Satu jam sudah Ainul bercerita tentang semuanya. Tak ada satu cerita pun yang di lewatkan oleh Ainul. Awal mula cerita tentang Marko dan ancaman Marko hingga Ainul bisa terjebak dalam kehidupan malam MArko.Adzan terdiam sesaat. Ia mencari solusi yang tepat dan cara untuk bicara denagn baik tanpa menimbulkan masalah baru bagi Ainul."Jadi benar itu anak Marko?" tanya Adzan pada AInul yang mengangguk pasrah sambil menunduk.Kedua mata Ainul sudah basah dan tak bisa lagi membendung air mata itu. Adzan memebrikan sapu tangannya kepaad Ainul."Ini ... Hapuslah air mata kamu. Jangan bersedih Ainul. Semua yang sudah terjadi itu adalah takdir. Sekarang bagaiaman kita menyikapi maslaah itu sebagai ujian dan pendewasaan. Ada Kakak, kita bisa cari solusi bersama. Kamu sekarang maunya gimana?" tanya Adzan pada Ainul.Ainul sedang menghapus air matanay dan cairan dari hidung yang keluar begitu saja. Lalu mengangkat wajahnya dan menatap Adzan dengan malu. Wajaah Ainul sudah memerah karena menahan
"Umi kenapa sih, Kak?" tanya Ainul pada Adzan yang sambil mencuci piring. Adzan sedang mengelap meja makan dan menutup smeua sisa makanan denagn tudung saji."Umi cuma lelah aja. Cepat Ainul, kamu juga harus istirahat terus belajar. Besok hari terakhir ujian. Kmau harus semangat," titah Adzan lalu menyapu ruang makan dan menyeruknya dan membuang sampah."Iya Kak. Oh ya, Memang Kakak mau ke Mesir juga?" tanya Ainul lembut sambil mencuci tangannya setelah selesai mengerjakan tugasnya."Iya. Biar mimpimu kamu tidak terhenti," ucap Adzan kemudian lalu membuatkan susu untuk Ainul.Adzan memberikan susu itu pada AInul dan menyuruhnya cepat masuk ke dalam kamar. Adzan juga masuk ke dalam kamarnya dan belajar untuk hari terakhir ujian.***Pagi ini, suasana rumah sudah kembali seperti biasa. Pinka dan Sean hanay membeli makanan dari ujung gang rumahnya. Hari ini, Sean ingin memanjakan istrinya agar tidak memasak dan membiarkan membeli semuanya."Tumben makanannya begini," ucap Fatima menatap
Itulah Adzan. Lelaki pemberani dan kuat yang tak akan menyerah dalam situasi apapun. Adzan adalah lelkai yang menjaga harga diri keluarganya. Baginya keluarga adalah prioritasnya. Barang siapa yang mengganggu keluarganya, maka akan berhadapan dan berurusan dengan dirinya.Adzan sudah mematika mesin motornya dan turun masuk ke dalam gedung tua. Disana terlihat Marko sedang bersantai dan minum -minuman keras bersama komplotannya."Marko!! Kamu apkan Ainul!!" ucap Adzan dengan suara yang begitu keras dan lantang. Adzan masuk ke dalam gedung sendirian. Reza dan teman -temannya bersembunyi di tempat lain sesuai arahan Adzan tadi.Marko meletakkan botol minumannya di atas meja dan bangkit berdiri untuk melihat siapa yang memanggil namanya dengan berani. Kedua matanay menyipit dan emnatap tajam ke arah Adzan."Kamu? Adzan bukan?" tanya Marko dengan suara tak kalah lantang.Sebagai pemimpin genk motor, Marko tak boleh terlihat lemah didepan anak buahnya. Apalagi yang datang adalah orang asing
Terdengar anak kunci pintu depan rumahnya berbunyi setelah tadi Zella mendengar suara deru mobil milik marcell, suaminya. Zella menatap ke arah jarum jam yang menunjuk ke arah pukul dua belas malam. Zella memilih diam dan mendengarkan.Sudah beberapa bulan ini, Zella selalu mendapati suaminya pulang bersama wanita malam yang di ajak tidur di rumahnya. Mereka menggunakan kamar utamanya untuk bercinta. Mulai sejak itu, Zella memilih pindah kamar dan menempati kamar tamu yang berada tepat di smaping kamar tidur pribadinya bersama Marcell.Zella hanya mengintip dari sela -sela pintu yang ia buka sedikit saja untuk melihat suaminya sedang bersama wanita yang mana."Marcell ... Rumahmu panas sekali, aku kepanasan," ucap wanita itu penuh manja dan membuka jas kerjanya dan diletakkan secara asal di atas meja."Kau yakin? Rumah sebesar ini masih membuatmu panas dan tak ada oksigen untuk kau hirup?" tanay Marcell pada Luna, mantan kekasihnya dulu.Tatapan Luna begitu menggoda dan selalu membuat
Semalaman Zella tak menutup mata dan melihat fokus kebiadaban suaminya yang terus menggenjont ena -ena bersama Luna, mantan kekasihnya. Tak hanya itu saja, Zella dianggap sebagai penyebab karena mereka tak memiliki anak.Marcell yang sudah berkali -kali klimaks pun akhirnya menyudahi pertarungan panas ini pada Luna. Luna sendiri sudah terlihat lelah dan lemas sekali. Selama satu malam, mereka sudah menyelesaikan lima ronde dalam waktu lima jam secara terus menerus tanpa henti. Marcell adalah lelaki hiperseks yang sangat kuat sekali."Lelah? Hanya segitu kekuatanmu, Cell? Ku pikir kamu kuat, ternyata tidak," goda Luna yang menghapus peluh Marcell yang sedang mengatur napasnya sambil menatap heran pada Luna."Kamu sedang mengejekku, Luna? Kamu anggap aku lelaki tak berdaya? Atau kamu ingin ku habisi hingga kakimu lemas tak bisa berjalan? Hemmm?" ancam Marcell menatap Luna dengan tak suka. Luna mengecup pipi Marcell dan memeluk lelaki yang terlihat sangat kelelahan."Maaf sayang ... Aku
Zella berdiri di belakang pintu sambil mengontrol kembali napasnya yang sedikit memburu karena terkejut dengan perlakuan Marcell. Jangan sampai dirinya terjebak oelh lelaki macam Marcell. Perceraian adalah keputusan akhir yang akan di ambil Zella tepat di hari anniversarynya."Zella!! Buka Zella!!" teriak Marcell dari arah luar sambil mengetuk keras pintu kamar Zella.Zella terduduk di belakang pintu kamaranya dan menangis sejadi -jadinya. Ia teringat kata -kata Kakeknya saat itu."Queen ... Kamu harus menikah dengan Marcell. Sebab, kalau tidak, maka sia -sialah semua investasi kakek disana." Begitulah pesan Kakek pada Zella yang selalu memanggil namanya dengan sebutan Queen."Tenang Kek. Zella ambil semua apa yang nejadi hak Kakek. Biarkan Zella lepas dari lelaki yang tak pernah bersyukur dan tamak ini," ucap Zella lirih sekali.Suara Marcell masih terus mengetuk keras pintu itu dan sesekali menendang pintu kamar Zella dengan kasar. Tak lama, Marcell pun berhenti berteriak dan mengge
"Ohhh ... Aku pikir apa?" ucap Arka pelan.Zella masih menggendong Gea sambil menepuk -nepuk bokong gadis kecil itu penuh kasih sayang.Sesekali, Zella menatap jam tangannya untuk melihat waktu saat ini. Besok adalah acara anniversarynya, jadi usahanya tidak boleh gagal sama sekali. Perusahaan yang baru ia rintis juga tidak boleh di ketahui oleh Marcell, suaminya."Kenapa? Kamu kayak gelisah? Kalau sibuk, silahkan pulang duluan, biar Gea aku gendong," ucap Arka pada Zella."Gak apa -apa? Aku ada perlu soalnya," ucap Zella merasa tak enak."Gak apa -apa. Gea itu putriku, jadi tak masalah. Aku sudah biasa mengurusnya sendiri sejak Gea bayi," ucap Arka penuh keyakinan."Mengurus sendiri? Istrimu?" tanya Zella dengan cepat karena penasaran.Arka memejamkan kedua matanya sebentar dan membuka kedua matanya kembali. Rasanya malas untuk membahas istrinya yang menurutnya sangat tidak baik itu. Bisa -bisanya ia meninggalkan bayinya sendiri di rumah sakit setelah melahirkan dan pergi entah keman
Hari yang di tunggu akhirnya tiba. Acara segera akan du mulai. Para tamu undangan juga telah hadir memenuhi hall room hotel tersebut. Alunan musik akustik pimpinan Arka juga menampilkan persembahan yang sangat memukau para tamu undangan.MC acara sudah mulai membuka acara dengan sambutan salam. Azela nampak duduk manis dengan balutan pakaian hitam yang elegan dengan manik mengkilau. Riasan Azela juga nampak sangat berbeda dari biasanya. Malam ini Azela memakai MUA agar dirinya terlihat sangat cantik. Marcell juga telah datang dan duduk di samping Azela. Aluna, kekasih Marcell juga berada tak jauh dari Marcell dengan senyum sumringah berkumpul dengan keluarga besar Marcell termasuk Opa MArcell.Marcell memperkenalkan Aluna sebagai sekertaris hebat yang memiliki multi talenta. Konisi perusahaan yang sdeang tidak baik -baik saja berhasil di manipulasi oleh Aluna agar terlihat baik dan hebat.Setengah jam kemudian, Azela dan Marcell maju ke depan untuk memotong kue tart anniversary mereka