makin seru ya guys, terus support author ya...thx
"Ketakutan adalah hening yang paling memekakkann jiwa manusia."Alan lalu mengetuk dagunya, berpikir. “Ada desas-desus tentang peningkatan permintaan akan beberapa komponen elektronik langka, serta bahan kimia tertentu yang biasanya hanya digunakan dalam riset tingkat tinggi. Pasar gelap sedang ramai, tapi tidak ada yang bisa memastikan pembeli utama.”“Bahan kimia?” Arga mengulang, alisnya berkerut. Ingatan pahit akan kematian keluarganya dan Sando kembali menghantuinya. Kimia adalah akar dari sebagian besar kejahatan Aliansi. “Apakah ada indikasi penggunaan militer atau… biologis?”Ryan menggeleng. “Belum ada konfirmasi, Arga. Hanya spekulasi di antara para informan.”Arga menarik napas dalam, memproses setiap detail. Ini bukan lagi hanya tentang balas dendam. Ini adalah tentang melindungi Bumintara dari ancaman yang jauh lebih besar. Ia merasa beban tanggung jawab di
"Musuh bertambah, teman bisa berkurang.Tetapi kekuatan persatuan akan selalu mengalahkan kebatilan." Arga menghela napas panjang. Tuan Muda ganteng ini sangat paham dia harus mempercayai Maya. Bukan semata adanya alasan tidak ada pilihan orang pintar lain, tetapi juga karena Maya telah membuktikan kesetiaannya berkali-kali. Sisi unggul gadis itu dari keberaniannya, kecerdasannya, dan terpenting tekadnya untuk membalas dendam pada kebatilan, bahkan kepada ayah kandungnya sendiri, adalah bukti yang tak bisa dibantah lagi.Arga bahkan kini bisa melihat Maya bukan lagi sekadar ‘putri dari musuh yang paling dia benci’, melainkan seorang pejuang tangguh wanita cerdas yang sangat dibutuhkan pasukan.“Baiklah,” Arga akhirnya berkata, keputusannya sudah hampir bulat. “Tapi kita akan kaji ulang dan merencanakan ini dengan sangat hati-hati, May. Kau tidak akan kuijinkan pergi sendirian, itu sangat berbahaya. Setidaknya tidak tanpa dukungan penuh dari tim kita. Ryan akan menyiapkan jalur evakua
"Satu tantangan terjawab, akan selalu muncul tantangan baru yang lebih menantang." “Maya, Arga! Kami berhasil!” seru Kevin, napasnya tersengal. “Kami menemukan sebuah backdoor yang sangat tersembunyi di salah satu server lama Mr. Albert yang masih aktif. Sepertinya itu adalah pintu masuk darurat yang ia buat untuk dirinya sendiri, dan ia lupa menutupnya sepenuhnya. Kita bisa menggunakannya untuk mendapatkan akses ke beberapa data logistik terbaru Aliansi!”Mata Maya membelalak kaget, lalu senyum lebar terukir di wajahnya. “Serius? Kevin, itu berita luar biasa! Data logistik itu bisa memberi kita gambaran tentang pergerakan aset dan pasukan mereka!”Arga merasakan adrenalinnya melonjak. Sebuah celah. Itu adalah peluang yang mereka butuhkan. “Bagus sekali, Kevin. Ini akan sangat membantu kita dalam merencanakan langkah selanjutnya.”“Tapi ada satu hal lagi,” Kevin menambahkan, raut wajahnya kembali serius. “Saat kami mencoba menelusuri lebih dalam dari backdoor itu, kami mendeteksi akti
"Sah-sah saja. Berjuang dalam membela kebenaran, juga membela ... perasaan terdalam."Udara di markas sementara Arga terasa lebih hidup pagi itu, seolah energi baru telah meresap ke dalam setiap sudutnya. Setelah percakapan serius semalam, Maya tidak membuang waktu. Dengan izin penuh dari Arga, ia segera mengambil alih salah satu ruangan terbesar, mengubahnya menjadi pusat komando IT sementara. Hologram-hologram data memendar di dinding transparan, kabel-kabel optik terbentang di lantai yang ditinggikan, dan aroma kopi pekat mulai mendominasi.Maya berdiri di depan sebuah layar proyeksi raksasa, memindai resume digital yang mengalir di depannya. Di sekelilingnya, beberapa pemuda dan pemudi yang direkrut dari jaringan Arga – sebagian besar adalah ahli IT muda yang bersemangat, korban tidak langsung dari kebijakan Aliansi Tujuh Penguasa – duduk tegang di kursi ergonomis, menunggu instruksinya. Ryan, dengan senyum lebarnya, sese
"Peralatan selengkap dan secanggih apapun tak berarti tanpa manusia cerdas dan bermoral yang memegangnya." “Tentu saja, Om!” Arga mengiyakan. “Dan untuk perbekalan medis, kita sepertinya harus menghubungi Papaku, Harry Wijaya— aku yakin papa memiliki jaringan apotek dan rumah sakit. Aku yakin beliau akan dengan senang hati membantu kita.”"Betul, Nak! Papamu itu pasti akan mendukung perjuangan kita. Apapun." Darren menimpali perkataan putra sahabat baiknya itu.Maya mendengarkan setiap detail, otaknya memproses informasi dengan cepat. Di samping itu, ia tak bisa mengabaikan tatapan Arga yang sesekali mencuri pandang ke arahnya. Ada semacam apresiasi, bahkan kekaguman, yang terpancar di matanya. Perasaan itu membuat pipinya sedikit merona, meski ia berusaha keras untuk tetap profesional.“Aku akan siapkan daftar lengkapnya dalam beberapa jam,” Maya berucap, suaranya sedikit lebih lembut dari biasanya. “Dan aku juga bisa membantu Alan dengan spesifikasi teknis untuk server dan drone. A
"Langkah pertama yang berani, akan diikuti oleh konsekuensi-konsekuensi yang lebih berani." Arga menatap sahabat ayahnya, Darren, lalu matanya kembali tertuju pada Maya. Sebuah ide yang berani melintas di benaknya, sebuah langkah pertama yang bisa menentukan segalanya.“Kita akan mulai dalam waktu dekat, Om.” Arga berucap, suaranya merendah namun penuh intonasi. “Maya, bisakah kau menyiapkan sebuah simulasi, sebuah demonstrasi kecil, untuk menunjukkan betapa rentannya sistem mereka? Aku ingin kita semua melihatnya secara langsung.”Maya membalas tatapan Arga, bibirnya membentuk senyum tipis yang penuh percaya diri. “Aku bisa. Dan aku tahu persis titik mana yang akan membuat mereka paling panik.”Sebuah kesepakatan tersirat terjalin. Pertaruhan telah dinaikkan. Langkah pertama, meskipun kecil, akan menjadi pijakan bagi perang yang lebih besar.***Tiga hari kemudian, Arga, Ryan, Darren, dan Alan berkumpul lagi di ruang rapat. Di depan mereka, Maya telah menyiapkan layar besar yang mena