Ratu Zela Puspita alias Queenze, memilih pergi dari rumah demi mentalnya sendiri yang setiap hari harus melihat suaminya membawa wanita malam dan melakukan hubungan terlarang di depan kedua matanya. Tanpa ada rasa malu, Marcell membuka kamar tidurnya dan melakukan hubungan terlarang dengan para wanita malam yang ia sewa setiap hari secara bergantian. Tepat di hari ulang tahun perkawinan pertamanya, Zela memutar video tentang aib suaminya pada semua orang hingga Marcell malu dan langsung menalaknya serta mengusir Zela dari rumah mewah itu. Lalu bagaimana nasib Zela selanjutnya?
View More"Jangan berteriak. Gedung ini sudah di kepung dan tersisa hanya kita berdua. Mau berteriak sekears apapun, kamu tidak akan bisa lari dari kenyataan ini," ucap Sean denagn senyum smirknya.Dengan cepat Sean melepas dress milik Pinka hingga tubuh mungil dan polos Pinka terlihat jelas di depan mata Sean. Ini bukan kali pertamanya Sean menatap indah tubuh Pinka, dan terulang kembali kejadian kemarin dan Sean terpesona kembali dengan lekukan tubuh indah itu.Gulungan daging penuh urat itu terus mengembang sempurna tegak lurus. Iman Sean kalah dengan sensasi luar biasa ini. Sean terkenal sebagai lelaki tegas, galak, dingin dan sangat kaku. Ia sudah biasa mengambil kesempatan seperti ini untuk mengecoh lawannya. Tapi, entah kenapa di depan Pinka ia begitu berani membuka semua tubuhnya tidak seperti pada wanita lain yang ingin ia tangkap.Awalnya Sean hanya ingin memberikan pelajaran pada Pinka, tapi ia sendiri malah terjebak pada cinta pandangan pertama pada sang purel cantik.Pinka sudah di
Pinka berdiri di dekat jendela dan menatap ke arah bawah. Sudah banyak orang di sana. Ia melihat Sean seperti sedang menatap dirinya dari bawah. makin lama suara berisik itu makin terdengar dari lantai tempat Pinka berada."Angkat tangan semuanya!! Jangan sampai ada yang berusaha melarikan diri!! Maka akan di tembak hidup -hidup," ucap seseorang yang sepertinya anggota kepolisisan seperti Sean.Semua orang seperti menurut dan berjalan mengikuti langkah polisi itu karena jelas terdengar dari hentakan alas kakinya yang mengenai lantai raungan tersebut.Pinka kembali menatap ke bawah dan Sean sudah tidak ada di sana. Pinka mengedarkan pandangannya dan mencari tempat untuk bersembunyi. Pinka langsung masuk ke dalam lemari kayu yang dan menutup pintunya sambil terduduk di bawah mendekap kedua kakinya. Ia tidak mau tertangkap oleh polis -polisi itu yang sedang mencari wanita malam pekerja seks untuk di masukkan ke dinas sosial. Jangan sampai Pinka ikut masuk ke dinas itu. Lebih baik ia sege
Sean melepas bibirnya yang masih terus ingin bergerilya di dua gunung kembar yang menggemaskan itu. Kini, bagian bawah Sean sudah tak lagi bisa menahan. Celana hitam yang di pakainya mulai terasa sesak. Rudal beruratnya sudah menyembul dari ujung celana dalamnya dan mengenai resleting celana hitam di bagian dalam.Sean menatap Pinka yang masih tersenyum senang menerima kenikmatan yang membuatnya tak ingin di hentikan."Kenapa kak?" tanya Pinka lirih."Gak apa -apa kamu memang luar biasa, Pinka," ucap Sean penuh nafsu. Napasnya memburu dan terus bergairah menatap Pinka."Lalu ... Kenapa di hentikan?" tanya Pinka lirih."Hemmm ... Aku tidak menghentikan. Tapi aku ingin yang lain. Apakah boleh? Kamu tidak keberatan?" tanya Sean pada Pinka. Suaranya berat dan terasa menginginkan sekali.Tangan Pinka terulur dan meemgang wajah Sean yang tampan."Bukankah Pinka sudah bilang. Lakukan apapun yang Kak Sean inginkan pada Pinka, yang penting itu bisa membuat Kak Sean bahagia. Pinka terlalu menc
Seharian Pinka terkunci di dalam kamar yang ada di dalam Kafe Lupi. matahari mulai terbenam dan siang berganti malam. Pinka sudah tak memiliki tenaga lagi untuk berteriak dan emnangis sambil menggedor pintu kamar itu untuk meminta di buka. Sangat percuma, karena letak kamarnya di lantai paling atas, sudah tentu tidak akan ada yang mendengarnya kecuali memang ada tamu yang sedang ingin berkencan short time dengan gadis incarannya di dalam kamar.Pinka duduk di dekat jendela dan menatap ke arah bawah. Sejak siang ia melihat beberapa orang sedang menatap ke arah bangunan yang ada di jajaran Kafe Lupi."Itu Kak Sean?" ucap Pinka lirih.Dari tempat Pinka berada, Pinka bisa melihat keadaan di luar sana secara menyeluruh karena kamar Pinka terletak di ujung dan jelas bisa melihat bagian belakang bangunan Kafe Lupi.Deg ...Deg ...Deg ...Jantung Pinka berdetak terus terpacu membuat detaknya semakin cepat. "Apa yang Kak Sean lakukan di sini? Atau ada yang ingin ia lakukan?" batin Pinka terus
Dengan cepat Pinka berusaha membuka pintu mobil yang ada di sampingnya, namun tak berhasil karena pintu masih terkunci rapat. Pinka menoleh ke arah Sean yang sudah menginjak rem dan mengangkat rem tangan untuk memberhentikan mobilnya."Buka kuncinya. Pinka mau keluar," ucap Pinka dengan suara keras dan lantang. Pinka benar -benar kecewa pada Sean.ceklek ...Kunci pintu mobil sudah di buka dan Sean tak sedikit pun melirik ke arah Pinka yang nekat turun di tempat yang sepertinya tidak mungkin dia hapal.Pinka belum membuka pintu mobil itu, tiba -tiba gadis itu ragu setelah melihat daerah itu begitu sepi dan tak ada orang sama sekali."Katanya mau turun. Ayo cepat turun. Mumpung sepi, biar gak di kira orang aku yang buang kamu, padahal kamu minta turun sendiri," ucap Sean ketus."Hah!! Baik. Pinka turun. Dasar laki -laki batu!!" teriak Pinka emosi dan membuka pintu lalu turun dari mobil dan berjalan kaki mendahului mobil yang di kendarai Sean.Pinka terlihat sangat marah sekali, Pintu m
Sean mengulurkan tangannya ke arah Pinka untuk membantu gadis itu berdiri dan menarik tubuh Pinka untuk berdiri di belakang Sean.Sean menatap laki -laki yang tadi memaki keras Pinka hingga ketakutan."Ada masalah apa kamu dengan gadis ini," tanya Sean lembut.Lelaki itu tertawa sinis dan menatap tak suka pada Sean."Siapa kamu? Kenapa akmu peduli denagn pelacur itu? Dia itu pelacur!!" teriak lelaki itu tak lain Fatih denagn suara keras dan lantang."Siapapun dia, dan apapun profesinya, bukan kamu yang emnentukan dia baik atau buruk di mata kamu!! Paham!!" ucap Sean dengan tegas dan tatapannya begitu tajam ke arah bola mata Fatih. Tak ada rasa takut sedikitpun dari diri Sean untuk membela Pinka."Hah!! Apa dia sudah memberikanmu kepuasan?!! Sampai kau membelanya!!" tawa Fatih makin keras dan sengaja bersuara lantang untuk mempermalukan Pinka di depan umum.Bug!!Bruk ... Fatih terjatuh karena pukulan telak Sean yang membuat tubuhnya terhuyung tak seimbang dan jatuh.Sean memukul lela
Pinka sudah selesai mandi dan tubuhnya hanya memakai piyama handuk yang di berikan Sean tadi sebelum pergi. Sean berpamitan sebentar pada Pinka karena ada sesuatu yang harus di urus dan setelah ia kembali akan mengajak Pinka untuk makan bersama di restaurant hotel dekat lobby. Pinka menyetujui permintaan Sean. Pinka duduk menatap dirinya di depan kaca rias lalu menyisir rambut basahnya dengan sisir yang ada di atas meja.Tanpa sengaja tatapan mata Pinka menatap ke arah ID Card milik Sean. Pinka menatap lambang anggota salah satu kesatuan di negaranya."Kak Sean?" ucap Pinka lirih lalu kembali meletakkan ID Card itu saat ia mendengar suara kunci di putar dari luar dan itu pasti Sean. Pinka buru -buru duduk di kasur sambil mengibaskan rambutnya yang masih basah.Sean membuka pintu kamar hotel itu dan menatap Pinka yang terlihat cantik alami lallu menutup dan mengunci dari dalam. Sean membawa satu paper bag dan di letakkan di tempat tidur. Pinka menatap paper bag itu tanpa penasaran ing
Pinka menatap ke arah bawah. Pinka tidak tahu kenapa bisa ada di kamar Sean. Ini semua ulah Ayahnya, pasti Ayahnya tahu sesuatu.Pinka menggelengkan kepalanya pelan lalu melirik ke arah Sean yang menunggu jawaban Pinka."Aku tidak tahu Kak. Ayahku bilang, dia mendapatkan voucher gratis menginap di hotel Amarilis ini. Tapi ternyata di kamar ini ada orang alin selain Pinka, dan Ayah malah pergi," ucap Pinka polos dan jujur.Sean melempar pandangannya ke arah kafe Lupi yang berada di tempat target Sean. Ya, kawasan itu akan dilakukan penggerebekan karena sudah di kenal sebagai tempat transaksi obat haram sekaligus tranksaksi perdagangan wanitaTok ... Tok ... Tok ..."Pengantar makanan!!" teriak seseorang dari luar pintu kamar Sean.Pinka dan Sean menatap ke arah pintu kamar dansaling menatap. Pinka langsung membuang pandangannya ke arah lain menikmati kota kecilnya yang etrnyata indah bila di lihat dari ats seperti ini."Kamu tunggu disini. Jangan kesana," tegas Sean pada Pinka. Pinka m
Sean sudah selesai lebih dulu. Mengguyur semua tubuh dan kepalanya dengan air dingin. Sean harus bisa menahan hasrat ini dan tidak mengulang aktivitas mesum ini agar tidak melakukan lebih jauh lagiSean sudah memakai baju lengkap dan menelepon bagian resepsionis untuk memesankan beberapa makanan dan minuman. Sean mengambil handuk lain dan menyiapkan baju untuk Pinka pakai."Sudah selesai mandinya?" tanya Sean lembut yang masuk kembali ke dalam kamar mandi untuk melihat keadaan Pinka.Pinka termenung di dalam bathup, merasakan aromaterapi mint yang membuat tubuhnya semakin rileks."Sudah. Ini mau bilas. Bisa kamu keluar dulu?" ucap Pinka meminta. Kepala Pinka sudah mendingin dan bisa berpikir jernih. tubuhnya juga sudah lebih enak dan tidak terasa panas."Oke baiklah. Ini handuknya bisa kamu pakai. Lalu aku hanya ada kemeja ini. biar baju kamu di cuci dulu oleh OB di ruang laundry. Sementara pakai ini tidak apa -apa?" tanya Sean lirih."Iya gak apa -apa," jawab Pinka dengan suara ramah
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.