Share

Act 6. Burung Hitam Pembawa Perkara

Lyxia melihat kedua orang tuanya sedang berlari kecil di sudut jalan dan terlihat seperti sedang mencari-cari dirinya, langsung saja ia menarik tangan Mikhel, menggandengnya dan mengajaknya berlari menuju ke sebuah kios yang belum buka pagi itu.

Lyxia lalu mengintip kedua orang tuanya itu dari balik kios.

Mikhel lalu terheran-heran dengan sikap Lyxia, dan bertanya, "Lyxia, ada apa?"

Lyxia menoleh ke arah Mikhel, lalu menjawab dengan pelan, "Kedua orang tuaku sedang berada di sini, ah, Mikhel, aku tidak memberitahukan kedua orang tuaku bahwa aku akan pergi ke festival kembang api kemarin, maafkan aku."

Mikhel lalu tertawa mendengar jawaban Lyxia yang polos itu, lalu membalas, "Baiklah kalau begitu, aku sebaiknya pergi terlebih dahulu, kau tahu di mana bisa menemukan diriku. Sampai jumpa nanti, sayang," lalu Mikhel mengecup bibir Lyxia, kemudian ia berjalan dan meninggalkan Lyxia sendirian.

Lyxia lalu mengintip lagi kedua orang tuanya itu dari balik kios kecil tadi. Dengan rasa gugup, ia berusaha menenangkan diri, namun, ada rasa takut jika kedua orang tuanya mengetahui hubungannya dengan manusia, ia pasti akan dihukum berat, karena sekali lagi, penyihir tidak diperbolehkan mencintai manusia.

Dengan polos juga, Lyxia berpikir seharusnya tidak begitu. Mencintai adalah hak semua orang, baik dia adalah seorang manusia ataupun seorang penyihir sekalipun. Lagi pula, di mata Lyxia, Mikhel adalah manusia yang baik.

Ketika Lyxia sudah berhasil menenangkan dirinya sendiri, ia lalu berjalan pelan, melangkah keluar dari kios kecil tempatnya bersembunyi tersebut.

Sejurus kemudian, ibunya langsung melihat Lyxia yang sedang berjalan keluar dari sebuah kios, dengan wajah yang senang, lalu berteriak, "Lyxia!!"

Lyxia langsung menatap ke arah suara teriakan tersebut seolah-olah ia tidak tahu bahwa kedua orang tuanya sedang berada di sana, dan langsung saja, ibunya berlari menuju dirinya, dan seketika itu juga, langsung memeluknya erat.

"Dari mana saja dirimu, nak! Kau tidak pulang sejak kemarin, dan kami sangat khawatir! Ternyata, kau berada di sini!" seru ibunya yang tidak kuasa menahan tangis.

Lyxia lalu tersenyum dan menatap ibunya sambil berkata, "Aku baik-baik saja, ibu. aku hanya, sangat penasaran dengan dunia manusia yang ajaib ini, pemandangannya sangat indah sampai aku lupa kembali pulang ke rumah, maafkan aku, ibu."

Ayahnya lalu berjalan mendekati mereka berdua, kemudian memeluk mereka dan membelai rambut Lyxia, sambil berucap, "Jika kau memang ingin pergi ke dunia manusia, walaupun sekarang kau sudah bisa membuka portal tersebut sendirian, ada baiknya kau memberitahu ibumu terlebih dahulu, jadi kami tidak perlu khawatir berlebihan seperti ini. Lagi pula, kau adalah anak kami satu-satunya."

Lyxia langsung memeluk ayah dan ibunya dan berkata, "Maafkan aku, aku hanya mulai menyukai dunia manusia dan terpana karena keindahannya. Aku akan kembali sekarang ke dunia penyihir, bersama kalian."

Ibunya langsung tersenyum mendengar perkataan Lyxia. Mereka bertiga lalu berjalan menuju ke bagian belakang sebuah kios lain yang belum buka pagi itu, dan ayahnya lalu membuat sebuah portal menuju ke dunia penyihir.

Mereka bertiga lalu masuk ke dalam portal tersebut dan akhirnya, tiba di dunia penyihir, tepatnya di dalam rumah mereka. Setelah portal tersebut menghilang, Lyxia langsung berjalan menuju ke meja makan dan duduk di atas sebuah kursi.

Sementara, ibunya langsung berjalan menuju ke dapur dan juga dengan cepat, langsung membuatkan Lyxia sebuah cemilan yang ia suka. Ayahnya sendiri, langsung pergi ke sebuah tempat, untuk mengajar.

Lyxia lalu menikmati cemilan yang dibuat ibunya dengan lahap. Ia lalu menatap punggung ibunya yang sedang mencuci piring-piring kotor bekas makan malam kemarin yang belum dicuci.

Lyxia lalu melontarkan sebuah pertanyaan kepada ibunya, "Ibu, apakah seorang penyihir benar-benar tidak boleh mencintai seorang manusia, walaupun manusia tersebut baik kepadanya?"

Ibunya yang sedang mencuci piring, langsung berhenti ketika ia mendengar pertanyaan aneh dari anak gadisnya tersebut.

Ia lalu menoleh ke belakang dan menatap Lyxia dengan wajah yang terheran-heran, lalu justri ibunya balik bertanya kepada Lyxia, "Apakah kau menemukan seseorang di sana, Lyxia?"

Mendengar pertanyaan dari ibunya, Lyxia langsung menggelengkan kepalanya, sambil berkata, "Oh, bukan, bukan, aku hanya bertanya, karena penasaran saja."

Ibunya tersenyum setelah mendengar jawaban dari anak gadisnya barusan, lalu ia berjalan ke arah Lyxia, dan duduk di atas sebuah kursi yang berada di depan anaknya, kemudian berkata, "Lyxia, manusia itu jahat. Hari ini mereka mungkin baik kepadamu, namun ketika mereka tahu kau mempunyai kekuatan sihir, bisa jadi mereka akan berbalik mengancam dirimu, agar kau memenuhi permintaan-permintaan mereka. Manusia itu tidak bisa ditebak, Lyxia. Mereka tidak bisa setia. Dan jika kau merasa mulai mencintai seorang manusia, ibu hanya ingin kau berhenti sekarang, dan tidak perlu kembali ke dunia manusia, demi keselamatanmu."

Lyxia hanya mengangguk setelah mendengar perkataan dari ibunya, dan ibunya hanya tersenyum, kemudian ia berdiri dan kembali berjalan menuju ke tempat cuci piring yang berada di dapur, di mana cucian-cucian piring kotor yang belum ia selesaikan tadi.

Setelah selesai memakan seluruh cemilan yang dibuat oleh ibunya untuk dirinya, Lyxia lalu berjalan menuju kamarnya, kemudian ia masuk, dan mengunci pintunya rapat-rapat.

Ia lalu berjalan menuju ke ranjangnya, lalu berbaring di atas ranjangnya yang empuk, dan mulai membayangkan Mikhel.

"Tidak mungkin semua manusia jahat," pikirnya polos.

Ia sama sekali tidak memberitahukan kepada kedua orang tuanya bahwa ia semalaman berdua dengan seorang manusia. Ia hanya ingin menikmati perasaan itu, rasa cinta yang membuat badannya panas dan jantungnya berdebar kencang.

Lyxia ingin menemui Mikhel lagi, namun, ia takut kedua orang tuanya akan mengetahui semuanya, bahwa ia sudah mencintai seorang manusia.

Lyxia lalu bergumam dalam hatinya, "Andaikan aku bisa menguasai kedua dunia ini dan menyatukannya... Aku akan bisa mengubah aturan aneh tersebut... Dan juga... Aku bisa bebas berhubungan dengan Mikhel, kapanpun itu. Tidak akan lagi ada yang bisa menghentikanku untuk memiliki Mikhel... jika aku bisa menguasai seluruh isi dunia ini!"

Setelah Lyxia bergumam seperti itu, tanpa ia sadari, seberkas kecil kabut yang berwarna hitam, muncul dari dalam dadanya, yang tidak lama kemudian, menghilang.

Tiba-tiba saja setelah beberapa lama ia sudah berdiam di dalam kamar, ibunya mengetuk pintunya sambil berkata dari balik pintu, "Lyxia, guru sihirmu, Yvoxy, baru saja datang dan memintaku untuk menyampaikan sebuah pesan kepadamu, pergilah ke perpustakaan secepatnya, ada yang ingin ia bicarakan kepadamu!"

Lyxia langsung terbangun dari ranjangnya setelah mendengar permintaan itu, lalu ia berseru, "Baiklah, ibu!"

Ia kemudian bergegas mengganti pakaiannya dan membuka kunci pintu kamarnya, serta langsung berlari menuju ke pintu depan dan langsung keluar dari rumah. Ibunya hanya tersenyum melihat tingkah anak gadis satu-satunya tersebut.

Ternyata, di dalam hatinya, Lyxia mulai tidak nyaman berada di dalam rumahnya sendiri, sejak pertanyaan yang ia ajukan tadi kepada ibunya. Di tengah perjalanannya menuju perpustakaan, ia mulai melambatkan langkahnya, sambil mengisi pikiran-pikirannya dengan segala hal yang bisa membuatnya tersenyum.

Seluruh isi kepalanya, hanya Mikhel yang ia pikirkan, dan juga, ia sedang berpikir bagaimana caranya kembali ke dunia manusia tanpa dicurigai oleh kedua orang tuanya.

Setelah melalui perjalanan yang agak panjang dari rumahnya, ia akhirnya sampai juga di depan perpustakaan. Ia langsung masuk ke dalamnya dengan tergesa-gesa, dan mencari-cari Yvoxy, guru sihirnya, di seluruh ruangan dalam perpustakaan, namun ia sama sekali tidak menemukan guru sihirnya itu.

"Mungkin ibu salah dengar, lagi pula biasanya guru akan memanggilku untuk datang ke rumahnya, untuk apa ke perpustakaan besar seperti ini? Lagi pula ia punya banyak buku sihir di dalam rumahnya!" gumam Lyxia.

Ia lalu memutuskan untuk pergi dari perpustakaan, namun, tiba-tiba saja, sebuah bulu burung gagak yang berwarna hitam, melayang-layang di hadapannya, entah dari mana datangnya. Lyxia lalu menatap bulu burung gagak tersebut dengan penuh rasa penasaran dan entah mengapa, ia memutuskan untuk mengikuti kemana bulu burung gagak tersebut melayang.

Bulu burung gagak tersebut kemudian terlihat melayang-layang menuju ke arah sebuah pintu kecil yang letaknya sangat tersembunyi, di pojok perpustakaan. Pintu kecil itu tiba-tiba saja terbuka sendiri, dan terlihat, sebuah lorong panjang yang gelap setelah pintu itu terbuka, yang justru membuat Lyxia semakin penasaran.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status