Lyxia melihat kedua orang tuanya sedang berlari kecil di sudut jalan dan terlihat seperti sedang mencari-cari dirinya, langsung saja ia menarik tangan Mikhel, menggandengnya dan mengajaknya berlari menuju ke sebuah kios yang belum buka pagi itu.
Lyxia lalu mengintip kedua orang tuanya itu dari balik kios.
Mikhel lalu terheran-heran dengan sikap Lyxia, dan bertanya, "Lyxia, ada apa?"
Lyxia menoleh ke arah Mikhel, lalu menjawab dengan pelan, "Kedua orang tuaku sedang berada di sini, ah, Mikhel, aku tidak memberitahukan kedua orang tuaku bahwa aku akan pergi ke festival kembang api kemarin, maafkan aku."
Mikhel lalu tertawa mendengar jawaban Lyxia yang polos itu, lalu membalas, "Baiklah kalau begitu, aku sebaiknya pergi terlebih dahulu, kau tahu di mana bisa menemukan diriku. Sampai jumpa nanti, sayang," lalu Mikhel mengecup bibir Lyxia, kemudian ia berjalan dan meninggalkan Lyxia sendirian.
Lyxia lalu mengintip lagi kedua orang tuanya itu dari balik kios kecil tadi. Dengan rasa gugup, ia berusaha menenangkan diri, namun, ada rasa takut jika kedua orang tuanya mengetahui hubungannya dengan manusia, ia pasti akan dihukum berat, karena sekali lagi, penyihir tidak diperbolehkan mencintai manusia.
Dengan polos juga, Lyxia berpikir seharusnya tidak begitu. Mencintai adalah hak semua orang, baik dia adalah seorang manusia ataupun seorang penyihir sekalipun. Lagi pula, di mata Lyxia, Mikhel adalah manusia yang baik.
Ketika Lyxia sudah berhasil menenangkan dirinya sendiri, ia lalu berjalan pelan, melangkah keluar dari kios kecil tempatnya bersembunyi tersebut.
Sejurus kemudian, ibunya langsung melihat Lyxia yang sedang berjalan keluar dari sebuah kios, dengan wajah yang senang, lalu berteriak, "Lyxia!!"
Lyxia langsung menatap ke arah suara teriakan tersebut seolah-olah ia tidak tahu bahwa kedua orang tuanya sedang berada di sana, dan langsung saja, ibunya berlari menuju dirinya, dan seketika itu juga, langsung memeluknya erat.
"Dari mana saja dirimu, nak! Kau tidak pulang sejak kemarin, dan kami sangat khawatir! Ternyata, kau berada di sini!" seru ibunya yang tidak kuasa menahan tangis.
Lyxia lalu tersenyum dan menatap ibunya sambil berkata, "Aku baik-baik saja, ibu. aku hanya, sangat penasaran dengan dunia manusia yang ajaib ini, pemandangannya sangat indah sampai aku lupa kembali pulang ke rumah, maafkan aku, ibu."
Ayahnya lalu berjalan mendekati mereka berdua, kemudian memeluk mereka dan membelai rambut Lyxia, sambil berucap, "Jika kau memang ingin pergi ke dunia manusia, walaupun sekarang kau sudah bisa membuka portal tersebut sendirian, ada baiknya kau memberitahu ibumu terlebih dahulu, jadi kami tidak perlu khawatir berlebihan seperti ini. Lagi pula, kau adalah anak kami satu-satunya."
Lyxia langsung memeluk ayah dan ibunya dan berkata, "Maafkan aku, aku hanya mulai menyukai dunia manusia dan terpana karena keindahannya. Aku akan kembali sekarang ke dunia penyihir, bersama kalian."
Ibunya langsung tersenyum mendengar perkataan Lyxia. Mereka bertiga lalu berjalan menuju ke bagian belakang sebuah kios lain yang belum buka pagi itu, dan ayahnya lalu membuat sebuah portal menuju ke dunia penyihir.
Mereka bertiga lalu masuk ke dalam portal tersebut dan akhirnya, tiba di dunia penyihir, tepatnya di dalam rumah mereka. Setelah portal tersebut menghilang, Lyxia langsung berjalan menuju ke meja makan dan duduk di atas sebuah kursi.
Sementara, ibunya langsung berjalan menuju ke dapur dan juga dengan cepat, langsung membuatkan Lyxia sebuah cemilan yang ia suka. Ayahnya sendiri, langsung pergi ke sebuah tempat, untuk mengajar.
Lyxia lalu menikmati cemilan yang dibuat ibunya dengan lahap. Ia lalu menatap punggung ibunya yang sedang mencuci piring-piring kotor bekas makan malam kemarin yang belum dicuci.
Lyxia lalu melontarkan sebuah pertanyaan kepada ibunya, "Ibu, apakah seorang penyihir benar-benar tidak boleh mencintai seorang manusia, walaupun manusia tersebut baik kepadanya?"
Ibunya yang sedang mencuci piring, langsung berhenti ketika ia mendengar pertanyaan aneh dari anak gadisnya tersebut.
Ia lalu menoleh ke belakang dan menatap Lyxia dengan wajah yang terheran-heran, lalu justri ibunya balik bertanya kepada Lyxia, "Apakah kau menemukan seseorang di sana, Lyxia?"
Mendengar pertanyaan dari ibunya, Lyxia langsung menggelengkan kepalanya, sambil berkata, "Oh, bukan, bukan, aku hanya bertanya, karena penasaran saja."
Ibunya tersenyum setelah mendengar jawaban dari anak gadisnya barusan, lalu ia berjalan ke arah Lyxia, dan duduk di atas sebuah kursi yang berada di depan anaknya, kemudian berkata, "Lyxia, manusia itu jahat. Hari ini mereka mungkin baik kepadamu, namun ketika mereka tahu kau mempunyai kekuatan sihir, bisa jadi mereka akan berbalik mengancam dirimu, agar kau memenuhi permintaan-permintaan mereka. Manusia itu tidak bisa ditebak, Lyxia. Mereka tidak bisa setia. Dan jika kau merasa mulai mencintai seorang manusia, ibu hanya ingin kau berhenti sekarang, dan tidak perlu kembali ke dunia manusia, demi keselamatanmu."
Lyxia hanya mengangguk setelah mendengar perkataan dari ibunya, dan ibunya hanya tersenyum, kemudian ia berdiri dan kembali berjalan menuju ke tempat cuci piring yang berada di dapur, di mana cucian-cucian piring kotor yang belum ia selesaikan tadi.
Setelah selesai memakan seluruh cemilan yang dibuat oleh ibunya untuk dirinya, Lyxia lalu berjalan menuju kamarnya, kemudian ia masuk, dan mengunci pintunya rapat-rapat.
Ia lalu berjalan menuju ke ranjangnya, lalu berbaring di atas ranjangnya yang empuk, dan mulai membayangkan Mikhel.
"Tidak mungkin semua manusia jahat," pikirnya polos.
Ia sama sekali tidak memberitahukan kepada kedua orang tuanya bahwa ia semalaman berdua dengan seorang manusia. Ia hanya ingin menikmati perasaan itu, rasa cinta yang membuat badannya panas dan jantungnya berdebar kencang.
Lyxia ingin menemui Mikhel lagi, namun, ia takut kedua orang tuanya akan mengetahui semuanya, bahwa ia sudah mencintai seorang manusia.
Lyxia lalu bergumam dalam hatinya, "Andaikan aku bisa menguasai kedua dunia ini dan menyatukannya... Aku akan bisa mengubah aturan aneh tersebut... Dan juga... Aku bisa bebas berhubungan dengan Mikhel, kapanpun itu. Tidak akan lagi ada yang bisa menghentikanku untuk memiliki Mikhel... jika aku bisa menguasai seluruh isi dunia ini!"
Setelah Lyxia bergumam seperti itu, tanpa ia sadari, seberkas kecil kabut yang berwarna hitam, muncul dari dalam dadanya, yang tidak lama kemudian, menghilang.
Tiba-tiba saja setelah beberapa lama ia sudah berdiam di dalam kamar, ibunya mengetuk pintunya sambil berkata dari balik pintu, "Lyxia, guru sihirmu, Yvoxy, baru saja datang dan memintaku untuk menyampaikan sebuah pesan kepadamu, pergilah ke perpustakaan secepatnya, ada yang ingin ia bicarakan kepadamu!"
Lyxia langsung terbangun dari ranjangnya setelah mendengar permintaan itu, lalu ia berseru, "Baiklah, ibu!"
Ia kemudian bergegas mengganti pakaiannya dan membuka kunci pintu kamarnya, serta langsung berlari menuju ke pintu depan dan langsung keluar dari rumah. Ibunya hanya tersenyum melihat tingkah anak gadis satu-satunya tersebut.
Ternyata, di dalam hatinya, Lyxia mulai tidak nyaman berada di dalam rumahnya sendiri, sejak pertanyaan yang ia ajukan tadi kepada ibunya. Di tengah perjalanannya menuju perpustakaan, ia mulai melambatkan langkahnya, sambil mengisi pikiran-pikirannya dengan segala hal yang bisa membuatnya tersenyum.
Seluruh isi kepalanya, hanya Mikhel yang ia pikirkan, dan juga, ia sedang berpikir bagaimana caranya kembali ke dunia manusia tanpa dicurigai oleh kedua orang tuanya.
Setelah melalui perjalanan yang agak panjang dari rumahnya, ia akhirnya sampai juga di depan perpustakaan. Ia langsung masuk ke dalamnya dengan tergesa-gesa, dan mencari-cari Yvoxy, guru sihirnya, di seluruh ruangan dalam perpustakaan, namun ia sama sekali tidak menemukan guru sihirnya itu.
"Mungkin ibu salah dengar, lagi pula biasanya guru akan memanggilku untuk datang ke rumahnya, untuk apa ke perpustakaan besar seperti ini? Lagi pula ia punya banyak buku sihir di dalam rumahnya!" gumam Lyxia.
Ia lalu memutuskan untuk pergi dari perpustakaan, namun, tiba-tiba saja, sebuah bulu burung gagak yang berwarna hitam, melayang-layang di hadapannya, entah dari mana datangnya. Lyxia lalu menatap bulu burung gagak tersebut dengan penuh rasa penasaran dan entah mengapa, ia memutuskan untuk mengikuti kemana bulu burung gagak tersebut melayang.
Bulu burung gagak tersebut kemudian terlihat melayang-layang menuju ke arah sebuah pintu kecil yang letaknya sangat tersembunyi, di pojok perpustakaan. Pintu kecil itu tiba-tiba saja terbuka sendiri, dan terlihat, sebuah lorong panjang yang gelap setelah pintu itu terbuka, yang justru membuat Lyxia semakin penasaran.
Setelah Lyxia masuk ke dalam lorong gelap yang minim cahaya, tiba-tiba saja, pintu kecil tadi tertutup rapat dengan sendirinya. Lyxia seolah tidak mendengar sama sekali suara pintu tersebut, dan seolah terhipnotis, ia justru semakin penasaran kemana bulu burung gagak hitam tersebut akan membawanya.Bulu burung gagak hitam tersebut mulai terbang rendah dan semakin menjauhinya, dan Lyxia mulai berlari untuk mengejar bulu burung gagak hitam itu.Setelah berlari untuk beberapa saat, ia akhirnya tiba di sebuah ruangan yang berada di ujung lorong. Bulu burung gagak hitam tersebut masih terus melayang, lalu pintu ruangan tersebut terbuka sendiri, dan bulu burung gagak hitam tersebut kemudian masuk ke dalamnya, diikuti oleh Lyxia.Bulu burung gagak hitam itu akhirnya mendarat di atas sebuah lemari yang terlihat sudah tua usianya. Lyxia lalu membuka lemari tua itu dengan perlahan. Memang ruangan yang gelap, namun, entah bagaimana, Lyxia bisa melihat seberkas cahaya berwarna abu-abu yang memant
Yvoxy hanya bisa berdiri dengan keringat dingin yang mulai mengalir melewati wajahnya, namun ia berkata, "Lyxia, pulanglah. Kami hanya ingin memastikan bahwa dirimu baik-baik saja, karena kemarin kedua orang tuamu mengunjungiku hanya untuk menanyakan di mana dirimu seharian, tidak pulang ke rumah."Lyxia tersenyum lagi, dan membalas, "Baiklah, aku akan pulang, terima kasih sudah mengkhawatirkan diriku, guru," lalu ia mulai melangkah keluar dari gedung perpustakaan.Yvoxy hanya bisa menatap anak didiknya itu dengan sorot mata yang penuh dengan kecurigaan. Melihat keringat dingin Yvoxy yang mengalir melewati wajahnya dan cara ia memandang Lyxia, Rae langsung menepuk bahu Yvoxy dan berbisik, "Apakah itu barusan adalah Lyxia?"Yvoxy menggelengkan kepalanya dan membalik badannya, lalu menatap ke arah punggung Lyxia yang sedang berjalan keluar dari gedung perpustakaan. Rae juga membalik badannya dan menatap punggung Lyxia, dengan raut wajah yang penuh dengan rasa kebingungan.Setelah bebera
Lyxia kini mengubah dirinya menjadi Mira, menggunakan ilmu sihir hitam yang tiba-tiba saja ia miliki. Padahal, tidak ada satu penyihir pun di dunia penyihir yang bisa menggunakan sihir hitam tersebut kecuali para penyihir hitam dan pemimpinya, Demona, karena sumber energinya berasal dari kegelapan, dari iblis.Entah apa yang merasuki Lyxia, dan entah rencana apa yang ia punya sehingga ia mengubah dirinya sendiri menjadi Mira, wanita yang bersama Mikhel tadi malam.Ia lalu masuk ke dalam rumah Mikhel yang tidak dikunci, dengan perlahan. Mikhel yang terlihat hendak membuang sampah dan membuka pintu depan rumahnya, tiba-tiba terkejut ketika ia menemukan Lyxia yang kini adalah Mira.Mikhel terkejut ketika ia melihat 'Mira' yang kini berdiri tepat di hadapannya, namun ia tersenyum dan bertanya, "Mira, bukankah kau baru saja pulang tadi? Atau adakah sesuatu yang tertinggal di sini?"'Mira' lalu tersenyum mendengar pertanyaan tersebut, dan menjawab, "Tidak, aku hanya ingin bersamamu, walau h
Lyxia mulai menari dengan indah, sambil mengelilingi ibunya, dan membuat ibunya tersebut terpana akan keindahan setiap gerakan tari yang dibawakan Lyxia. Hanya gerakan tari balet yang sederhana, namun, ia mampu menghipnotis ibunya sendiri.Para penyihir yang sedang memperhatikan mereka berdua, bukannya senang karena tarian tersebut indah, melainkan justru merasa ketakutan, karena bayangan Lyxia yang terlihat tampak seperti burung gagak hitam dengan sayap besar yang seolah sedang menari-nari sebelum membunuh mangsanya.Dari kejauhan, terlihat Rae dan Yvoxy yang sedang berlari ke arah Lyxia dan ibunya, namun, keduanya justru langsung menghentikan langkahnya masing-masing ketika mereka memperhatikan bahwa Lyxia sedang menari di hadapan ibunya sendiri.Sementara Rae seperti terpana dengan tarian Lyxia, Yvoxy justru melihat bayangan Lyxia yang seolah-olah adalah burung gagak hitam dengan sayapnya yang besar, sedang menari di hadapan mangsanya.Menyadari ada sesuatu yang salah, Yvoxy langsu
Lyxia lalu menatap Rae dengan sorot mata yang sinis dan berkata, "Lyxia sudah tewas. Gadis bodoh itu sudah tidak ada. Jangan kau sebut lagi namanya. Ramona yang bodoh menyegelku dengan kepingan-kepingan hatinya sehingga ia hidup sampai akhir hayatnya tanpa merasakan emosi dan tidak memiliki perasaan apapun, bodoh bukan?""Namun ia lupa satu hal, bahwa segel bodohnya itu tidak kuat untuk selamanya. Gadis bodoh yang kau panggil Lyxia ini, keinginan jahatnya sangat kuat sekali, menarik perhatian burung-burung iblis pelayan-pelayanku. Gadis bodoh ini datang sendiri kepadaku, perlu aku jelaskan apa lagi? Ia telah membangkitkan kekuatan kegelapan dalam hatinya dan hal itu membuat segel yang mengurungku selama ini, akhirnya hancur! Bagus sekali!"Air mata Rae seketika tumpah mendengar jawaban itu. Ia langsung teringat sosok Lyxia yang selalu senang ketika ia menari balet untuk semua orang.Tariannya selalu indah dan elegan, seolah-olah angsa putih, Lyxia selalu membuat orang-orang yang melih
Yvoxy lalu menggandeng Rae, dan berjalan menuju ke tengah-tengah bagian dalam gedung tersebut, dan para penyihir senior terlihat memberikan jalan bagi mereka berdua.Terdapat tiga buah anak tangga yang menuju ke atas sebuah altar besar yang letaknya persis di tengah Gedung Axell. Yvoxy lalu menaiki anak-anak tangga tersebut dan ketika ia sampai di atas altar, ia kemudian berdiri tegak sambil masih menggandeng Rae yang terlihat agak bingung dan panik.Yvoxy lalu berbisik pada Rae, "Ini kali pertamamu, jangan tegang, seluruh penyihir yang berkumpul di sini adalah para penyihir senior, kau tidak perlu setakut itu."Kemudian, Yvoxy menoleh ke depan, ke arah para penyihir senior yang sudah menunggu-nunggu kedatangannya sejak tadi.Seorang penyihir senior lalu berteriak, "Apa yang sudah terjadi, Yvoxy? Lyxia adalah anak didikmu, bagaimana kau bertanggung jawab akan hal ini?"Seorang penyihir lainnya berteriak juga, "Apakah mungkin Lyxia sudah jatuh cinta pada seorang manusia dan perasaan it
Mendengar pertanyaan dari Rae barusan, Yvoxy lalu menjawab dengan cepat, "Lyxia baru saja menguasai sihir untuk membuka portal ke dunia manusia. Kita bisa mulai dari sana, dunia manusia. Ia tampak terburu-buru memintaku dalam waktu satu minggu, agar ia bisa menguasai caranya membuat portal tersebut. Kau harus mengikutiku, Rae, sebagai cucu dari Ramona, aku berharap banyak padamu."Rae mengangguk. Mereka lalu berjalan bersama, keluar dari Gedung Axell, lalu pulang ke rumah masing-masing. Langit masih tampak gelap gulita karena kehadiran Demona yang mulai menguasai langit di dalam dunia penyihir.Melihat langit yang begitu kelam, Rae kemudian bersedih. Ia mengingat Lyxia sebagai anak didik yang pintar, bahkan tariannya selalu membuat orang-orang yang melihatnya, terpana dan terkagum-kagum. Rae meneruskan langkahnya, berjalan menuju rumahnya yang agak jauh dari Gedung Axell. Matanya masih terlihat sedih atas kejadian hari ini.Sementara itu, pintu di sebuah gedung tua kosong dan gelap ya
Rae bermimpi dalam tidurnya. Ia bertemu neneknya, Ramona, dengan pakaian yang serba putih, rambutnya yang berwarna putih, dengan bola matanya yang berwarna coklat tua, serta wajahnya yang tidak menua. Ramona lalu menatap Rae dan tersenyum kepadanya.Rae terkejut melihat neneknya tersenyum, karena sejak ia berhasil menyegel Demona dengan kepingan-kepingan hatinya, yang Rae tahu adalah Ramona sama sekali tidak bisa tersenyum, apalagi merasakan cinta, kesedihan, kesepian, kekecewaan, dan perasaan-perasaan lainnya.Ramona yang tersenyum kepada Rae, berkata, "Rae, kau tidak pernah menemuiku karena aku sudah lebih dulu meninggal sebelum kau lahir namun, sepertinya orang tuamu menceritakan semuanya tentang diriku kepadamu, Rae."Rae langsung berlari, kemudian memeluk neneknya yang bahkan tidak pernah ia temui itu.Setelah memeluk neneknya untuk beberapa saat, ia lantas berkata, "Nenek! Aku akhirnya bisa bertemu denganmu, untuk pertama kalinya! Ah, apakah kau sudah tahu bahwa Demona sudah ban