Setelah Lyxia masuk ke dalam lorong gelap yang minim cahaya, tiba-tiba saja, pintu kecil tadi tertutup rapat dengan sendirinya. Lyxia seolah tidak mendengar sama sekali suara pintu tersebut, dan seolah terhipnotis, ia justru semakin penasaran kemana bulu burung gagak hitam tersebut akan membawanya.
Bulu burung gagak hitam tersebut mulai terbang rendah dan semakin menjauhinya, dan Lyxia mulai berlari untuk mengejar bulu burung gagak hitam itu.
Setelah berlari untuk beberapa saat, ia akhirnya tiba di sebuah ruangan yang berada di ujung lorong. Bulu burung gagak hitam tersebut masih terus melayang, lalu pintu ruangan tersebut terbuka sendiri, dan bulu burung gagak hitam tersebut kemudian masuk ke dalamnya, diikuti oleh Lyxia.
Bulu burung gagak hitam itu akhirnya mendarat di atas sebuah lemari yang terlihat sudah tua usianya. Lyxia lalu membuka lemari tua itu dengan perlahan. Memang ruangan yang gelap, namun, entah bagaimana, Lyxia bisa melihat seberkas cahaya berwarna abu-abu yang memantul menuju ke arah lemari tua tersebut sehingga ia memberanikan diri untuk membukanya.
Setelah membuka lemari tua itu, Lyxia lalu melihat sebuah kotak berwarna hitam yang ukurannya kecil. Dengan rasa penasaran, Lyxia kemudian mengambil kotak berwarna hitam itu, lalu membukanya, dan terlihat sebuah batu kristal kecil yang berwarna hitam legam di dalamnya.
Tiba-tiba saja, kotak kecil berwarna hitam itu bercahaya, dan cahaya yang muncul dari luar kotak, berwarna merah terang, lalu mendadak, kotak itu pecah berkeping-keping di atas tangan Lyxia, namun pecahannya tidak melukai tangannya, melainkan berubah menjadi debu halus, sementara batu kristal hitam kecil yang ada di dalam kotak tadi, mulai bersinar, lalu melayang-layang di udara.
Kedua bola mata Lyxia yang berwarna hitam, tiba-tiba berubah menjadi warna abu-abu ketika ia menatap tajam bola kristal hitam itu.
Seolah dihipnotis, tiba-tiba saja Lyxia mendengar suara seorang wanita, yang sedang bertanya kepadanya entah dari mana asalnya, “Lyxia, apakah kau jatuh cinta kepada seorang manusia?”
Lyxia menjawab, “Iya. Aku mencintainya, dan cinta itu adalah pada pandangan pertama…”
Suara wanita misterius tersebut kemudian bertanya lagi, “Tidak ada yang salah mencintai seorang manusia, bukan?”
Lyxia mengangguk, dan kali ini, suara wanita misterius itu bertanya untuk ketiga kalinya, “Lyxia, apakah kau ingin seluruh dunia ini menjadi milikmu, sehingga kau bebas melakukan apa saja? Dan apakah kau ingin sekali mengendalikan kedua dunia itu?”
Lyxia yang terlihat seperti sedang terkena hipnotis, langsung saja mengangguk setelah pertanyaan ketiga tadi, lalu ia berkata, “Aku ingin sebuah dunia yang tidak mengekang diriku, aku ingin menguasai dunia ini. Aku ingin bebas melakukan apapun tanpa halangan, aku ingin kembali ke dunia manusia dan bertemu Mikhel, tanpa rasa khawatir. Dua dunia ini… Harus menjadi milikku!”
Suara wanita misterius itu tiba-tiba menghilang, tidak lagi bertanya ataupun membalas. Batu kristal hitam kecil yang melayang-layang tadi, kini semakin bersinar terang, dan dengan perlahan, batu kristal hitam kecil itu kemudian masuk ke dalam dada Lyxia, dan menyatu dengan tubuhnya. Lyxia sendiri masih terdiam, pandangan matanya kosong.
Di luar gedung perpustakaan, tiba-tiba banyak burung gagak hitam yang entah dari mana asalnya, berkumpul dan terbang di atas gedung perpustakaan. Banyak sekali burung-burung gagak hitam yang berkumpul dan membuat suara-suara yang menyakitkan telinga-telinga semua penyihir yang mendengarnya.
Penyihir-penyihir yang sedang berada di sekitar gedung perpustakaan, mulai terheran-heran melihat kumpulan burung-burung gagak hitam yang muncul secara misterius entah dari mana asalnya, namun, beberapa penyihir justru mulai merasa ketakutan melihat burung-burung gagak hitam itu.
Dari kejauhan, Yvoxy yang sedang berjalan dengan santai sambil menyusuri jalanan yang sepi, tanpa sengaja, ia melihat burung-burung gagak hitam yang berterbangan di atas sebuah gedung.
"Itu gedung perpustakaan!" seru Yvoxy, lalu ia langsung berlari menuju ke arah gedung perpustakaan dengan ekspresi wajah yang terlihat panik.
Setibanya dia di depan gedung perpustakaan, ia lalu menoleh ke atas, kemudian ia melihat burung-burung gagak hitam yang jumlahnya semakin banyak, terbang di atas dan mengelilingi gedung perpustakaan.
“Astaga. Siapa yang sudah membangkitkan nyawa batu kristal hitam iblis itu? Bukankah sudah batu kristal hitam itu sudah disegel oleh Ramona, seratus tahun lalu? Aku sudah memastikan untuk menyembunyikan kotak berwarna merah darah itu tanpa ada seorangpun yang tahu keberadaannya, namun… mengapa burung-burung gagak hitam ini muncul kembali? Apakah Demona sudah bangkit?” gumam Yvoxy dalam hatinya.
Ia masih menatap kumpulan burung-burung gagak hitam yang berterbangan dengan ekspresi wajah yang gundah gulana.
Melihat burung-burung gagak hitam mulai berterbangan kembali di atas langit di dunia penyihir, Rae kemudian berlari dari rumahnya, dan sambil melewati jalan yang sepi, ia masih menatap ke atas langit, melihat burung-burung gagak yang muncul entah dari mana asalnya.
Ia terus berlari sampai akhirnya burung-burung gagak hitam itu membawanya ke gedung perpustakaan. Ia lalu melihat Yvoxy, kemudian ia berjalan cepat, dan akhirnya, ia berdiri di samping Yvoxy.
Dengan ekspresi yang gundah gulana, Rae bertanya, “Apakah ini kebangkitan Demona? Apakah… segel yang nenekku buat, sudah terbuka?"
Yvoxy lalu mengangguk, namun ia masih terus memperhatikan burung-burung gagak hitam yang jumlahnya semakin banyak.
Rae juga memandang ke arah burung-burung gagak hitam itu, kemudian ia berkata lagi kepada Yvoxy, “Nenekku sudah menyegel Demona seratus tahun lalu, dan ia rela kehilangan seluruh kepingan-kepingan hatinya, membuatnya kehilangan kemampuannya untuk merasakan seluruh emosi dan perasaan-perasaan seperti cinta, kasih sayang, dan perasaan lainnya, hanya untuk menyegel iblis sialan itu, lalu ia hidup dengan tatapan kosong dan wajah datar, tanpa bisa merasakan perasaan apapun. Lalu, sekarang, siapa penyihir yang berani membuka segel itu?”
Yvoxy hanya menghela nafas panjang, lalu membalas Rae, “Ada seseorang yang mempunyai tujuan jahat yang begitu kuat, yang sudah membuka Demona. Ia bisa saja bangkit lebih kuat setelah ini, dan perang akan segera dimulai kembali. Kita harus menemukan siapa orang tersebut. Ini berbahaya, dan jika bisa, kita harus membunuh orang itu, bukan, penyihir itu. Kita harus membunuh penyihir itu!”
Di sisi lain, di sebuah ruangan tersembunyi yang gelap, Lyxia masih menatap dinding ruangan itu dengan tatapan yang kosong.
Secara tiba-tiba, suara wanita misterius tersebut kembali terdengar, dan berkata kepada Lyxia, “Hatimu, cintamu, sungguh tulus namun penuh ambisi. Ambisimu untuk mengubah dunia ini hanya untukmu dan dirinya, berdua, benar bukan? Ambisimu akan semakin besar dan terwujud setelah ini, ikutilah kata-kataku, dan aku akan menghadiahkan padamu, dunia ini.”
Lyxia lalu mengangguk dengan wajah datar. Bola matanya kini sudah berubah menjadi warna abu-abu, bukan lagi hitam seperti sebelumnya.
Di luar gedung perpustakaan, burung-burung gagak hitam yang tadinya terbang mengelilingi bagian atas gedung, kini perlahan terbang menjauh dan menghilang begitu saja entah kemana.
Seluruh penyihir yang melihat kejadian tersebut ada yang kaget, dan ada juga yang merasa lega melihat burung-burung gagak tersebut sudah pergi dan menghilang, namun ada juga beberapa penyihir yang mulai bertanya-tanya apa yang terjadi.
Yvoxy dan Rae langsung berlari masuk ke dalam gedung perpustakaan, kemudian mereka mulai mencari-cari penyihir mana yang kira-kira sudah membuka segel batu kristal hitam tersebut, namun, mereka malah melihat Lyxia sedang membaca sebuah buku di ujung perpustakaan.
Lyxia yang mendengar suara langkah kaki Yvoxy dan Rae, langsung menoleh ke arah mereka, dan tersenyum, lalu menatap mereka berdua dengan tatapan yang sinis, lalu berkata, “Hai, guru-guruku. Ada apa kalian berdua bersama di dalam perpustakaan ini? Mengapa terkejut sekali melihatku seperti itu?”
Yvoxy langsung memperhatikan kedua bola mata Lyxia yang bukan lagi hitam warnanya, melainkan kini berwarna abu-abu. Keringat dingin Yvoxy langsung mengalir melewati wajahnya, ketika ia melihat Lyxia yang kini tampaknya, bukan Lyxia yang biasa.
Lyxia lalu menutup buku yang baru saja ia baca, dan berdiri dari kursinya, dan melangkah perlahan menuju kedua gurunya yang dari tadi menatap dirinya dengan tatapan penuh kebingungan dan kecurigaan.
Lyxia lalu berjalan mendekati mereka berdua, kemudian ia berhenti di hadapan kedua gurunya, dan mulai bertanya, “Apa ada yang salah denganku, sehingga kalian menatapku dengan begitu curiga?”
Rae dengan spontan menjawab, “Lyxia, tidak, kami hanya ingin mencari sebuah buku sihir di dalam perpustakaan ini, namun juga terkejut menemukan dirimu di sini. Tidak biasanya kau berada di perpustakaan dan membaca buku. Biasanya kau hanya berpikir soal menari.”
Lyxia tersenyum mendengar jawaban itu, lalu membalas, “Ah, aku hanya bosan di rumah dan selalu kesepian, orang tuaku, keduanya selalu pergi pagi hari sekali hanya untuk mengajar, dan akan pulang malam hari, dan aku mulai bosan menari, sehingga aku berpikir lebih baik pergi ke perpustakaan ini hanya untuk sekedar membaca buku.”
Lyxia lalu menoleh ke arah Yvoxy dan menatap guru sihirnya dengan tatapan sinis, lalu berkata lagi, “Adakah yang kau curigai, guru?”
Keringat dingin Yvoxy semakin mengalir, tubuhnya mulai bergetar ketika ia menatap kedua bola mata Lyxia yang – tidak biasanya.
Yvoxy hanya bisa berdiri dengan keringat dingin yang mulai mengalir melewati wajahnya, namun ia berkata, "Lyxia, pulanglah. Kami hanya ingin memastikan bahwa dirimu baik-baik saja, karena kemarin kedua orang tuamu mengunjungiku hanya untuk menanyakan di mana dirimu seharian, tidak pulang ke rumah."Lyxia tersenyum lagi, dan membalas, "Baiklah, aku akan pulang, terima kasih sudah mengkhawatirkan diriku, guru," lalu ia mulai melangkah keluar dari gedung perpustakaan.Yvoxy hanya bisa menatap anak didiknya itu dengan sorot mata yang penuh dengan kecurigaan. Melihat keringat dingin Yvoxy yang mengalir melewati wajahnya dan cara ia memandang Lyxia, Rae langsung menepuk bahu Yvoxy dan berbisik, "Apakah itu barusan adalah Lyxia?"Yvoxy menggelengkan kepalanya dan membalik badannya, lalu menatap ke arah punggung Lyxia yang sedang berjalan keluar dari gedung perpustakaan. Rae juga membalik badannya dan menatap punggung Lyxia, dengan raut wajah yang penuh dengan rasa kebingungan.Setelah bebera
Lyxia kini mengubah dirinya menjadi Mira, menggunakan ilmu sihir hitam yang tiba-tiba saja ia miliki. Padahal, tidak ada satu penyihir pun di dunia penyihir yang bisa menggunakan sihir hitam tersebut kecuali para penyihir hitam dan pemimpinya, Demona, karena sumber energinya berasal dari kegelapan, dari iblis.Entah apa yang merasuki Lyxia, dan entah rencana apa yang ia punya sehingga ia mengubah dirinya sendiri menjadi Mira, wanita yang bersama Mikhel tadi malam.Ia lalu masuk ke dalam rumah Mikhel yang tidak dikunci, dengan perlahan. Mikhel yang terlihat hendak membuang sampah dan membuka pintu depan rumahnya, tiba-tiba terkejut ketika ia menemukan Lyxia yang kini adalah Mira.Mikhel terkejut ketika ia melihat 'Mira' yang kini berdiri tepat di hadapannya, namun ia tersenyum dan bertanya, "Mira, bukankah kau baru saja pulang tadi? Atau adakah sesuatu yang tertinggal di sini?"'Mira' lalu tersenyum mendengar pertanyaan tersebut, dan menjawab, "Tidak, aku hanya ingin bersamamu, walau h
Lyxia mulai menari dengan indah, sambil mengelilingi ibunya, dan membuat ibunya tersebut terpana akan keindahan setiap gerakan tari yang dibawakan Lyxia. Hanya gerakan tari balet yang sederhana, namun, ia mampu menghipnotis ibunya sendiri.Para penyihir yang sedang memperhatikan mereka berdua, bukannya senang karena tarian tersebut indah, melainkan justru merasa ketakutan, karena bayangan Lyxia yang terlihat tampak seperti burung gagak hitam dengan sayap besar yang seolah sedang menari-nari sebelum membunuh mangsanya.Dari kejauhan, terlihat Rae dan Yvoxy yang sedang berlari ke arah Lyxia dan ibunya, namun, keduanya justru langsung menghentikan langkahnya masing-masing ketika mereka memperhatikan bahwa Lyxia sedang menari di hadapan ibunya sendiri.Sementara Rae seperti terpana dengan tarian Lyxia, Yvoxy justru melihat bayangan Lyxia yang seolah-olah adalah burung gagak hitam dengan sayapnya yang besar, sedang menari di hadapan mangsanya.Menyadari ada sesuatu yang salah, Yvoxy langsu
Lyxia lalu menatap Rae dengan sorot mata yang sinis dan berkata, "Lyxia sudah tewas. Gadis bodoh itu sudah tidak ada. Jangan kau sebut lagi namanya. Ramona yang bodoh menyegelku dengan kepingan-kepingan hatinya sehingga ia hidup sampai akhir hayatnya tanpa merasakan emosi dan tidak memiliki perasaan apapun, bodoh bukan?""Namun ia lupa satu hal, bahwa segel bodohnya itu tidak kuat untuk selamanya. Gadis bodoh yang kau panggil Lyxia ini, keinginan jahatnya sangat kuat sekali, menarik perhatian burung-burung iblis pelayan-pelayanku. Gadis bodoh ini datang sendiri kepadaku, perlu aku jelaskan apa lagi? Ia telah membangkitkan kekuatan kegelapan dalam hatinya dan hal itu membuat segel yang mengurungku selama ini, akhirnya hancur! Bagus sekali!"Air mata Rae seketika tumpah mendengar jawaban itu. Ia langsung teringat sosok Lyxia yang selalu senang ketika ia menari balet untuk semua orang.Tariannya selalu indah dan elegan, seolah-olah angsa putih, Lyxia selalu membuat orang-orang yang melih
Yvoxy lalu menggandeng Rae, dan berjalan menuju ke tengah-tengah bagian dalam gedung tersebut, dan para penyihir senior terlihat memberikan jalan bagi mereka berdua.Terdapat tiga buah anak tangga yang menuju ke atas sebuah altar besar yang letaknya persis di tengah Gedung Axell. Yvoxy lalu menaiki anak-anak tangga tersebut dan ketika ia sampai di atas altar, ia kemudian berdiri tegak sambil masih menggandeng Rae yang terlihat agak bingung dan panik.Yvoxy lalu berbisik pada Rae, "Ini kali pertamamu, jangan tegang, seluruh penyihir yang berkumpul di sini adalah para penyihir senior, kau tidak perlu setakut itu."Kemudian, Yvoxy menoleh ke depan, ke arah para penyihir senior yang sudah menunggu-nunggu kedatangannya sejak tadi.Seorang penyihir senior lalu berteriak, "Apa yang sudah terjadi, Yvoxy? Lyxia adalah anak didikmu, bagaimana kau bertanggung jawab akan hal ini?"Seorang penyihir lainnya berteriak juga, "Apakah mungkin Lyxia sudah jatuh cinta pada seorang manusia dan perasaan it
Mendengar pertanyaan dari Rae barusan, Yvoxy lalu menjawab dengan cepat, "Lyxia baru saja menguasai sihir untuk membuka portal ke dunia manusia. Kita bisa mulai dari sana, dunia manusia. Ia tampak terburu-buru memintaku dalam waktu satu minggu, agar ia bisa menguasai caranya membuat portal tersebut. Kau harus mengikutiku, Rae, sebagai cucu dari Ramona, aku berharap banyak padamu."Rae mengangguk. Mereka lalu berjalan bersama, keluar dari Gedung Axell, lalu pulang ke rumah masing-masing. Langit masih tampak gelap gulita karena kehadiran Demona yang mulai menguasai langit di dalam dunia penyihir.Melihat langit yang begitu kelam, Rae kemudian bersedih. Ia mengingat Lyxia sebagai anak didik yang pintar, bahkan tariannya selalu membuat orang-orang yang melihatnya, terpana dan terkagum-kagum. Rae meneruskan langkahnya, berjalan menuju rumahnya yang agak jauh dari Gedung Axell. Matanya masih terlihat sedih atas kejadian hari ini.Sementara itu, pintu di sebuah gedung tua kosong dan gelap ya
Rae bermimpi dalam tidurnya. Ia bertemu neneknya, Ramona, dengan pakaian yang serba putih, rambutnya yang berwarna putih, dengan bola matanya yang berwarna coklat tua, serta wajahnya yang tidak menua. Ramona lalu menatap Rae dan tersenyum kepadanya.Rae terkejut melihat neneknya tersenyum, karena sejak ia berhasil menyegel Demona dengan kepingan-kepingan hatinya, yang Rae tahu adalah Ramona sama sekali tidak bisa tersenyum, apalagi merasakan cinta, kesedihan, kesepian, kekecewaan, dan perasaan-perasaan lainnya.Ramona yang tersenyum kepada Rae, berkata, "Rae, kau tidak pernah menemuiku karena aku sudah lebih dulu meninggal sebelum kau lahir namun, sepertinya orang tuamu menceritakan semuanya tentang diriku kepadamu, Rae."Rae langsung berlari, kemudian memeluk neneknya yang bahkan tidak pernah ia temui itu.Setelah memeluk neneknya untuk beberapa saat, ia lantas berkata, "Nenek! Aku akhirnya bisa bertemu denganmu, untuk pertama kalinya! Ah, apakah kau sudah tahu bahwa Demona sudah ban
Yvoxy langsung terkejut mendengar pernyataan Rae tadi. Ia bahkan menatap Rae dengan ekspresi wajah yang kebingungan, lalu bertanya, "Apa mungkin? Seorang penyihir, atau manusia?"Rae langsung menjawab pertanyaan Yvoxy dengan tegas, "Anak gadis tersebut, menurut nenekku, akan lahir dari rahim seorang penyihir netral, namun, kekasihnya adalah seorang manusia!"Langsung saja Yvoxy merasa kesal setelah mendengar jawaban itu, lalu menatap Rae dengan ekspresi wajah yang terlihat marah, kemudian berkata, "Tidak mungkin! Penyihir mana yang berani melakukan hubungan badan dengan manusia? Kau sudah gila, Rae. Mimpi adalah mimpi! Jika Ramona dalam mimpimu berkata demikian, itu artinya memang Demona tidak akan pernah bisa dikalahkan, Rae! Mustahil sekali, penyihir mana yang mau melahirkan anak seorang manusia?"Rae yang tiba-tiba menjadi kebingungan setelah mendengar perkataan Yvoxy, hanya bisa menghela nafas panjang, lalu berkata, "Kau benar juga. Mimpi adalah mimpi. Baiklah, dari pada kita hany