Yuk komen guys, berikan pandanganmu tentang Arga n the friends yang amazing ini.
"Langkah pertama yang berani, akan diikuti oleh konsekuensi-konsekuensi yang lebih berani."Arga menatap sahabat ayahnya, Darren, lalu matanya kembali tertuju pada Maya. Sebuah ide yang berani melintas di benaknya, sebuah langkah pertama yang bisa menentukan segalanya.“Kita akan mulai dalam waktu dekat, Om.” Arga berucap, suaranya merendah namun penuh intonasi. “Maya, bisakah kau menyiapkan sebuah simulasi, sebuah demonstrasi kecil, untuk menunjukkan betapa rentannya sistem mereka? Aku ingin kita semua melihatnya secara langsung.”Maya membalas tatapan Arga, bibirnya membentuk senyum tipis yang penuh percaya diri. “Aku bisa. Dan aku tahu persis titik mana yang akan membuat mereka paling panik.”Sebuah kesepakatan tersirat terjalin. Pertaruhan telah dinaikkan. Langkah pertama, meskipun kecil, akan menjadi pijakan bagi perang yang lebih besar.***Tiga hari kemudian, Arga, Ryan, Darren, dan Alan berkumpul lagi di ruang rapat. Di depan mereka, Maya telah menyiapkan layar besar yang mena
"Terkadang mempercayai musuh yang jujur lebih baik daripada menaruh harapan pada teman yang suka berbohong."Maya membuka matanya, menatap Arga dengan ekspresi serius yang belum pernah Arga lihat sebelumnya. "Selain itu... aku punya firasat, Mr. Gerry, si penguasa ke-1, akan segera melakukan sesuatu yang besar. Sesuatu yang akan mengubah segalanya. Kita harus siap untuk hal tersebut."Ryan dan Arga saling pandang. Peringatan Maya terasa begitu nyata, begitu mendesak."Sesuatu yang besar? Apa maksudmu, Maya?" Arga menuntut penjelasan, nada suaranya berubah menjadi tegang. Situasi mendadak menjadi lebih genting dari yang mereka duga. Perasaan Arga bercampur aduk, antara semangat yang membara dan ketegangan yang mendadak mencengkeram."Akan kujelaskan nanti, sabar ya?" Maya tersenyum. Arga dan Ryan hanya bisa berpandangan dan saling mengangkat bahu.***Gema percakapan terakhir mereka masih bergaung di benak Arga, memantik api semangat yang selama ini sudah membara, kini semakin menyala
"Pergerakan makin maju, sejalan dengan hati yang makin menderu."Arga, yang tadinya merasa wajahnya panas karena perdebatan soal perasaannya dengan Ryan, kini merasakan semangat lain yang membara di dada. Bukan hanya energi untuk perjuangan balas dendam, tetapi juga energi yang berbau sesuatu yang lebih pribadi, lebih hangat."Jadi, apa yang mau kau beritahukan padaku, Bro?" tanya Ryan, senyum usil masih menghiasi wajahnya. Ia menyandarkan punggung ke kursi putar di ruang kerja Arga. "Jangan bilang kau tiba-tiba mau melamarnya sungguhan."Arga mendengus, mencoba menyembunyikan rona merah samar di pipinya. "Bukan itu, Ryan! Aku serius, jangan mengalihkan pembicaraan.""Oke, oke, aku serius," Ryan mengangkat kedua tangannya menyerah, tetapi matanya masih memancarkan geli. "Maya mau apa?""Ia mau bergabung dengan kita," Arga berkata, nadanya lebih rendah dari biasanya, seolah sebuah rahasia besar baru saja ia pecahkan."Serius? Maya putri Mr. Albert musuh paling number one itu?" Mata Ry
"Seperti menunggu waktu untuk membuka misteri yang sebenarnya sudah terbuka perlahan. Hanya butuh penegasan kecil semata." Maya mengisyaratkan agar Arga bisa lebih bersabar.Arga memaklumi dan kemudian mereka berperan kembali sebagai murid dan guru untuk beberapa lama, mungkin sekitar 2 -3 jam. Waktu tak terasa sudah berlalu. Saat usai pelajaran di pembelajaran soal teori IT nya, kembali Arga menajamkan pandangannya kepada guru cantik tersebut. Arga kini tak merasa gentar lagi. Toh Maya sudah berjanji sebelumnya kan? Kini saatnya dia menagih janji guru cantik itu.Maya yang tahu pria di depannya itu menuntut penjelasannya hanya bisa tersenyum kecil sambil merapikan alat-alat mengajarnya, dimasukkannya secara perlahan ke dalam tas selempang berbahan kulit sederhana berwarna abu-abu dengan aksen hiasan putih di tepinya.Arga mendesah dengan tak sabar sambil terus memandangi Maya yang memang sangat layak pandang terutama sepasang mata lelaki alias tak membosankan sama sekali untuk di
"Terkadang lawan jadi teman adalah tindakan yang terbaik karena konon ada terdapat lebih nilai kejujuran di sana."Maya melihat Arga dengan tatapan aneh."Tuan kenal dengan papaku?" "Aku tentu tahu Bu Guru, Mr Albert kan? Siapa sih yang tidak kenal seorang dari 7 penguasa nan mulia dan kaya raya itu?" Wajah Arga sangat masam dengan pandangan mata tajam. Rupanya Maya bisa merasakannya juga, terdengar dari suara Arga yang sedikit tergetar."Sepertinya nada suara Tuan Arga terdengar sangat sinis. Itu sangat kentara dari getaran suara Tuan. Apa ... hmm ... maaf, apa Tuan sangat membenci papaku?"Maya menebak tepat isi hati Arga yang memang sangat membenci Mr Albert itu. "Beliau itu, papamu itu ... maaf ya kalau perkataanku ini tidak terdengar sopan dan menyakiti hatimu, kurasa Mr Albert tipe penguasa yang paling bermuka dua dari ketujuh penguasa. Dan jujur saja aku memang paling benci tipe manusia seperti itu. Lebih baik orang jahat itu bermuka jahat bukannya berlawanan, bermuka gan
"Sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya sekali waktu akan terjun bebas ke bawah juga."Arga melirik ibu guru cantik itu dengan sungkan. Dia tahu wanita itu paling tidak suka diganggu saat ada pelajarannya. Tentu saja ini bisa berefek pada pelajarannya yang diperkirakan akan makin ketat. "Aaargh!"Arga mendengus dengan kesal sambil mengacak rambutnya. Dia bisa memastikan itu pasti Ryan. Sahabat sekaligus asistennya itulah yang paling mungkin memiliki kenekadan juga nyali untuk mengganggunya dengan sejuta alasan.Pak Tony si kepala ART tidak mungkin berani mengetuk pintu sekarang, apalagi pembantu lainnya. Mereka memiliki aturan tak tertulis yang sudah ditetapkan tuan muda, bahwa ketika dia sedang berada di ruang kerjanya atau sedang belajar seperti sekarang tak boleh sama sekali mengganggunya kecuali mau memberikan minuman atau makanan yang sudah dia pesan sebelumnya. "Ryan ya ... Ada apa? Masuk! Awas kalau tidak penting!" Belum-belum Arga sudah mengancam teman sekaligus tangan