Share

Bab 3. Arga Bereinkarnasi

"Kematian sebenarnya hanyalah sebuah cara untuk kemudian bisa beralih ke tempat yang lebih baik. Semoga."

"Kasihan sekali banyak dari mereka yang tak tertolong di luar sana. Teman, tetangga atau saudara kalian telah  meninggal secara mengenaskan! Memang tindakan 7 penguasa benar-benar biadab dan tak dipikirkan dampaknya!" Alan nampak gemas, marah dan mengepalkan kedua jemari tangannya. 

"Benar, Tuan. Kami juga sangat bersedih, mengetahui teman, tetangga, kerabat yang tidak berdosa apa-apa, mati mengenaskan seperti itu," keluh salah satu pegawai dengan wajah berduka.

"Kita harus membalas! Kalian selalu bersamaku kan? Walau mereka tidak menewaskanku. Setiap waktu selalu mengintimidasiku agar ikut mereka, tapi  kutolak mentah-mentah. Menghalalkan segala cara untuk menimbun harta itu tak bisa dibenarkan!  Cara bisnis mereka sungguh biadab, tidak manusiawi,  sudah menewaskan banyak masyarakat kecil, itu sama artinya menyakiti saudaraku!" teriak Alan berapi-api. Jiwa mudanya jadi berontak setiap melihat ketidakadilan terjadi. 

"Kami akan setia pada Tuan Alan selamanya! Nyawapun akan kami serahkan, apalagi cuma tenaga dan otak. Pasti kami akan berdiri di belakang Tuan!" teriak si pemimpin pegawai. 

"Terimakasih. Ya sudah, aku akan menyusun rencana juga mencari terus dukungan orang yang berpihak ke kebenaran dan keadilan. Kalian kembalilah beraktifitas. Tetap waspada dan pakai terus maskernya ya?"

"Baik, Tuan. Terimakasih atas semuanya. Kami sungguh berhutang budi pada Tuan." 

Alan lalu kembali ke rumahnya di depan yang bak istana mewah. Dia hanya tinggal bersama para pembantu dan sopir. Ayah ibunya sudah meninggal karena kecelakaan beberapa tahun yang lalu, sehingga sebagai anak tunggal Alan yang nama lengkapnya Alan Mc Allistaire ini selalu suka berbincang dengan semua pegawai yang dianggapnya keluarga sendiri. 

***

Di tempat yang super mewah tak jauh dari kediaman Alan McAllistaire, nampak ada perhelatan pesta akbar dari kubu yang dihujat oleh banyak warga miskin dan penguasa 8 dan 9. 

Yeah, setelah mereka berhasil secara gilang gemilang, menerapkan teknologi terkini yang berdampak buruk bagi manusia tanpa perlindungan itu, keuntungan perusahaan global mereka jadi naik berkali lipat. 

"Namanya juga teknologi canggih, wajar dong ada 'bayaran'nya. Walau itu berwujud tumbal manusia. Salah sendiri tidak menabung untuk beli masker pelindung." Kepala pimpinan 7 penguasa berkicau sambil menyeruput minuman wine merahnya. 

"Betul betul betul! Tak ada keberhasilan tanpa pengorbanan toh? Walau kalau kita yang diminta berkorban nyawa, ya ogah juga haha. Nanti tidak bisa pesta senang-senang begini. Wuih serasa hidup tak hidup, kering kerontang!" teriak salah satu penguasa yang agak mabuk karena bir. 

"Nah benar tuh, jadi penerapan teknologi percepatan produksi memang luar biasa. Sangat menyingkat waktu! Yang semula produksi membutuhkan waktu seminggu kini bisa diperpendek jadi satu hari saja hahaha. Genius benar ilmuwan kita!"seru pimpinan penguasa 5.

"Iya, luar biasa. Dia perlu dihadiahi kemewahan agar bisa terus menghasilkan teknologi secanggih itu!" tambah pimpinan penguasa 3.

Sampai pagi harinya, sekumpulan pimpinan dan keluarganya dengan tabiat barbar ini terus berpesta pora, tak peduli minggu lalu banyak manusia bergelimangan di rumah-rumah sederhana, meregang nyawa akibat ulah mereka. 

***

(LIMA TAHUN KEMUDIAN)

Keadaan bumintara sangat kacau, tak hanya manusia dengan banyaknya kematian yang tragis, sehingga warga sangat berkurang jumlahmya. Tetapi alampun menampakkan protesnya akan kesewenang-wenangan perbuatan  manusia. 

Alam sekitar yang   protes ini adalah dalam bentuk tanah yang super tandus dan tanaman mengering,  karena dampak tak langsung pemanfaatan teknologi itu. 

Memang sih ada dampak positif, produksi jadi meningkat tajam, sejalan efeknya  7 penguasa yang tentu makin kaya. Tapi alam yang rusak ini membutuhkan renovasi segera atau kalau tidak segera dilakukan,  dapat menimbulkan bencana alam yang lebih besar.

Maka mau tak mau 7 penguasa turun tangan untuk memperbaiki kondisi alam ini. Mereka ternyata juga mau berusia panjang untuk menikmati hartanya yang makin menggunung. 

Masyarakat juga jumlahnya banyak berkurang, karena adanya kematian massal lima tahun lalu. Mau tak mau hal itu menyebabkan 7 penguasa harus mendatangkan tenaga kerja dari luar Bumintara. Hmm ternyata semua itu berdampak dan berkaitan.  

***

Di sebuah rumah megah yang kelihatan senyap, tampak seorang pemuda sangat tampan bertubuh kekar, berusia 25 tahun membuka matanya setelah tidur panjang selama semingguan.  

Dia bingung sendiri, "Siapakah aku? Di manakah aku sekarang  dan apa yang sedang aku lakukan sekarang?" tanya pria tampan berusia 25 tahun itu memegangi kepalanya yang pusing. 

"Sekarang tahun berapa ya? Dan mengapa aku merasa jiwaku  kosong sama sekali? Apa yang sudah terjadi?" bisiknya pada dirinya sendiri.  

Tiba-tiba ada kedatangan seseorang yang  berseragam  seperti seorang asisten rumah tangga dalam keluarga kaya mnghampiri pemuda tadi. Dia berseragam rapi dan bersih serta bersikap kaku formal bak robot.  

"Tuan muda sudah siuman rupanya? Sudah semingguan tuan pingsan dan kata dokter pribadi keluarga tidak ada penyakit atau hal yang mengkuatirkan. Alhamdulillah tuan sudah sadar sekarang." Pria berusia 50 tahunan itu tersenyum hangat. 

"Kau siapa? Dan aku siapa? Ini sekarang kita dimana?  rumah siapa sih sebagus ini?" beruntun pertanyaan yang anak muda itu lontarkan. 

"Saya asisten rumah tangga Tuan Arga,  nama saya Toni.  Kita sekarang berada di rumah pribadi Tuan." jawab pak Toni perlahan,  kini dia tahu tuan mudanya mungkin mengalami amnesia, karena benturan seminggu yang lalu saat mengalami kecelakaan. 

"Namaku Arga?" Pemuda itu merasa familiar dengan nama Arga.  Dia mengangguk sendiri tanda setuju.  

"Iya tuan bernama Arga,"jawab pria tua itu lagi.  

"Baiklah. Kepalaku masih pusing. Bolehkah aku tidur lagi? Tetapi perutku juga lapar,  Pak?" Ekspresi pemuda bernama Arga ini malu-malu.  

"Baik.  Saya ambilkan makanan untuk Tuan Arga.  Sehabis makan,  Tuan bisa minum obat di meja ini ya,  agar sakit kepalanya cepat pulih." Pak Toni lalu berlalu menghilang dari pandangan Arga. 

"Aku merasa sangat akrab dengan namaku sendiri, tapi rasanya kepalaku sakit mengingat siapa pak Toni itu dan rumah ini.  Rasanya dua hal ini sangat asing dan tak akrab." Arga mengeryit menahan rasa sakit di kepalanya.  

Tidak beberapa lama kemudian,  pak Toni datang membawa senampan bubur yang sangat wangi dan hangat,  juga segelas susu coklat , serta sepiring kecil buah pepaya dan apel iris."

"Silakan dimakan dulu Tuan Arga.  Saya akan kembali melakukan tugas lainnya. Kalau perlu sesuatu, Tuan bisa menekan tombol biru ini ya.  Atau bisa telpon saya langsung. Permisi." Pak Toni lalu berlalu. 

Arga lalu memakan bubur itu perlahan.  Bubur ini sangat enak dan lembut. Rasanya sangat familiar di lidahnya. Dia mengingat dimana pernah memakannya,  tapi kepalanya kembali sakit.  

Karena kelaparan,  semua makanan, susu dan buah tandas dalam sekejap.  Dia juga mematuhi saran pak Toni,  segera meminum obat di atas meja.  

Setelah duduk menunggu beberapa saat,  reaksi obat pun mulai timbul,  rasa kantuk itu datang.  Pemuda ini segera merosot dan lalu terlelap dalam tidur nyenyak.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status