Home / Fantasi / The Peacemaker / Bab 4. Bumintara Makin Berduka

Share

Bab 4. Bumintara Makin Berduka

Author: riwidy
last update Last Updated: 2021-09-22 21:59:16

"Kesenjangan si miskin dan si kaya semakin dalam. Pertanda ada sesuatu yang salah entah apa?"

Kegelisahan di Bumintara semakin besar entah apa yang terjadi. Kekuasaan yang semakin besar dari 7 penguasa makin membuat rakyat yang tinggal sedikit jadi makin terjepit. 

Kesenjangan si kaya dan si miskin makin lebar. Dan menciptakan iri dan kecemburuan sosial. Makin terjepit ekonomi si miskin kadangkala makin membuat mereka nekad. Menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan ekonomis. 

Sedangkan si kaya makin jumawa. Mereka menggunakan uang untuk menyetir keadaan sesuai yang teraman dan ternyaman bagi kepentingan mereka dan kelompoknya. 

Sebagai pemerhati kehidupan masyarakat miskin, Alan Mc Challistaire  penguasa 9 sangat prihatin. Dia selama ini hanya bisa berusaha merawat pegawainya agar kesejahteraan mereka dan keluarga terjamin. Untuk skala yang lebih besar, dia belum mampu mewujudkannya karena itu perlu tanggungjawab dan kekonsistenan lebih besar. 

***

Maya si gadis cantik yang kini berusia 22 tahun, yang selalu penuh dendam, kini tetap pura-pura pro dengan gerakan 7 penguasa. Karena papanya sendiri, Mr Albert adalah bos dari penguasa ke-7. 

Kematian kekasihnya dahulu sangat membekas di jiwanya, sehingga Maya tidak bisa melupakannya walau hanya sedetik saja.

Dia berusaha menjadi gadis yang baik, patuh, sambil terus bekerja membantu di perusahaan papanya, sambil menambah info dari database perusahaan papanya. Dia tahu info itu akan pasti berguna di kemudian hari. 

"Aku ga peduli meski nanti dicap sebagai pengkhianat. Merekalah yang jahat sudah membunuh banyak orang tanpa alasan. Semua demi keuntungan. Haish! Aku sungguh malu jadi anak salah satu manusia kejam itu!" desah Maya dengan sedih. 

"Cintaku hanya untuk dia, kak Sando. Dan dulu dia telah meninggal jadi korban kebiadaban aliansi 7 penguasa. Lalu bagaimana lagi aku bisa bertahan hidup tanpa cintanya? Tujuan hidupku sekarang hanya satu, membalaskan dendam dari kak Sando! Setelah itu aku akan pergi meninggalkan papa. Selamanya."

"Yup. Kini aku sudah banyak menyimpan data soal perusahaan papaku sebagai penguasa ke-7 juga data rahasia rekanannya penguasa 1-6. Hmm. Tunggu saatnya aku manfaatkan semua itu untuk membalaskan dendam pada aliansi 7 penguasa!" tegas Maya dalam hati.

Maya lalu meneruskan bekerja menyelesaikan tugas-tugas di perusahaan yang sebenarnya dia sangat benci ini. 

Selain bekerja di perusahaan papanya, Maya juga rajin mengotak-atik masalah it dan jadi hacker handal. Entah kenapa hal itu membuatnya sangat senang, padahal kurang terpuji. Kali ini sasaran hackingnya tentu saja adalah perusahaan sekutu papanya, aliansi 7 penguasa, sang musuh bebuyutan.

***

No money no party, mungkin begitu pemikiran para clubbers. Terutama para penyuka kehidupan malam. Mereka tak jera meski banyak uang akan terbuang hanya demi kesenangan sesaat. 

Khususnya para petinggi aliansi 7 penguasa. Mereka hobi sekali menikmati malam-malam party ini. Katanya untuk hiburan, tetapi selalu berakhir dengan badan bau penuh minuman keras, keringat dan muntah. Juga badan lemah, perut mual dan kepala pusing. Lalu letak menyenangkannya dimana? 

"Yuk kita menikmati malam penuh cinta ini. Bebaskan semua keinginan kalian. Kita nikmati semua mumpung ada. Mau minum, ada gratis. Mau nyanyi karaoke boleh. Itu ada pemandunya cantik-cantik. Ada yang mau cewek? Boleh. Pokoknya terserah kalian, aku yang bayar hahaha." Penguasa ke-1, bos of the bos berkata pongah dan enteng sekali. 

"Oke, Bos! Kami mau paket semua. Lengkap! Hahaha." Para bawahan dan rekan penguasa itu sangat suka mendapat hadiah gratisan. 

"Dasarrr! Kalian kan juga sudah kaya. Sekali-kali biaya dong, traktir. Uh pebisnis maunya gratisan melulu hahaha!" 

Begitulah, saat uang dan kekuasaan ada di tangan, terlupa masalah lainnya. Inginnya bersenang-senang terus tanpa batas. Tak peduli lagi norma dan dosa. Ujian ini kelihatannya tak akan lolos dari tangan-tangan penghamba kekayaan dan kekuasaan seperti mereka. 

***

Sampai kini Arga masih merasa mudah pusing, apalagi setelah ada beberapa ingatan asing yang dipaksakannya masuk ke otaknya. 

Seperti tadi saat berkaca di cermin, untuk pertama kalinya semenjak dia sadar dari pingsannya. Arga merasa asing. Dia menepuk pipinya, juga meraba badannya. 

"Siapa kamu?" tentu saja bayangan di cermin juga mengatakan yang sama. 

"Ganteng sekali! Badanku juga bagus! Kekar berisi. Tapi kenapa aku merasa asing sama diriku sendiri ya?"Arga bertanya pada dirinya sendiri di cermin. 

"Haduh ... Kepalaku pusing!" keluh Arga dengan lemas. Dia menyerah. Dia harus minum obat sakit kepala terus kalau mencoba ingat-ingat masa lalunya.

Arga merasa tubuh dan wajahnya bukan miliknya sendiri. Dia merasa asing dan meragukan itu wajah  tubuhnya sendiri. Kalau sudah begitu pusingnya kumat dan pak Toni jadi ikut kebingungan.

Pak Toni, sesungguhnya  merasa sangat prihatin dan dia berkata dengan nada lembut.

"Tuan Arga mungkin perlu seorang dokter? Atau psikiater? Siapa tau bisa membantu menyembuhkan kebingungan yang tuan alami? Sepertinya amnesia ini menyakitkan, saya jujur ikut merasa sedih." 

"Terimakasih Pak Toni,  bapak baik sekali. Iya aku mau, panggil saja psikiaternya kesini. Aku sih santai saja sebenarnya. Apalagi lagi ga ada kerjaan. Hmm dulu pekerjaanku apa sih, Pak?" Arga bingung dan bertanya, kalimatnya sedikit ruwet. 

Sampai beberapa saat, Pak Toni baru memahami maksud tuan mudanya ini. Dia menggaruk belakang kepalanya yang sesungguhnya tidak terasa gatal. 

"Tuan Arga, dulu tuan adalah seorang selebritis. Artis. Pekerjaan utama sih foto model dan peragawan yang laris. Jadi seleb baru beberapa bulan ini menjajaki." Pak Toni menjelaskan dengan berhati-hati.

Pak Toni merasa tuan mudanya ini sekarang sedikit berbeda. Jadi jauh lebih sopan, lembut tapi juga ada ketegasan dalam suaranya. Dia merasa tuan Arga seperti pribadi baru. 

"Hah? Aku model? Beneran, Pak? Hahaha. Astaga, bagaimana bisa aku jadi model? Pantesan banyak alat make up di meja. Kirain ada perempuan di sini. Hmm. Adakah perempuan di sini?"

"Tidak ada, Tuan. Tuan saja mempekerjakan koki lelaki untuk masak di dapur sini kok.Itu memang make up perawatan milik Tuan Arga sendiri. Sepertinya ada sponsor dari produk yang tuan jadi bintangnya." 

"Hmm. Baiklah. Mungkin ingatanku belum kembali ya, Pak? Semoga psikiater yang Bapak panggil bisa membuatku baikan."

"Iya, tuan, Aamiin."

Saat psikiater datang beberapa hari kemudian, dia langsung memeriksa keadaan kejiwaan Arga. Arga pasrah saja menjawab semua pertanyaan dari dokter itu.

"Mas Arga, sudah berapa lama mengalami kebingungan soal identitas ini?" tanya dokter muda itu penuh perhatian, dia juga mencatat semua jawaban Arga di lembaran kertas bernomer di tangan kirinya.

"Semingguan mungkin, Dok. Karena sebelumnya saya sempat mengalami benturan di kepala karena kecelakaan. Dan sempat pingsan selama seminggu, tapi ga ada luka yang betarti. Saat siuman, jadi bingung dengan keadaan ini. Semua jadi serba asing dan terasa bukan dunia saya." Arga menjelaskan apa adanya.

"Maaf saya mau menanyakan hal di luar pengobatan, Mas Arga percaya dengan konsep kelahiran kembali alias reinkarnasi?" 

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Peacemaker   Bab 37. Maya Bergabung

    "Terkadang lawan jadi teman adalah tindakan yang terbaik karena konon ada terdapat lebih nilai kejujuran di sana."Maya melihat Arga dengan tatapan aneh."Tuan kenal dengan papaku?" "Aku tentu tahu Bu Guru, Mr Albert kan? Siapa sih yang tidak kenal seorang dari 7 penguasa nan mulia dan kaya raya itu?" Wajah Arga sangat masam dengan pandangan mata tajam. Rupanya Maya bisa merasakannya juga, terdengar dari suara Arga yang sedikit tergetar."Sepertinya nada suara Tuan Arga terdengar sangat sinis. Itu sangat kentara dari getaran suara Tuan. Apa ... hmm ... maaf, apa Tuan sangat membenci papaku?"Maya menebak tepat isi hati Arga yang memang sangat membenci Mr Albert itu. "Beliau itu, papamu itu ... maaf ya kalau perkataanku ini tidak terdengar sopan dan menyakiti hatimu, kurasa Mr Albert tipe penguasa yang paling bermuka dua dari ketujuh penguasa. Dan jujur saja aku memang paling benci tipe manusia seperti itu. Lebih baik orang jahat itu bermuka jahat bukannya berlawanan, bermuka gan

  • The Peacemaker   Bab 36. Ketahuan

    "Sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya sekali waktu akan terjun bebas ke bawah juga."Arga melirik ibu guru cantik itu dengan sungkan. Dia tahu wanita itu paling tidak suka diganggu saat ada pelajarannya. Tentu saja ini bisa berefek pada pelajarannya yang diperkirakan akan makin ketat. "Aaargh!"Arga mendengus dengan kesal sambil mengacak rambutnya. Dia bisa memastikan itu pasti Ryan. Sahabat sekaligus asistennya itulah yang paling mungkin memiliki kenekadan juga nyali untuk mengganggunya dengan sejuta alasan.Pak Tony si kepala ART tidak mungkin berani mengetuk pintu sekarang, apalagi pembantu lainnya. Mereka memiliki aturan tak tertulis yang sudah ditetapkan tuan muda, bahwa ketika dia sedang berada di ruang kerjanya atau sedang belajar seperti sekarang tak boleh sama sekali mengganggunya kecuali mau memberikan minuman atau makanan yang sudah dia pesan sebelumnya. "Ryan ya ... Ada apa? Masuk! Awas kalau tidak penting!" Belum-belum Arga sudah mengancam teman sekaligus tangan

  • The Peacemaker   Bab 35. Adu Otak Atau Fisik?

    "Menang atau kalah bukan tujuan dalam persaingan atas nama rasa sayang." Maya tergagap, "Iii ... iya, baiklah." Maya hanya memandang tajam tuan muda itu sekilas dan mengomel dalam hati dengan keras, 'dasar Argaaaa. Tuan muda ganjen! Huh nyesel aku kenapa balik kerja ke sini. Persetan dengan segala aturan dasar attitude pegawai. Aarghhh! Ini pasti aku lagi dikerjain. Ah bos muda peak! Seumur hidup aku paling benci sama olahraga apalagi senam. Kayak ibu-ibu kelebihan lemak aja. Aku kan sudah ramping seksi dan sehat dari kecil. Ah sial sial siallll!' Langkah gontai Maya menuju ke depan, artinya berdirinya tepat di belakang sang instruktur senam Arga, ternyata diiringi berbagai macam jenis pandangan mata dari sekitarnya. Kebanyakan pandangan iri, dengki juga sakit hati dari beberapa kaum hawa yang selalu ingin lebih dekat dengan tuan muda yang rajin berolahraga itu. Sedangkan beberapa pria hanya menggelengkan kepala atau mengangkat bahu tanda tidak peduli. Sisanya hanya tak tahu menah

  • The Peacemaker   Bab 34. Pergi untuk Kembali (Lagi)

    "Rasa rindu akan seorang yang pergi merupakan pertanda dia akan membutuhkanmu juga dan kembali."Maya terus bicara sendiri, merasa heran tanpa akhir. Dia takjub. Dia sangat membenci hal ini tetapi anehnya di lain pihak merasa sama sekali tidak berdaya. Ini keadaan yang sangat lain daripada yang lain. Batinnya sangat ramai bertentangan menyebabkan mulut manisnya terus berkicau sendiri. "Iya! Pasti dia tidak normal! Soal gaya sepak terjangnya dengan wanita-wanita yang dipamerkan di sosmed adalah omong kosong besar! Itu pasti palsu, hoax, pencitraan semata sebagai seorang artis muda, biar dikira Don Juan yang uwow ... ya kan? Iya dong!" serunya keras pada cermin yang diam di depannya.Maya mengangguk yakin. Tapi dasar hati terdalamnya kembali membantah. Dia menggeleng kemudian dengan lemah. 'Kalau dia tidak normal, kenapa juga itunya bisa tegak saat aku menjulurkan kakiku? Ah, sialll! Dia pasti berjuang keras menahan libidonya! Jadi dia pria normal dong?'"Arghhhh ... ARGA SIALAN!" ben

  • The Peacemaker   Bab 33. Pergi Untuk Kembali

    "Kepergian seseorang yang meninggalkan tanya pedih dalam hati. Bisa jadi itu cinta yang belum disadari.""Kenapa Tuan?""Anda tidak saya ijinkan keluar dari pekerjaan ini. Saya masih butuh bimbingan Nona. Janjinya apa kemarin lusa? Mau kasih soal baru untuk dipecahkan. Apa itu cuma janji kosong?" Arga menuntut sambil mengingatkan. "Maaf, masalah soal yang baru itu akan saya kirim lewat email. Dunia ini sudah demikian global, Tuan , tidak wajib harus bertemu langsung kan? Maaf untuk sekarang saya tetap akan keluar dari pekerjaan ini, Tuan Arga. Dengan atau tanpa ijin Tuan," tegas gadis cantik itu. "Begitu? Baiklah kalau Anda bersikeras, Nona Tenny." "Baiklah, saya mohon diri, Tuan. Terimakasih atas semuanya dan maafkan apabila hari terakhir kemarin saya berulah tidak wajar. Soal gaji dan bonus pun bisa dilanjutkan dikomunikasikan lewat email atau sosmed saya." Maya menundukkan kepalanya juga menekuk tubuhnya hampir 90 derajat untuk menghormati bosnya, lalu mau segera melangkah

  • The Peacemaker   Bab 32. Kemarahan Tanpa Akhir

    "Persaingan dalam ketidakjelasan memperebutkan sesuatu yang aslinya tidak perlu menjadi rebutan, karena semuanya memiliki getaran itu. Rasa kasih sejati."Pagi ini semua tampak aneh dan dengan kalimat lain, tak ada yang berjalan seperti biasanya. Paling tidak begitulah rasa yang mendiami batin Arga. Semua jadi berantakan. Apa yang membuat Arga berjibaku belajar IT selama dua minggu terakhir dan berhasil menerbitkan senyum di bibir Arga, sekarang melenyap tanpa bekas. Sirna tanpa suara. Apa penyebabnya? Wanita itu perhiasan dunia dan itu benar adanya. Semua yang ada di dirinya akan tampak sangat berkilau bagai perhiasan. Arga mengangguk membenarkannya kali ini. Paling tidak itu yang dilihat Arga pada diri guru cantik Maya pagi ini. Maya tersenyum sambil mengangkat kaki kanannya dan ditumpangkan anggun ke kaki kirinya. Sepasang kaki itu pagi ini tampak berjuta kali lebih seksi di mata Arga. Adakah kaki Maya itu asli? Bukan pualam indah pahatan seniman berbakat yang berhar

  • The Peacemaker   Bab 31. Maya Vs Arga Part 3

    "Rasa penasaran menyebabkan semuanya jadi terbuka apa adanya. Rasa ingin peduli menjadi cinta sayang akhirnya.""Salah? Masih salah? Aduh!" Arga memegangi kepalanya yang tiba-tiba serasa seberat 5 kilo rasanya. "Ayo kerjakan lagi, Tuan," seru Bu guru cantik ini dengan tegas."Sebentar ... Apakah saya boleh beristirahat 10 menit saja?" tawar Arga penuh harap. "Boleh saja sih, Tuan, tetapi nanti waktu mengerjakan juga akan dipotong 10 menit, karena time is money. Waktu itu sangat berharga. Oke? Jadi sebaiknya tidak terbuang sia-sia." Arga melotot, dia sungguh tidak memahami kenapa Maya begitu tegas dan terkesan arogan. Kemana perginya gadis yang penuh dengan toleransi kemarin? Apakah dia begitu mendendam dengan perbuatan tidak sengaja Arga tempo hari? "Masak 10 menit saja tidak boleh sih? Saya kan harus beristirahat sebentar? Ingat Bu Guru, otak yang saya punyai ini bukan otak anak-anak lagi, yang masih fresh dan bisa menerima semuanya dengan cepat. Sesekali harus beristirahat agar t

  • The Peacemaker   Bab 30. Maya Vs Arga Part 2

    "Seringkali dalam perdebatan tanpa tujuan, malah menemukan hati yang mulai saling bertaut.""Memangnya kamu diapain, Ga?" Ryan sangat penasaran. Pak Tony juga ikut penasaran. Kenapa Tuan mudanya itu sampai terbatuk-batuk dengan sisa tertawa yang masih tertinggal."Nona berkaki cantik itu berbuat apa kepada Tuan Muda?"Arga makin tertawa ngakak, sambil sesekali melihat ke arah pintu masuk. Dia agak takut gadis itu tiba-tiba masuk dan makin malu. "Kamu lagi kumat gilanya ya, Ga?," tanya Ryan sambil memicingkan mata, "orang ditanya bukannya menjawab malah tertawa bahagia sendiri. Hah?!" Ryan pura-pura cemberut. "Iya nih, Tuan Muda sangat bahagia rupanya hari ini. Ya sudah Tuan Ryan, kita sebaiknya mengamini saja, ya kan?" kerling mata bapak tua itu dengan lucunya ke Ryan. "Ah, apa-apaan sih kalian? Aku itu baru menyadari sesuatu dan jadi tertawa karenanya. Begitu. Paham?""Bagi-bagi dong penyebab tertawanya. Pasti si gadis berkaki indah kan?""Iya sih." Arga menutup mulutnya sambil me

  • The Peacemaker   Bab 29. Maya Vs Arga

    "Penyamaran sempurna adalah kebohongan yang dipoles dengan penghayatan sepenuh hati." Hari terus berlalu, dan Arga makin 'menekan' Maya. Jika menghadapi perempuan lain, Arga tak punya nyali, maka anehnya Maya membuatnya makin bernyali. "Tuan Muda yakin, mau membuka tabir putri Mr Albert?" Pak Toni pada awalnya terkaget-kaget saat dia tahu dari Ryan kemarin tentang identitas asli calon pegawai baru itu. "Memang kenapa Pak Toni?" Arga tersenyum. "Tuan Muda memang pandai bersandiwara ya?" cibir lucu Pak Toni sambil mengedipkan mata. "Hahaha!" Arga tergelak. "Yah maklum sih, Tuan kan aktor. Tapi ... Apa rencananya ke depan? Dia kan putri musuh Tuan? Bisa runyam kalau ketahuan nanti." Pak Toni memperingatkan dengan suara bisikannya. "Hmm, jujur, aku belum tahu sih, Pak. Just wait and see aja deh haha!" Arga geli sendiri. "Yah, Tuan Muda bikin saya makin kepo aja nih." Pak Toni pura-pura merengut. "Gitu deh, Pak. Maaf deh ya? Aku mengikuti apa kata hatiku aja. Menurut feelingku, Ten

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status