Share

Makan Siang Bersama.

Jam menunjukan pukul 12.00 siang artinya, aktivitas kerja dipending sementara dan dipergunakan untuk mengisi perut ataupun beristirahat.

Nathan membuka pintu ruangannya dan berjalan menuju meja kerja Ayunda,

“Ayo makan Siang!“ ajak Nathan.

Ayunda mengangguk lalu mengambil tasnya yang berisikan ponsel, dompet, dan semua alat-alat makeup wanita. Mereka berdua berjalan beriringan, karyawan yang berlalu lalang hendak ke kantin ataupun makan diluar kantin menyapa Nathan dan Ayunda. Memberi mereka berdua hormat dengan membungkukkan setengah badannya.

Ayunda menganggukan kepalanya dan tersenyum kepada karyawan yang menyapanya, sedangkan Nathan memilih acuh dan berjalan mantap tanpa memperdulikan sekitarnya.

Nathan dan Ayunda sudah berada di depan dilobby, mobil mereka masih terparkir dengan baik didepan lobby. Ayunda hendak masuk kedalam kursi kemudi tiba-tiba dicekat oleh Nathan .

“Aku yang akan mengemudi, kamu duduklah dikursi penumpang depan.”

Ayunda memincingkan matanya, menatap Nathan was-was lalu berjalan kesamping mobil untuk masuk ke kursi penumpang.

Nathan mendengus kesal melihat tatapan curiga dari Ayunda

Curiga terus perasaan,” batin Nathan terheran-heran.

Ia segera masuk kedalam mobil dan menyalakan mobilnya untuk segera melaju menuju Restaurant, tempat yang sudah Ayunda booking.

Selama diperjalanan mereka tak ada yang membuka suara, Ayunda memilih untuk memejamkan matanya karena ia merasa pusing akibat begadang, sedangkan Nathan fokus mengendarai mobilnya.

“Apa kau mengantuk?“ tanya Nathan mulai bosan dengan keheningan yang tercipta.

Ayunda membuka matanya lebar,

“Hah! Maaf, Pak, Saya hanya sedikit pusing.” Ucap Ayunda kelimpungan.

“Tidak apa, santai saja.“ balas Nathan dengan santai.

15 menit berlalu…

Nathan, dan Ayunda telah sampai di Restaurant yang Ayunda booking sebelumnya, Ayunda segera menghampiri hostess dan memberikan bukti Reservasi.

Hostess menunjukan ruangan private yang Ayunda pesan berdasarkan permintaan Nathan, karena ia benci bertemu kerumunan saat makan.

“Terimakasih, Mbak.“ ucap Ayunda sopan.

“Sama-sama, silahkan.“ ucap Hostess tersebut.

Nathan, dan Ayunda segera masuk kedalam private room Restaurant itu. Di dalam sana sudah ada makanan lengkap karena Ayunda sebelumnya memesan agar, makanan sudah siap dihidangkan saat ia sampai disana.

Nathan, dan Ayunda pun duduk saling berhadapan.

“Kali ini apa lagi?” tanya Ayunda menelisik wajah Nathan.

Nathan mendengus kesal

“Bukan apa-apa, makan saja sepuasmu. Hari ini benar-benar tulus dari hati, Saya yang paling dalam.” ucap Nathan.

Mata Ayunda berbinar senang,

“Benarkah?” tanya Ayunda semangat, ia bahkan mendadak lupa jika kepalanya sedang pusing dan matanya mengantuk.

Nathan menganggukan kepalanya mantap.

“Tentu saja.” sahut Nathan.

“Baiklah, Saya akan sangat menikmati makanan ini,  sudah deal ya. Bapak, tak meminta imbalan apapun untuk makanan ini.“ ucap Ayunda dengan penuh semangat.

Ujung bibir Nathan tertarik sedikit melihat tingkah Ayunda.

“Hmmm.“ sahut Nathan seraya mengangguk kecil seakan dirinya cuek.

Ayunda tersenyum manis, lalu mulai melahap dan menikmati satu-persatu makanan yang ada didepannya.

Nathan menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis,“Dia makan sebanyak itu namun badannya masih tetap kecil. Haahhh lebih baik aku mengajaknya makan diluar kantorsetiap hari saat jam makan siang, dari pada aku harus melihatnya makan dikantin dan tertawa bersama karyawan lelaki lain.“ batin Nathan senang.

Itulah alasan Nathan mengajak Ayunda untuk makan diluar Kantor, melihat Ayunda makan di Kantin dan tertawa bersama, Pria lain membuat hati Nathan memanas.

Nathan sadar jika 6 tahun bersama, Ayunda berkomunikasi, bertemu, bahkan selalu membangunkannya setiap pagi membuat Hati Nathan goyah. Ia goyah untuk tak mencintai wanita lain lagi selain mendiang sang istri, melihat kepolosan Ayunda dan kedekatan Ayunda dengan Alson membuat Nathan menaruh hati kepada Ayunda. Namun rasa takutnya lebih besar dari pada rasa sukanya.

Bagi Nathan ini sudah cukup baginya, melihat Ayunda setiap hari, membangunkannya setiap Pagi, dan menyayangi Alson. Sudah cukup bagi Nathan, cukup Ayunda menjadi sekertarisnya.

“Ahh, Saya kenyang sekali.” ucap Ayunda sembari mengusap perutnya.

Nathan terkekeh geli,

“Bagaimana tak kenyang? Kau, bahkan menghabiskan setengah dari makanan ini.“

Ayunda nyengir tak berdosa,

“Sekali-sekali mumpung gratis tanpa imbalan, ya gak sih? Hahaha! “ ucap Ayunda tertawa senang.

Nathan menggelengkan kepalanya dan tersenyum kecut.

Mereka berdua memilih untuk bergegas pergi dan balik ke kantor sebelum jam makan siang usai, meski Nathan adalah seorang CEO ia ingin menjadi contoh teladan yang baik maka dari itu ia sangat disiplin.

Selama diperjalanan Nathan, dan Ayunda mulai berbincang, tak ada keheningan diantara mereka.

“Alson bilang padaku jika, Kau mengajarkannya bermain piano, Alson ingin duet denganmu. Lagu yang kamu minta sudah bisa ia mainkan.“ ucap Nathan.

Wajah Ayunda berbinar,

“Benarkah?” tanya Ayunda meyakinkan.

Nathan mengangguk,

“Sejak kapan kau bisa bermain piano? “ tanya Nathan menelisik.

“Aku belajar baru-baru ini tujuannya ya untuk mengajari, Alson hahaha! Aku rasa dia menyukai musik.“ ucap Ayunda tersenyum membayangkan ia akan berduet dengan Alson.

Nathan tertegun,

Dia berlatih piano hanya untuk mengajari Alson? “ batin Nathan bertanya-tanya.

“Aku tak sabar ingin bernyanyi dengannya." sambung Ayunda dengan bahagia.

Nathan terdiam dan pikirannya melayang, Ayunda benar-benar membuatnya bingung. Bingung memilih antara rasa untuk mendiang sang Istri atau rasa untuk Ayunda.

Saat keheningan kembali tercipta didalam mobil. Dering Ponsel Ayunda berbunyi, Ayunda segera merogoh ponselnya di dalam tas miliknya.

“Hallo, Mah!“ sapa Ayunda via telepon.

“Hallo, Gek Ayu, lagi ada dimana?“ sapa sang Mama.

“Gek sedang dalam perjalanan menuju kantor mah, barusan baru saja makan siang.Ada apa mah?“ tanya Ayunda.

“Oh syukurlah kalau sudah makan, kamu sehat kan? Kapan pulang? Mama, dan Papa sudah merindukanmu nak. Jangan bekerja terlalu keras, kamu sudah memberikan yang terbaik untuk kami. Rumah yang kamu bangun dikampung untuk Mama dan Papa juga sudah berdiri kokoh. Semua pemberianmu sudah cukup, Mama dan Papa merindukanmu, Nak! “ cercah Mama Dewi.

Ayunda tertegun, ada rasa sesak didadanya jika Mamanya dan menelpon memintanya untuk pulang. Mengingat kilas kehidupannya sebelum berada dititiknya saat ini, semua adalah sebuah rasa sakit. Namun ia bersyukur, ia mampu memutar rodanya.

“Nanti akan Gek kabari yah, Mah. Nanti sambung telepon saat Gek pulang kerja nanti.“ ucap Ayunda.

“Nggih, Gek, semoga kamu bisa membuka hatimu untuk pulang dan memaafkan, Papa. “ ucap Mama Ayunda.

Ayunda segera mengakhiri panggilannya, Ia mencoba menahan air matanya agar tak terjatuh dan mengalir, Ia menatap jalanan dengan senyum yang sengaja ia buat untuk mengusir rasa sedihnya.

“Ada apa? “ tanya Nathan.

Ayunda segera menoleh ke arah Nathan, Ayunda tersenyum manis,

“Ahh tak ada, Mama hanya bertanya keadaanku saja“.

“Ohh.“ ucap Nathan seraya mengangguk.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status