Nathan telah masuk lebih dulu kedalam ruangannya, terlihat disana sudah ada Mr.Paul yang tengah menunggunya. Ayunda memilih pergi ke Pantry terlebih dahulu, untuk menyiapkan beberapa cemilan ringan dan kopi untuk Nathan dan Mr Paul.
Tok tok tok
Ayunda mengetuk pintu rungan Nathan dan membukanya perlahan,
“Excusme,“ sapa Ayunda dengan sopan, tangan kirinya memapah nampan yang berisikan Kopi dan Cemilan.
Mr Paul dan Nathan menoleh dan mengangguk, mempersilahkan Ayunda untuk masuk.
“Good morning, Mr Paul, Good morning, Mr Nathan.” sapa Ayunda kembali sembari berjalan mendekati Nathan dan Mr Paul yang tengah berbincang mengenai kerja sama bisnis mereka kedepannya.
“Good morning, Ms Ayunda. How are you today?“ sapa Mr Paul dengan nada gembiranya.
Ayunda meletakkan kopi dan cemilan di meja dekat sofa tempat Nathan dan Mr Paul duduk.
“I’m excellent, Mr Paul, I Apologize for making you waiting so long. But this coffee and this snack will make you better! Please enjoy.“ ucap Ayunda tersenyum lalu menunduk hormat.
“Hahaha no worries pretty, it’s okay. You always do the best for your, Bos right? Mr Nathan, was so lucky to having you as his, Secretary.” ucap Mr. Paul memuji Ayunda.
Ayunda tersenyum manis dan mengangguk, mengekspresikan rasa terimakasihnya kepada Mr Paul, Ayunda masih berdiri sembari memegang nampan yang sebelumnya ia gunakan untuk membawa kopi dan cemilan.
“Yeah you right, Mr Paul, i’m the lucky one to having her as my, Secretary. She is so smart and skillful.” ucap Nathan membuka suaranya setelah sebelumnya hanya terdiam dan menyeruput kopi.
“We’re know that all. Ms Ayunda’s very famous in Bussiness world but one more thing that you forget, Mr Nathan, Ms Ayunda is so pretty right? Hahaha she can be your moodbooster everyday. “ ucap Mr Paul sembari tertawa girang.
Nathan tersenyum tipis sembari menyeruput kopinnya, sedangkan ayunda tersenyum manis kepada Mr Paul.
“Your praise are too much, Mr Paul but thank you for your compliments. Well please continue your discussion, i will be back to continue my work.” ucap Ayunda lalu menundukkan badannya, memberi hormat kepada Nathan dan rekan bisnisnya.
“Thank you, Ms Ayunda, uhmm i just want you to remember this. If one day you feel bored working with Abraham’company, just call me i will give you a good position in my Company.” ucap Mr Paul penuh harap.
Mata Nathan melebar terkejut atas ucapan Mr Paul yang begitu berani.
“Wahh berani sekali, Pak tua ini.” batin Nathan mendengus kesal.Ayunda tersenyum “ Thank you, Mr Paul, i’ll never forget that!“ seru Ayunda.
Ayunda pun segera pergi meninggalkan ruangan Nathan setelah Ayunda meminta izin kembali, Ayunda membiarkan Nathan berbincang dengan Mr Paul. Ayunda mulai duduk di kursi kebesarannya, meja yang letaknya persis didepan ruangan Nathan. Ia menyalakan komputernya dan mengecek file-file, email dan segala sesuatu yang menjadi tugasnya.
Ayunda Gita Maheswari memang seorang sekertaris yang handal dan cekatan, Ayunda juga selalu mendapat penghargaan sebagai Sekertaris terbaik sepanjang tahun dalam acara Bussiness Award yang diadakan setiap tahun. Karena itulah banyak perusahaan yang menawarkan Ayunda gaji tinggi dan posisi yang tinggi pula. Namun Ayunda dengan sopan menolaknya, Ayunda memilih untuk mengabdikan dirinya menjadi sekertaris Nathan. Jika bukan karena ajaran-ajaran dari Nathan, Ayunda takkan bisa menjadi sekertaris yang hebat seperti sekarang. Begitulah pikir Ayunda.
*****Setelah Mr Paul sudah selesai berbincang dengan Nathan, ia pun bergegas pergi ke Bandara untuk kembali ke UK. Mr Paul tak lupa berpamitan dengan Ayunda, ia memberikan kartu namanya untuk Ayunda. Mr Paul sangat berharap jika Ayunda menerima tawarannya.
Ayunda menerima kartu nama itu dengan senyum ramahnya, tak lupa ia berterimakasih kepada Mr Paul dan akan menghubungi Mr Paul kembali jika Ayunda berminat.
Bunyi telepon disamping komputer Ayunda berdering, Ayunda segera mengangkatnya namun matanya masih fokus pada layar computer didepannya.
“Ayunda’s speaking ma-“ ucap Ayunda terpotong.
“Masuklah keruanganku dan bacakan agenda hari ini.“ ucap Nathan lewat sambungan telepon..
Mata Ayunda langsung menoleh ruangan yang tepat berada di didepan mejanya, kaca besar ruangan Nathan yang sengaja tidak ditutupi tirai saat jam kerja membuat Ayunda mampu menatap Nathan dengan jelas. Terlihat Nathan yang tengah duduk di kursi kebesarannya sembari tangan kirinya memegang telepon dan matanya menatap Ayunda, tangan kanan Nathan bergerak menunjuk matanya dan berdalih menunjuk mata Ayunda.
Ayunda tersenyum kecut,
“Baik, Pak," ucap Ayunda lalu menutup telepon.
Ayunda segera mengambil tab disamping komputernya lalu berdiri dan berjalan menuju ruangan Nathan
Tok tok tok
Ayunda mengetuk pintu ruangan Nathan.
“Masuk.“ suara tegas Nathan terdengar.
Ayunda segera membuka pintu dengan perlahan, Ayunda masuk kedalam ruangan Nathan dan tak lupa menutup pintu ruangan Nathan kembali.
Ayunda segera berjalan mendekati Nathan yang tengah duduk di kursi kebesarannya sembari menatap serius komputer didepannya.
“Selamat pagi, Pak Nathan,” ucap Ayunda menyapa.
Nathan mengangguk,
“Hmm, bacakan agenda hari ini.” ucap Nathan acuh.Ayunda mengangguk dan segera membacakan Agenda kerja Nathan hari ini dengan teliti.
Agenda hari ini tidak terlalu padat, Ayunda sudah membayangkan bisa pulang lebih cepat dan tertidur karena matanya masih benar-benar mengantuk.
“Apa yang diberikan si tua itu padamu tadi? “ tanya Nathan ketika Ayunda telah selesai membacakan agenda kerjanya.
“Hanya sebuah kartu nama,” saut Ayunda dengan tenangnya.
Nathan mengangguk, dan tak ingin bertanya lebih banyak meski ada rasa ingin tau yang besar dalam hatinya namun ia terlalu gengsi untuk bertanya lebih jauh.
“Makan siang hari ini aku ingin seafood, kamu bisa booking lebih dulu di Restaurant biasa,“ ucap Nathan.
Ayunda mengangguk,
“Baik, Pak, apa bapak akan bertemu dengan seseorang diluar? Agar saya lebih mudah mereservasi tempat untuk berapa orang?” tanya Ayunda.“Tidak ada pertemuan siang ini, reservasi untuk dua orang. Saya ingin makan siang bersama dengan kamu,“ ucap Nathan.
Ayunda memincingkan matanya kepada Nathan, menelisik bantuan apa yang Nathan perlukan hingga tiba-tiba ia ingin mentraktir Ayunda makan siang.
Melihat pandangan curiga Ayunda membuat Nathan mendengus kesal. “Jangan curiga yang aneh-aneh, saya hanya ingin mengajakmu makan siang dan saya tidak meminta imbalan apapun.”Ayunda menghela nafasnya.
“Baiklah, kalau begitu saya kembali ke meja kerja. Saya akan saya booking kan tablenya sekarang.”Nathan mengangguk.
"Ya.” ucapnya singkat.“Permisi,” ucap Ayunda lalu melenggangkan kakinya untuk keluar ruangan Nathan.
Bukannya berburuk sangka, namun 6 tahun bahkan akan memasuki tahun ke-7 mengenal seorang Nathan, Ayunda tentu sudah tau persis bagaimana Nathan. Meski sering makan siang bersama, namun biasanya mereka akan menghabiskan waktu makan siang bersama di ruangan Nathan dengan bekal yang Ayunda bawa atau memesan dari luar.
Jam menunjukan pukul 12.00 siang artinya, aktivitas kerja dipending sementara dan dipergunakan untuk mengisi perut ataupun beristirahat.Nathan membuka pintu ruangannya dan berjalan menuju meja kerja Ayunda,“Ayo makan Siang!“ ajak Nathan.Ayunda mengangguk lalu mengambil tasnya yang berisikan ponsel, dompet, dan semua alat-alat makeup wanita. Mereka berdua berjalan beriringan, karyawan yang berlalu lalang hendak ke kantin ataupun makan diluar kantin menyapa Nathan dan Ayunda. Memberi mereka berdua hormat dengan membungkukkan setengah badannya.Ayunda menganggukan kepalanya dan tersenyum kepada karyawan yang menyapanya, sedangkan Nathan memilih acuh dan berjalan mantap tanpa memperdulikan sekitarnya.Nathan dan Ayunda sudah berada di depan dilobby, mobil mereka masih terparkir dengan baik didepan lobby. Ayunda hendak masuk kedalam kursi kemudi tiba-tiba dicekat oleh Nathan .“Aku yang akan mengemudi, kamu duduklah dikursi p
Dentingan ponsel Ayunda berbunyi, membuat fokusnya didepan komputer teralihkan. Ayunda sudah melanjutkan pekerjaannya setelah makan siang bersama Nathan tadi. Saat karyawan lain sudah pulang dan beristirahat, Ayunda masih sibuk berkutat dengan komputer didepannya dan menunggu bosnya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Ayunda mengecek ponselnya, ternyata ia mendapat pesan dari Mama Dewi.Mama Dewi mengirim beberapa foto rumah yang telah rampung, rumah yang Ayunda bangun dari hasil jerih payahnya sendiri. Rumah besar dengan 3 lantai itu sangat indah, lengkap dengan garase dan terdapat 3 mobil didalamnya. Mobil-mobil itu juga merupakan jeri payah Ayunda selama merantau di Jakarta. 6 tahun bekerja sebagai Sekertaris di perusahaan besar dengan gajih yang cukup fantastic, bahkan bonus-bonus yang diberikan Nathan untuk Ayunda juga sangatlah besar. Tak heran jika gajih Ayunda perbulan bisa mencapai 8 digit.Ayunda menitihkan air matanya, perjuangannya membuahkan hasil.&l
06.00 PagiDering alarm pada ponsel Ayunda berbunyi dengan sangat nyaring membuat Ayunda seketika bangun dari tidurnya. Setelah kejadian malam kemarin, Ayunda langsung membersihkan dirinya dan tertidur. Tak ada acara makan malam yang di rencanakan Nathan sebelumnya, karena Nathan sendiri juga tak turun dari kamarnya.Ayunda mengerjapkan pandangannya, lalu berdalih mengambil ponselnya dan mematikan alarm pada ponselnya. Ayunda meregangkan badannya, dan seketika ia tersadar jika tengah berada di kamar tamu keluarga Abraham. Ayunda kembali mengingat kejadian kemarin malam, saat dirinya dan Nathan didalam mobil kejadian yang hampir saja membuat dirinya dan Nathan berdosa. Wajah Ayunda memerah , ia sangat malu dengan dirinya sendiri.Ayunda menggelengkan kepalanya seraya menepuk pipinya dengan sangat keras,“Ahh tidak-tidak. Bagaimana bisa aku memikirkan kejadian kemarin malam?” gumam Ayunda pada dirinya
"Selamat pagi, Nyonya dan Tuan Abraham.“ sapa Ayunda yang sudah berdiri di meja makan keluarga Abraham.Ayunda menarikkan satu kursi untuk Alson,“Terimakasih, Ma!“ ucap Alson tersenyum.Ayunda mengangguk tersenyum dan membelai lembut rambut putranya.“Selamat pagi, Ayunda, bergabunglah sarapan bersama kami.“ ajak ibu Sisilia.Ayunda terdiam.“Duduklah, Nak. Bergabunglah bersama kami untuk sarapan.“ sambung papa Haris.Ayunda tersenyum canggung, ia tak berani mengiyakan permintaan Tuan, dan Nyonya Abraham ini.“Duduklah, kita sarapan bersama.” suara bariton Nathan terdengar, ia baru saja turun dari lantai 2.Ayunda yang awalnya ragu untuk sarapan bersama keluarga Abraham pun setuju untuk sarapan bersama, ia memang tak berani mengiyakan sebelum Nathan memberi izin. Ayunda duduk disamping Sisilia, dan Alson. Alson sangat senang melihat Ayunda yang ikut bergabung untuk s
Jam sudah menunjukan pukul 1 siang, didalam ruangan Nathan masih fokus dengan beberapa dokumen yang harus ia kerjakan. Diluar ruangan pun sama Ayunda tengah sibuk dengan komputer didepannya. Ponsel Ayunda berdering nyaring, hingga mau tak mau Ayunda harus mengangkatnya. Ayunda langsung mengangkat begitu saja tanpa melihat siapa yang tengah menghubunginya.“Hallo, selamat siang. “ ucap Ayunda sopan, ponselnya ia loadspeaker agar ia bisa menelpon sembari bekerja.“Hallo, Yun, ini saya. Saya sudah dikantor, saya tunggu kamu dibasemant ya. Saya malas naik keatas.” ucap Sisilia.Ayunda membulatkan matanya, ia langsung melihat kontak nama panggilan yang tengah menelponnya.“Oh, Tuhan. Hampir saja lupa!” batin Ayunda terkejut.“Iya, Nyonya, saya akan segera turun kebawah. Maaf lama menunggu, Nyonya.“ ucap Ayunda sopan, ia merasa tak enak hati kepada Sisilia.“Tak apa,
Setelah mendapatkan obat maag milik Nathan didalam tasnya, Ayunda segera berlari menuju ruangan Nathan dan segera membuka ruang rahasia yang berada dibalik tembok meja kerja Nathan. Tembok besar itu bisa berputar jika didorong dan akan terlihat kamar pribadi Nathan, yang sering Nathan tiduri jika ia lelah dan lembur.“Pak Nathan!” pekik Ayunda dengan wajah khawatirnya ketika melihat Nathan yang terbaring seraya meringis memegangi perutnya.Ayunda segera mendekati Nathan,“Dimana sakit, Pak?“ tanya Ayunda dengan kecemasan dihatinya.“Perut saya sangat perih, Yun. “ ringis Nathan seraya memegang perutnya.Ayunda segera duduk di tempat tidur king size itu dan membawa kepala Nathan untuk berbaring dipaha Ayunda,“Apa kau tidak makan siang, Pak?” tanya Ayunda khawatir sembari mengelus perut Nathan dengan lembut.“Kau yang meninggalkan saya.” ucap Nathan meringis namun dibalik itu
Dentingan piano yang indah terdengar nyaring, meski sesekali masih ada kesalahan dimainkan oleh Alson Ksatria Abraham. Ayunda dan Alson tengah belajar bermain piano, Alson mencoba kunci lagu yang diberikan Ayunda. Ditonton oleh Tuan Haris, Nyonya Sisilia dan tentunya Nathan yang menyaksikan kedekatan Ayunda dan Alson yang selalu membuat mereka bahagia.“Aku masih belum bisa, Mah, maaf membuatmu kecewa.“ ucap Alson bersedih. Alson menghentikan gerakan tangannya diatas piano. Menyadari dirinya terus-terusan salah menekan kunci piano membuat Alson kecewa pada dirinya sendiri.Ayunda tersenyum dan membelai lembut rambut Alson,“Kau sudah sangat hebat, Son. Alson kan baru saja belajar 3 kali tapi ini sudah luar biasa sekali. Kamu harus berusaha lebih giat lagi, Mama, benar-benar ingin berduet denganmu.“Alson tersenyum dan mengangguk senang mendengar ucapan Ayunda yang selalu memberinya semangat,“Tentu,
Mobil Nathan berhenti tepat di Apartement Ayunda, Ayunda melepas seatbelt mobilnya.“Terimakasih, Pak Nathan, jangan lupa untuk bangun pagi besok.“ ucap Ayunda mengingatkan Nathan.“Sudah tenang saja, kau cepatlah masuk kedalam dan beristirahat.” saut Nathan seraya mendorong pelan tubuh Ayunda agar segera keluar dari dalam mobil.“Baiklah, saya pergi.” ucap Ayunda lalu segera membuka pintu mobil dan keluar dari dalam mobilnya.Nathan segera memutar mobilnya dan dengan kencang mobilnya keluar dari komplek Apartement Ayunda. Ayunda memincingkan matanya melihat Nathan yang tidak seperti biasanya, malam ini Nathan terlihat tergesa-gesa apalagi tidakada dokumen atau kerjaan apapun lagi. Jarak antara komplek apartement Ayunda dengan jalan raya hanya beberapa meter saja hingga Ayunda mampu melihat aktivitas di jalan raya.Ayunda terbahak-bahak ketika melihat dari depan Apartement nya mobil yang di kendarai Nathan berhen