Lyxia langsung berlari menuju ke rumahnya. Orang tuanya terlihat baru saja pulang dari tempat mengajar. Mereka bertiga lalu berdiri, dan saling berhadapan di depan pintu rumah.
Lyxia langsung menghadap ibunya, dan berkata sambil memohon, "Ibu, aku ingin secepatnya menjadi penyihir tingkat tinggi!"
Ibunya terkejut dengan permintaan Lyxia itu, lalu ia tersenyum dan menjawab, "Kau masih harus belajar ilmu sihir lebih baik. Yang kau lakukan justru bukan belajar sihir, namun malah menari, Lyxia! Setiap pagi dan setiap hari, kau akan belajar sihir sambil menari. Apakah kau bisa fokus jika seperti itu terus?"
Lyxia lalu tersenyum, dan membalas ibunya, "Aku akan belajar sihir lebih giat lagi, aku bisa fokus, dan aku akan buktikan bahwa menari dan menyihir, keduanya bisa kulakukan!"
Ibunya hanya tertawa kecil sambil mengelus kepala Lyxia, lalu masuk ke dalam rumah bersama ayahnya. Lyxia langsung bergegas pergi ke perpustakaan terdekat, hendak bertemu dengan guru sihirnya, seorang wanita tua bernama Yvoxy.
Ia memiliki rambut berwarna abu-abu dengan bola mata berwarna putih.
Setibanya Lyxia di perpustakaan, ia masuk dengan terburu-buru sambil mencari-cari guru sihirnya itu. Melihat Yvoxy yang sedang duduk sambil membaca sebuah buku di pojok perpustakaan itu, Lyxia langsung berlari ke arahnya.
Yvoxy, yang mendengar suara langkah kaki Lyxia, langsung menoleh ke arah anak didiknya itu dan berbisik, "Ini perpustakaan. Kau jangan berlari keras-keras seperti itu, langkahmu itu, seolah kau punya keinginan yang harus cepat dipenuhi. Katakan, ada apa?"
Lyxia langsung menjawab pelan, "Guru, bisakah aku menjadi penyihir tingkat tinggi, dalam waktu satu minggu? Aku tidak akan menari selama satu minggu ini, aku akan fokus belajar sihir saja!"
Yvoxy langsung tersenyum mendengar permintaan aneh dari Lyxia, kemudian membalas, "Bisa saja. Aku sangat yakin kau bisa, lebih dari mampu. Bukankah tari balet saja kau kuasai hanya dalam waktu singkat di usia muda? Lagi pula kau adalah penyihir sejak lahir, hanya tinggal belajar sedikit saja."
Lyxia langsung senang mendengar jawaban guru sihirnya barusan.
Namun, Yvoxy seolah merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak biasa dari permintaan Lyxia, sehingga ia bertanya, "Ada apa denganmu sehingga kau ingin mempelajari sihir tingkat tinggi dengan cepat?"
Lyxia lalu mendekati guru sihirnya itu, dan berbisik, "Aku ingin ke dunia manusia. Mereka mempunyai makanan yang enak, minuman yang hangat, serta musik dan pemandangan yang indahaa! Kumohon, guru! Ajarkan aku untuk membuka portal itu!"
Yvoxy hanya bisa tertawa mendengar permohonan Lyxia yang menurutnya polos. Namun, ia tidak tahu itu hanyalah sebuah alasan yang dibuat-buat oleh Lyxia, untuk bisa membuka portal ke dunia manusia dan bertemu Mikhel, hari Senin depan.
Dengan berpikir bahwa Lyxia yang polos, hanya ingin ke dunia manusia hanya untuk bersenang-senang, Yvoxy lalu mengajak Lyxia ke dalam rumahnya dengan membuka sebuah pintu yang muncul dengan kekuatan sihir milik Yvoxy.
Mereka berdua lalu masuk ke dalam pintu tersebut dan sampailah mereka di dalam rumah Yvoxy, dan Lyxia mulai bercerita soal bagaimana ia tadi membuntuti kedua penyihir yang sedang membuka portal menuju dunia manusia, serta melihat banyak pemandangan yang indah serta jajanan pasar yang menarik, namun, Lyxia sama sekali tidak bercerita tentang pertemuannya dengan Mikhel, karena ia tahu itu adalah sesuatu yang berbahaya untuk diceritakan, jadi, ia memutuskan untuk merahasiakannya.
Yvoxy hanya tersenyum setelah mendengar seluruh cerita Lyxia, dan mulai bertanya, "Apakah kamu tidak pernah penasaran mengapa orang tuamu memintaku untuk mengajarkan sihir kepadamu?"
Lyxia terdiam sesaat, lalu menggelengkan kepala, dan menatap Yvoxy dengan ekspresi wajah yang bingung.
Yvoxy lalu menjawab, "Orang tuamu, padahal mereka bisa mengajar sihir untuk anak-anak lain, namun, karena kau adalah anak satu-satunya untuk mereka, maka mereka memutuskan aku untuk mengajarimu semua tentang sihir. Mereka hanya takut anak-anak lain menganggapmu spesial hanya karena kau adalah anak kandung mereka, nanti akan terjadi perdebatan. Namun, jika kau diajarkan oleh orang lain sepertiku, dengan demikian, akan tercipta keadilan. Lagi pula, dunia sihir ini tidak mempunyai seorang pemimpin. Ada baiknya seperti ini. Rakyat saja yang memutuskan, tidak perlu pimpinan yang mengatur ini dan itu. Berbeda sekali dengan dunia manusia."
Dengan penuh rasa penasaran, Lyxia lalu bertanya kepada guru sihirnya tersebut, "Apakah manusia memiliki pemimpin, guru?"
Yvoxy langsung mengangguk, dan berkata lagi, "Manusia mempunyai seorang pemimpin. Entah mereka bilang itu wali kota, presiden, menteri, atau apapun itu, yang jelas, pemimpin mereka banyak. Itu saja sudah membuatku pusing. Nah, kita sudah sampai di rumahku. Akan kuajari kau caranya untuk membuka portal itu, namun, kau sendiri harus bisa fokus dan konsentrasi penuh untuk mengeluarkan kekuatan sihir... dari dalam tubuhmu menuju kedua tanganmu."
Setelah mendengar perkataan guru sihirnya barusan, dengan mantap, Lyxia memutuskan untuk belajar sihir untuk membuka portal ke dunia manusia, namun dalam hatinya, ia justru hanya memikirkan bagaimana cara cepat untuk bertemu Mikhel.
Selama satu minggu lamanya, Lyxia benar-benar belajar ilmu sihir, bahkan ia tidak menari, sampai kakinya terasa kaku setelah satu minggu tidak melakukan pemanasan.
Namun, hari ini adalah hari penentuan, apakah ia bisa lulus dan menjadi seorang penyihir tingkat tinggi atau tidak, tergantung apakah ia bisa atau tidak membuka portal ke dunia manusia, dengan memfokuskan seluruh tenaga sihirnya yang mengalir dari dalam tubuhnya menuju ke kedua tangannya, dan latihan selama satu minggu penuh yang harus ada hasilnya.
Lyxia yang bangun pagi-pagi sekali hari ini. Ia langsung turun dari ranjangnya dan tanpa memakan sarapannya, ia langsung berlari, pergi menuju rumah guru sihirnya, Yvoxy. Kedua orang tuanya sendiri pagi itu sudah pergi untuk mengajar di tempat lain, sehingga Lyxia bisa leluasa langsung pergi begitu saja.
Entah mengapa, daripada membuat pintu magis untuk menuju ke rumah Yvoxy, ia lebih memilih berjalan kaki saja.
Yvoxy rupanya sudah menunggu Lyxia dari tadi, di halaman depan rumahnya. Ia tiba-tiba saja mendengar suara langkah kaki yang begitu berat, serta suara nafas yang terengah-engah. Yvoxy lalu menoleh ke arah suara-suara tersebut dan menatap Lyxia yang sudah berdiri agak jauh dari hadapannya sambil menarik nafas panjang, lelah karena berlari sepanjang perjalanan.
Lyxia lalu tersenyum pada guru sihirnya itu, lalu berkata, "Aku siap!"
Yvoxy langsung membalas, "Jika demikian, bukalah sebuah portal menuju dunia manusia, sekarang juga!"
Lyxia mengangguk. Ia lalu mengangkat kedua tangannya ke depan, dan memejamkan matanya, lalu berusaha fokus mengumpulkan seluruh energi-energi sihir yang mengalir di dalam dirinya, agar disalurkan melalui kedua tangannya.
Tiba-tiba, seberkas cahaya mulai muncul, sedikit demi sedikit, di hadapannya. Lyxia mulai membuka kedua matanya dan tersenyum. Semakin lama, cahaya tersebut semakin besar, dan besar, dan semakin membesar. Sebuah portal berhasil dibuat. Di hadapan Lyxia dan Yvoxy, sebuah portal menuju ke dunia manusia, sudah berada di depan mata.
Yvoxy langsung tersenyum melihat kemajuan anak didiknya itu.
Lyxia langsung melangkahkan kakinya, masuk ke dalam portal tersebut, dan berkata pada guru sihirnya, "Aku sudah bisa, berhasil membuat portal menuju ke dunia manusia, bukan, guru?"
Yvoxy tersenyum sangat lebar, dan membalas, "Akhirnya! Lyxia! Kau berhasil! Kali ini kau resmi adalah penyihir tingkat tinggi, namun, aku harap kedepannya, kau bisa memfokuskan dan mengendalikan kekuatanmu secara langsung dan cepat, sehingga kau tidak perlu lagi memejamkan matamu hanya untuk membuat sebuah portal!"
Lyxia mengangguk, dan langsung saja, ia masuk ke dalam portal, yang lalu membawanya ke dunia manusia. Portal itu ternyata menembus ke dalam sebuah hutan yang waktu itu ia lihat. Pemandangan yang sangat indah, namun tidak ada orang sama sekali di sana.
Ketika Lyxia sudah masuk ke dalam portal, langsung saja portal tersebut menghilang. Lyxia kini sendirian berada di dalam dunia manusia.
Portal tersebut tidak begitu lama muncul, dan begitu Lyxia berhasil masuk ke dalam portal serta menginjakkan kakinya di dunia manusia, portal itu langsung menghilang begitu saja. Lyxia lalu melangkah dengan hati yang berbunga-bunga, berjalan melewati hutan yang indah itu menuju ke kota kecil yang letaknya tepat di sebelah hutan.Setelah sampai di pinggir sebuah kota kecil, Ia langsung berlari menuju pasar yang pernah ia kunjungi waktu itu, hanya untuk melihat-lihat dan menebak, apakah Mikhel masih ingat pada dirinya atau tidak. Lyxia langsung berlari menuju sebuah kios sayur yang ia kunjungi ketika pertama bertemu Mikhel.Ketika ia tiba di depan kios sayur, kedua matanya langsung terbuka lebar, melihat seorang pria berbadan kekar yang sedang mengangkut sebuah karung besar berisi hasil panen.Lyxia dengan senyum lebar, seolah menemukan batu permata yang sangat indah, langsung saja berlari menuju pria tersebut sambil berteriak, "Mikhel!"Mikhel terkejut mendengar suara teriakan, lalu me
Lyxia mengajak Mikhel untuk menemaninya menari bersama, di tengah-tengah taman tersebut, di samping api unggun yang besar itu. Mikhel akhirnya menuruti ajakan Lyxia walaupun ia tidak bisa menari sebenarnya. Sesampainya mereka di tengah-tengah taman itu,Lyxia lalu melakukan fifth position sambil mengayunkan kedua tangannya, lalu mengulurkan tangan kanannya kepada Mikhel. Mikhel kemudian meraih tangan Lyxia, dan Lyxia mulai menari, beberapa gerakan sederhana dari tarian balet yang indah.Semua orang langsung terdiam dan mata-mata mereka langsung menatap ke arah Lyxia yang sedang menari dengan begitu anggun, bahkan ada beberapa orang yang memang terlihat membawa alat musik, mulai memainkan musik untuk Lyxia.Tubuhnya begitu lentur, gerakan-gerakannya begitu indah. Kedua kakinya sangat lincah dan kedua tangannya bergerak mengikuti alunan musik yang dibawakan oleh beberapa orang tersebut. Mikhel memperhatikan Lyxia yang sedang menari balet dengan begitu anggun, dengan decak kagum.Matanya
Lyxia melihat kedua orang tuanya sedang berlari kecil di sudut jalan dan terlihat seperti sedang mencari-cari dirinya, langsung saja ia menarik tangan Mikhel, menggandengnya dan mengajaknya berlari menuju ke sebuah kios yang belum buka pagi itu.Lyxia lalu mengintip kedua orang tuanya itu dari balik kios.Mikhel lalu terheran-heran dengan sikap Lyxia, dan bertanya, "Lyxia, ada apa?"Lyxia menoleh ke arah Mikhel, lalu menjawab dengan pelan, "Kedua orang tuaku sedang berada di sini, ah, Mikhel, aku tidak memberitahukan kedua orang tuaku bahwa aku akan pergi ke festival kembang api kemarin, maafkan aku."Mikhel lalu tertawa mendengar jawaban Lyxia yang polos itu, lalu membalas, "Baiklah kalau begitu, aku sebaiknya pergi terlebih dahulu, kau tahu di mana bisa menemukan diriku. Sampai jumpa nanti, sayang," lalu Mikhel mengecup bibir Lyxia, kemudian ia berjalan dan meninggalkan Lyxia sendirian.Lyxia lalu mengintip lagi kedua orang tuanya itu dari balik kios kecil tadi. Dengan rasa gugup, i
Setelah Lyxia masuk ke dalam lorong gelap yang minim cahaya, tiba-tiba saja, pintu kecil tadi tertutup rapat dengan sendirinya. Lyxia seolah tidak mendengar sama sekali suara pintu tersebut, dan seolah terhipnotis, ia justru semakin penasaran kemana bulu burung gagak hitam tersebut akan membawanya.Bulu burung gagak hitam tersebut mulai terbang rendah dan semakin menjauhinya, dan Lyxia mulai berlari untuk mengejar bulu burung gagak hitam itu.Setelah berlari untuk beberapa saat, ia akhirnya tiba di sebuah ruangan yang berada di ujung lorong. Bulu burung gagak hitam tersebut masih terus melayang, lalu pintu ruangan tersebut terbuka sendiri, dan bulu burung gagak hitam tersebut kemudian masuk ke dalamnya, diikuti oleh Lyxia.Bulu burung gagak hitam itu akhirnya mendarat di atas sebuah lemari yang terlihat sudah tua usianya. Lyxia lalu membuka lemari tua itu dengan perlahan. Memang ruangan yang gelap, namun, entah bagaimana, Lyxia bisa melihat seberkas cahaya berwarna abu-abu yang memant
Yvoxy hanya bisa berdiri dengan keringat dingin yang mulai mengalir melewati wajahnya, namun ia berkata, "Lyxia, pulanglah. Kami hanya ingin memastikan bahwa dirimu baik-baik saja, karena kemarin kedua orang tuamu mengunjungiku hanya untuk menanyakan di mana dirimu seharian, tidak pulang ke rumah."Lyxia tersenyum lagi, dan membalas, "Baiklah, aku akan pulang, terima kasih sudah mengkhawatirkan diriku, guru," lalu ia mulai melangkah keluar dari gedung perpustakaan.Yvoxy hanya bisa menatap anak didiknya itu dengan sorot mata yang penuh dengan kecurigaan. Melihat keringat dingin Yvoxy yang mengalir melewati wajahnya dan cara ia memandang Lyxia, Rae langsung menepuk bahu Yvoxy dan berbisik, "Apakah itu barusan adalah Lyxia?"Yvoxy menggelengkan kepalanya dan membalik badannya, lalu menatap ke arah punggung Lyxia yang sedang berjalan keluar dari gedung perpustakaan. Rae juga membalik badannya dan menatap punggung Lyxia, dengan raut wajah yang penuh dengan rasa kebingungan.Setelah bebera
Lyxia kini mengubah dirinya menjadi Mira, menggunakan ilmu sihir hitam yang tiba-tiba saja ia miliki. Padahal, tidak ada satu penyihir pun di dunia penyihir yang bisa menggunakan sihir hitam tersebut kecuali para penyihir hitam dan pemimpinya, Demona, karena sumber energinya berasal dari kegelapan, dari iblis.Entah apa yang merasuki Lyxia, dan entah rencana apa yang ia punya sehingga ia mengubah dirinya sendiri menjadi Mira, wanita yang bersama Mikhel tadi malam.Ia lalu masuk ke dalam rumah Mikhel yang tidak dikunci, dengan perlahan. Mikhel yang terlihat hendak membuang sampah dan membuka pintu depan rumahnya, tiba-tiba terkejut ketika ia menemukan Lyxia yang kini adalah Mira.Mikhel terkejut ketika ia melihat 'Mira' yang kini berdiri tepat di hadapannya, namun ia tersenyum dan bertanya, "Mira, bukankah kau baru saja pulang tadi? Atau adakah sesuatu yang tertinggal di sini?"'Mira' lalu tersenyum mendengar pertanyaan tersebut, dan menjawab, "Tidak, aku hanya ingin bersamamu, walau h
Lyxia mulai menari dengan indah, sambil mengelilingi ibunya, dan membuat ibunya tersebut terpana akan keindahan setiap gerakan tari yang dibawakan Lyxia. Hanya gerakan tari balet yang sederhana, namun, ia mampu menghipnotis ibunya sendiri.Para penyihir yang sedang memperhatikan mereka berdua, bukannya senang karena tarian tersebut indah, melainkan justru merasa ketakutan, karena bayangan Lyxia yang terlihat tampak seperti burung gagak hitam dengan sayap besar yang seolah sedang menari-nari sebelum membunuh mangsanya.Dari kejauhan, terlihat Rae dan Yvoxy yang sedang berlari ke arah Lyxia dan ibunya, namun, keduanya justru langsung menghentikan langkahnya masing-masing ketika mereka memperhatikan bahwa Lyxia sedang menari di hadapan ibunya sendiri.Sementara Rae seperti terpana dengan tarian Lyxia, Yvoxy justru melihat bayangan Lyxia yang seolah-olah adalah burung gagak hitam dengan sayapnya yang besar, sedang menari di hadapan mangsanya.Menyadari ada sesuatu yang salah, Yvoxy langsu
Lyxia lalu menatap Rae dengan sorot mata yang sinis dan berkata, "Lyxia sudah tewas. Gadis bodoh itu sudah tidak ada. Jangan kau sebut lagi namanya. Ramona yang bodoh menyegelku dengan kepingan-kepingan hatinya sehingga ia hidup sampai akhir hayatnya tanpa merasakan emosi dan tidak memiliki perasaan apapun, bodoh bukan?""Namun ia lupa satu hal, bahwa segel bodohnya itu tidak kuat untuk selamanya. Gadis bodoh yang kau panggil Lyxia ini, keinginan jahatnya sangat kuat sekali, menarik perhatian burung-burung iblis pelayan-pelayanku. Gadis bodoh ini datang sendiri kepadaku, perlu aku jelaskan apa lagi? Ia telah membangkitkan kekuatan kegelapan dalam hatinya dan hal itu membuat segel yang mengurungku selama ini, akhirnya hancur! Bagus sekali!"Air mata Rae seketika tumpah mendengar jawaban itu. Ia langsung teringat sosok Lyxia yang selalu senang ketika ia menari balet untuk semua orang.Tariannya selalu indah dan elegan, seolah-olah angsa putih, Lyxia selalu membuat orang-orang yang melih