisa menemu

  • The Nine Tails of Time Traveler   Terperangkap penyerangan.

    Makhluk kayangan itu memperlihatkan dirinya dengan baju putih panjang. Rambut putih dengan mata bersinar cerah. Menatap lurus ke hadapan Nevan yang sekaligus menyatu dengan gumiho dari masa lalu tersebut.“Untuk apa kalian memanggilku kemari?” tanya Apsara mengerutkan kening.“Kami membutuhkan bantuanmu,” pinta Nevan mendongakkan wajahnya.Di balik dua sisi Nevan berada. Bellona dan Felix mulai terpelangah. Ketiganya mulai beranjak setelah berdekam merunduk ke hadapan Apsara tersebut.Malam yang redup ini mempertemukan mereka pada kejutan menakjubkan. Nevan mulai menegakkan tubuhnya, membusungkan dada ke depan pandangan. Tangannya mulai menunjuk dirinya sendiri.“Di dalam tubuhku ini ada dua jiwa yang menyatu,” ungkap Nevan.“Lalu, apa kalian ingin memintaku agar mengeluarkan kalian dari satu tubuh?” tanggap Apsara.Nevan

  • The Nine Tails of Time Traveler   Di atas tanah Goryeo.

    Sebuah gua yang jauh dari pemukiman warga. Akan tetapi, ditutupi oleh dedaunan menghijau dan lebat. Nevan mulai mendekati mulut gua bersama kedua temannya. Langkah pertama mereka tiba di tempat yang mereka inginkan. “Kita harus nemuin sumber Apsara itu,” putus Nevan. Felix dan Bellona pun mengikuti langkah Nevan memasuki gua tersebut. Di antara kegelapan gua menyelimuti kesepian mereka. Penglihatan mulai meredup. Akhirnya, cahaya senter terbias menyorot ke jalanan gua. “Van, apa lo yakin?” tanya Felix ragu. “Ini bukan keputusan gue, tapi si Cho Ye Joon,” sebut Nevan membalikkan badan. Wajahnya dipenuhi dengan segala rahasia yang segera terbuka. Kembali menelusuri ruangan gua yang gelap. Dipenuhi dengan kelelawar bergelantungan sekaligus berterbangan. Nevan mulai berhenti di sudut dinding ruangan. Tangannya menggenggam lonceng emas diarahkan ke depan pandangan. K

  • The Nine Tails of Time Traveler   Gua Buni Ayu.

    Ransel, sepatu boots hitam mengilap, dua pria menggunakan celana Tactical, satu wanita menggunakan celana denim. Dari arah bawah terlihat langkah saling menyatu dalam kebersamaan mengiringi jalan. Mulai terpampang jelas dari arah balik punggung baju kemeja berwarna kelabu di tengah. Dua pria menutupi posisi wanita di tengah. Menggunakan langkah santai mereka sembari memegangi ransel tebal. Angin melambai pesona anak muda tampan dan cantik. Sampai pada penampilan wajah-wajah mereka bertiga. Bellona melebarkan senyuman mengiringi langkah. Nevan meraih tangan Bellona dan saling menatap. Sementara Felix menari bersamaan langkah mereka. Seruan angin menyentuh pipi secara lembut. Menyentuh lebih hangat melihat pasangan yang saling menjalin hubungan terbaik mereka. Berhenti di penghujung jalan. Tak beberapa lama bus pun berhenti perlahan. Nevan melirik satu per satu orang yang ada di

  • The Nine Tails of Time Traveler   Dua kehebatan buah Lam gaib.

    Suasana yang telah diperlihatkan dengan jelas di depan pandangan batinnya. Nevan melewati malam setelah mengadakan ritual sesaat. Kini, ia pun bergegas perlahan layaknya manusia normal kembali.Nevan berhenti di sudut jalan perkotaan. Terbias lampu jalanan mengiringi langkah menyelinap di antara wajah cerianya.Rona berkilauan gemerlapnya redup malam. Dirinya mengelilingi pandangan ke seluruh pandangan mata. Seisi perkotaan menemaninya pada tujuan yang sudah ditemukan.Kedua tangannya mengepal bulat. “Go Jo Woo, kau memang cerdik dan licik!” geramnya memandangi kegeraman di kala malam menyelimuti.Langkahnya kembali tergerak menuju kepulangan. Di sisi pertemuan yang menjadi kisah akhir dari musuhnya.Senyuman miring dengan tatapan sinisnya. “Heuh! Kau pikir akan menang?” sebutnya meledek. Nadanya terdengar menyeru semangat. Menutupi malam menjadi kesenduan ke

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status