Suatu hari, Lyxia terlihat sendirian di dalam rumahnya. Ayah dan ibunya sedang pergi keluar untuk mengajar. Karena bosan, Lyxia lalu pergi keluar dari rumahnya dan kebetulan saja dari jauh, ia melihat dua orang penyihir tingkat atas yang sedang lewat agak jauh di depan rumahnya. Mereka berdua terlihat sedang membuka portal menuju ke dunia manusia.
Karena yang dapat membuka portal ke dunia manusia hanyalah para penyihir tingkat atas, Lyxia secara diam-diam, mengikuti kedua penyihir tingkat atas tadi, dan begitu mereka masuk ke dalam portal yang baru saja dibuat oleh salah satunya, Lyxia kemudian dengan cepat berjalan untuk masuk juga ke dalam portal itu. Ia lalu masuk ke dalam portal setelah kedua penyihir tadi sudah masuk terlebih dahulu.
Karena suara langkah kaki Lyxia sangat pelan, kedua penyihir itu tidak mendengar sama sekali bahwa ada yang mengikuti mereka dari belakang. Portal tersebut langsung menghilang ketika Lyxia dan kedua penyihir itu sudah masuk ke dalamnya.
Dunia yang asing, dunia manusia. Portal tersebut membawa Lyxia dan kedua penyihir tadi, di dalam sebuah hutan yang di mana sinar matahari dapat menembus seluruh pepohonan yang ada di sana. Ada sebuah sungai yang airnya jernih dan mengalir deras, namun tidak terlihat seorang manusia pun di sekitar situ.
Karena kagum atas keindahan alam dunia manusia, Lyxia lalu bergumam pelan, "Betapa indahnya..." namun, suara pelan Lyxia, membuat kedua penyihir yang berada di depannya, terkejut. Mereka berdua lalu menoleh ke belakang, dan sangat kaget ketika melihat Lyxia ternyata ada di belakang mereka.
Salah satu penyihir tersebut mendekati Lyxia, dan berkata, "Kau sejak kapan berada di belakang kami?! Sedang apa kau di sini? Apa kau mengikuti kami berjalan melewati portal barusan? Aduh, nanti orang tuamu tahu bahwa kau bersama kami, dan mereka akan memarahi kami. Sebaiknya kau kembali ke dunia penyihir, Lyxia!"
Namun, Lyxia sama sekali tidak mendengar ucapan penyihir tersebut. Ia justru masih terkagum-kagum atas pemandangan indah hutan itu, lalu bergumam lagi, "Bagaimana caranya membuka portal ke dunia manusia, aku ingin sekali bisa melihat pemandangan indah ini, kapanpun aku mau!"
Penyihir lainnya lalu mendekati Lyxia dan berkata, "Tidak mungkin. Kau masih penyihir kelas menengah. Hanya penyihir kelas atas saja yang bisa membuka portal menuju dunia manusia. Lagi pula, peraturan di sini sangat ketat. Kami tidak diperbolehkan menggunakan sihir di dunia manusia. Jika para manusia tahu ada penyihir yang masuk ke dunia mereka, mereka akan membakar kita. Para penyihir adalah musuh bagi manusia. Kami harus selalu berhati-hati. Sebaiknya kau kembali ke dunia penyihir sebelum orang tuamu mencarimu."
Lyxia menggelengkan kepalanya, lalu ia tiba-tiba saja memeluk erat lengan salah satu penyihir, sambil berkata, "Aku tidak ingin kembali dulu, aku masih ingin menikmati dunia ini. Indah sekali! Kumohon!"
Lyxia terus meminta, dan memohon agar kedua penyihir tersebut memperbolehkannya berkeliling dunia manusia.
Pada awalnya, memang keduanya tidak memperbolehkan Lyxia ikut, namun karena Lyxia sangat bersikeras, akhirnya salah satu penyihir itu berkata, "Baiklah, tapi kau harus tetap bersama kami. Jangan menghilang atau pergi tanpa sepengetahuan kami."
Lyxia sangat senang mendengarnya. Kedua penyihir tersebut akhirnya memperbolehkan Lyxia untuk mengikuti mereka dari belakang. Sambil berjalan, Lyxia juga sambil memandang seluruh alam di sekitarnya.
Karena penasaran, Lyxia mulai bertanya, "Kemanakah kita akan pergi?"
Salah seorang penyihir menjawab, "Kita akan pergi ke pasar. Manusia mempunyai banyak sekali barang yang mereka jual di pasar tersebut. Kebetulan, kami ingin sekali menikmati beberapa makanan dan minuman yang segar, dan di dalam dunia penyihir, tidak ada makanan dan minuman semacam itu."
Lyxia mengangguk walaupun ia belum mengerti benar maksudnya. Mereka bertiga lalu berjalan menyusuri sungai, dan setelah berjalan beberapa lama, mereka tiba di sebuah kota kecil. Tepat di tengah kota tersebut, ada pasar yang sangat ramai dikunjungi banyak orang.
Lyxia sangat terkagum-kagum, begitu ramai orang-orang di pasar yang terlihat sedang mengerjakan tugasnya masing-masing. Ada beberapa penjual dan pembeli yang sedang melakukan aksi tawar menawar untuk sebuah barang, ada juga anak-anak kecil yang berlarian, dan beberapa orang juga terlihat sedang membawa karung-karung besar masuk ke dalam sebuah kios sayur.
Lyxia terus mengikuti kemana pun kedua penyihir itu pergi sambil melihat-lihat barang yang menarik mata di sepanjang pasar, dan tidak lupa, mereka juga membeli beberapa barang yang mencuri perhatian mereka. Setelah tiba di depan sebuah kios sepatu, kedua penyihir tadi berhenti sejenak sambil melihat-lihat barang dagangan milik penjual sepatu.
Lyxia yang mulai merasa bosan mengikuti kedua penyihir ini, lalu menoleh ke kiri dan kanan, melihat banyak orang lalu lalang, dan tiba-tiba, seorang pria manusia dari kejauhan, mencuri perhatiannya. Pria tersebut berbadan kekar. Ia terlihat sedang membawa sebuah karung besar yang entah apa isinya, ke dalam sebuah kios milik pedagang sayur.
Lyxia langsung berjalan cepat menuju kios sayur itu dengan langkah perlahan sampai kedua penyihir tadi tidak mendengar suara langkahnya. Sesampainya di depan gerobak milik pria berbadan kekar itu, Lyxia lalu berhenti sejenak, kemudian memandang pria tersebut dengan bola mata yang berkaca-kaca.
Pria tersebut sadar bahwa dirinya sedang diperhatikan oleh Lyxia, ia lalu menoleh ke arah Lyxia, sambil bertanya, "Nona, apa ada yang bisa kubantu?"
Lyxia masih menatap pria berbadan kekar tersebut dengan wajah yang tersipu, dan membalas, "Ah, aku baru saja pindah ke sini dari kota sebelah. Namun, aku baru kali ini mengunjungi pasar di dalam kota ini. Sangat menarik! Kalau boleh tahu, apa yang sedang kau lakukan?"
Pria tersebut tersenyum, dan menjawab, "Nona, aku bekerja sebagai petani, dan ini adalah hasil panen beberapa hari lalu, yang sudah dikumpulkan dan dibungkus dengan karung-karung besar, dan setelah itu, tugasku adalah membawanya ke sini untuk dijual oleh pedagang sayur di kios ini."
Lyxia masih terkagum-kagum, namun, yang ia kagumi justru adalah postur tubuh pria tersebut. Ia tidak pernah melihat pria seperti itu di dalam dunia penyihir.
"Ah, namaku Lyxia. Kalau boleh tahu, siapa namamu?" tanya Lyxia kepada pria tersebut.
"Aku? Orang-orang di sini memanggilku Si Otot, namun namaku sebenarnya adalah Mikhel. Salam kenal, nona Lyxia! Jika ada yang bisa kubantu lagi, kau bisa langsung menemuiku," jawab pria tersebut sambil tersenyum kepada Lyxia.
Entah mengapa, jantung Lyxia sangat berdebar melihat senyuman Mikhel, sementara wajahnya memerah. Tiba-tiba, lengan Lyxia ditarik oleh seseorang. Ternyata, salah seorang penyihir yang bersamanya tadi, sudah mencari-cari keberadaan Lyxia yang tiba-tiba menghilang, dan menemukan Lyxia yang ternyata berada di belakang kios sayur.
"Kau, sudah kubilang jangan pergi jauh-jauh tanpa pengawasan kami! Sebaiknya kita pulang saja! Berbahaya untukmu, Lyxia!" bisik penyihir itu.
Lyxia masih menatap Mikhel, lalu tersenyum, dan bertanya, "Mikhel. Apakah kita masih bisa bertemu lagi?"
Mikhel tertawa kecil, dan menjawab, "Aku akan selalu berada di sini setiap hari Senin pagi, karena aku harus mengantarkan hasil panenku setiap minggu untuk kios sayur ini!"
Penyihir yang kesal tersebut lalu menarik lengan Lyxia lagi, dan berbisik pelan, "Ayo cepat!"
Lyxia yang masih menatap Mikhel, terpaksa menurut ajakan pulang si penyihir. Penyihir itu kemudian membawa Lyxia menuju ke belakang sebuah kios yang kosong, lalu dengan tangan kanannya, ia membuka portal untuk kembali ke dunia penyihir.
Penyihir tersebut lalu mendorong tubuh Lyxia masuk ke dalam portal tersebut, dan setelah Lyxia masuk, penyihir tadi buru-buru menutup portalnya. Walaupun Lyxia sudah kembali ke dunia penyihir, ia masih berdiri terpaku, mengingat-ingat kembali wajah dan fisik Mikhel yang menarik hatinya.
Lyxia langsung berlari menuju ke rumahnya. Orang tuanya terlihat baru saja pulang dari tempat mengajar. Mereka bertiga lalu berdiri, dan saling berhadapan di depan pintu rumah.Lyxia langsung menghadap ibunya, dan berkata sambil memohon, "Ibu, aku ingin secepatnya menjadi penyihir tingkat tinggi!"Ibunya terkejut dengan permintaan Lyxia itu, lalu ia tersenyum dan menjawab, "Kau masih harus belajar ilmu sihir lebih baik. Yang kau lakukan justru bukan belajar sihir, namun malah menari, Lyxia! Setiap pagi dan setiap hari, kau akan belajar sihir sambil menari. Apakah kau bisa fokus jika seperti itu terus?"Lyxia lalu tersenyum, dan membalas ibunya, "Aku akan belajar sihir lebih giat lagi, aku bisa fokus, dan aku akan buktikan bahwa menari dan menyihir, keduanya bisa kulakukan!"Ibunya hanya tertawa kecil sambil mengelus kepala Lyxia, lalu masuk ke dalam rumah bersama ayahnya. Lyxia langsung bergegas pergi ke perpustakaan terdekat, hendak bertemu dengan guru sihirnya, seorang wanita tua be
Portal tersebut tidak begitu lama muncul, dan begitu Lyxia berhasil masuk ke dalam portal serta menginjakkan kakinya di dunia manusia, portal itu langsung menghilang begitu saja. Lyxia lalu melangkah dengan hati yang berbunga-bunga, berjalan melewati hutan yang indah itu menuju ke kota kecil yang letaknya tepat di sebelah hutan.Setelah sampai di pinggir sebuah kota kecil, Ia langsung berlari menuju pasar yang pernah ia kunjungi waktu itu, hanya untuk melihat-lihat dan menebak, apakah Mikhel masih ingat pada dirinya atau tidak. Lyxia langsung berlari menuju sebuah kios sayur yang ia kunjungi ketika pertama bertemu Mikhel.Ketika ia tiba di depan kios sayur, kedua matanya langsung terbuka lebar, melihat seorang pria berbadan kekar yang sedang mengangkut sebuah karung besar berisi hasil panen.Lyxia dengan senyum lebar, seolah menemukan batu permata yang sangat indah, langsung saja berlari menuju pria tersebut sambil berteriak, "Mikhel!"Mikhel terkejut mendengar suara teriakan, lalu me
Lyxia mengajak Mikhel untuk menemaninya menari bersama, di tengah-tengah taman tersebut, di samping api unggun yang besar itu. Mikhel akhirnya menuruti ajakan Lyxia walaupun ia tidak bisa menari sebenarnya. Sesampainya mereka di tengah-tengah taman itu,Lyxia lalu melakukan fifth position sambil mengayunkan kedua tangannya, lalu mengulurkan tangan kanannya kepada Mikhel. Mikhel kemudian meraih tangan Lyxia, dan Lyxia mulai menari, beberapa gerakan sederhana dari tarian balet yang indah.Semua orang langsung terdiam dan mata-mata mereka langsung menatap ke arah Lyxia yang sedang menari dengan begitu anggun, bahkan ada beberapa orang yang memang terlihat membawa alat musik, mulai memainkan musik untuk Lyxia.Tubuhnya begitu lentur, gerakan-gerakannya begitu indah. Kedua kakinya sangat lincah dan kedua tangannya bergerak mengikuti alunan musik yang dibawakan oleh beberapa orang tersebut. Mikhel memperhatikan Lyxia yang sedang menari balet dengan begitu anggun, dengan decak kagum.Matanya
Lyxia melihat kedua orang tuanya sedang berlari kecil di sudut jalan dan terlihat seperti sedang mencari-cari dirinya, langsung saja ia menarik tangan Mikhel, menggandengnya dan mengajaknya berlari menuju ke sebuah kios yang belum buka pagi itu.Lyxia lalu mengintip kedua orang tuanya itu dari balik kios.Mikhel lalu terheran-heran dengan sikap Lyxia, dan bertanya, "Lyxia, ada apa?"Lyxia menoleh ke arah Mikhel, lalu menjawab dengan pelan, "Kedua orang tuaku sedang berada di sini, ah, Mikhel, aku tidak memberitahukan kedua orang tuaku bahwa aku akan pergi ke festival kembang api kemarin, maafkan aku."Mikhel lalu tertawa mendengar jawaban Lyxia yang polos itu, lalu membalas, "Baiklah kalau begitu, aku sebaiknya pergi terlebih dahulu, kau tahu di mana bisa menemukan diriku. Sampai jumpa nanti, sayang," lalu Mikhel mengecup bibir Lyxia, kemudian ia berjalan dan meninggalkan Lyxia sendirian.Lyxia lalu mengintip lagi kedua orang tuanya itu dari balik kios kecil tadi. Dengan rasa gugup, i
Setelah Lyxia masuk ke dalam lorong gelap yang minim cahaya, tiba-tiba saja, pintu kecil tadi tertutup rapat dengan sendirinya. Lyxia seolah tidak mendengar sama sekali suara pintu tersebut, dan seolah terhipnotis, ia justru semakin penasaran kemana bulu burung gagak hitam tersebut akan membawanya.Bulu burung gagak hitam tersebut mulai terbang rendah dan semakin menjauhinya, dan Lyxia mulai berlari untuk mengejar bulu burung gagak hitam itu.Setelah berlari untuk beberapa saat, ia akhirnya tiba di sebuah ruangan yang berada di ujung lorong. Bulu burung gagak hitam tersebut masih terus melayang, lalu pintu ruangan tersebut terbuka sendiri, dan bulu burung gagak hitam tersebut kemudian masuk ke dalamnya, diikuti oleh Lyxia.Bulu burung gagak hitam itu akhirnya mendarat di atas sebuah lemari yang terlihat sudah tua usianya. Lyxia lalu membuka lemari tua itu dengan perlahan. Memang ruangan yang gelap, namun, entah bagaimana, Lyxia bisa melihat seberkas cahaya berwarna abu-abu yang memant
Yvoxy hanya bisa berdiri dengan keringat dingin yang mulai mengalir melewati wajahnya, namun ia berkata, "Lyxia, pulanglah. Kami hanya ingin memastikan bahwa dirimu baik-baik saja, karena kemarin kedua orang tuamu mengunjungiku hanya untuk menanyakan di mana dirimu seharian, tidak pulang ke rumah."Lyxia tersenyum lagi, dan membalas, "Baiklah, aku akan pulang, terima kasih sudah mengkhawatirkan diriku, guru," lalu ia mulai melangkah keluar dari gedung perpustakaan.Yvoxy hanya bisa menatap anak didiknya itu dengan sorot mata yang penuh dengan kecurigaan. Melihat keringat dingin Yvoxy yang mengalir melewati wajahnya dan cara ia memandang Lyxia, Rae langsung menepuk bahu Yvoxy dan berbisik, "Apakah itu barusan adalah Lyxia?"Yvoxy menggelengkan kepalanya dan membalik badannya, lalu menatap ke arah punggung Lyxia yang sedang berjalan keluar dari gedung perpustakaan. Rae juga membalik badannya dan menatap punggung Lyxia, dengan raut wajah yang penuh dengan rasa kebingungan.Setelah bebera
Lyxia kini mengubah dirinya menjadi Mira, menggunakan ilmu sihir hitam yang tiba-tiba saja ia miliki. Padahal, tidak ada satu penyihir pun di dunia penyihir yang bisa menggunakan sihir hitam tersebut kecuali para penyihir hitam dan pemimpinya, Demona, karena sumber energinya berasal dari kegelapan, dari iblis.Entah apa yang merasuki Lyxia, dan entah rencana apa yang ia punya sehingga ia mengubah dirinya sendiri menjadi Mira, wanita yang bersama Mikhel tadi malam.Ia lalu masuk ke dalam rumah Mikhel yang tidak dikunci, dengan perlahan. Mikhel yang terlihat hendak membuang sampah dan membuka pintu depan rumahnya, tiba-tiba terkejut ketika ia menemukan Lyxia yang kini adalah Mira.Mikhel terkejut ketika ia melihat 'Mira' yang kini berdiri tepat di hadapannya, namun ia tersenyum dan bertanya, "Mira, bukankah kau baru saja pulang tadi? Atau adakah sesuatu yang tertinggal di sini?"'Mira' lalu tersenyum mendengar pertanyaan tersebut, dan menjawab, "Tidak, aku hanya ingin bersamamu, walau h
Lyxia mulai menari dengan indah, sambil mengelilingi ibunya, dan membuat ibunya tersebut terpana akan keindahan setiap gerakan tari yang dibawakan Lyxia. Hanya gerakan tari balet yang sederhana, namun, ia mampu menghipnotis ibunya sendiri.Para penyihir yang sedang memperhatikan mereka berdua, bukannya senang karena tarian tersebut indah, melainkan justru merasa ketakutan, karena bayangan Lyxia yang terlihat tampak seperti burung gagak hitam dengan sayap besar yang seolah sedang menari-nari sebelum membunuh mangsanya.Dari kejauhan, terlihat Rae dan Yvoxy yang sedang berlari ke arah Lyxia dan ibunya, namun, keduanya justru langsung menghentikan langkahnya masing-masing ketika mereka memperhatikan bahwa Lyxia sedang menari di hadapan ibunya sendiri.Sementara Rae seperti terpana dengan tarian Lyxia, Yvoxy justru melihat bayangan Lyxia yang seolah-olah adalah burung gagak hitam dengan sayapnya yang besar, sedang menari di hadapan mangsanya.Menyadari ada sesuatu yang salah, Yvoxy langsu