Lyxia mengajak Mikhel untuk menemaninya menari bersama, di tengah-tengah taman tersebut, di samping api unggun yang besar itu. Mikhel akhirnya menuruti ajakan Lyxia walaupun ia tidak bisa menari sebenarnya. Sesampainya mereka di tengah-tengah taman itu,
Lyxia lalu melakukan fifth position sambil mengayunkan kedua tangannya, lalu mengulurkan tangan kanannya kepada Mikhel. Mikhel kemudian meraih tangan Lyxia, dan Lyxia mulai menari, beberapa gerakan sederhana dari tarian balet yang indah.
Semua orang langsung terdiam dan mata-mata mereka langsung menatap ke arah Lyxia yang sedang menari dengan begitu anggun, bahkan ada beberapa orang yang memang terlihat membawa alat musik, mulai memainkan musik untuk Lyxia.
Tubuhnya begitu lentur, gerakan-gerakannya begitu indah. Kedua kakinya sangat lincah dan kedua tangannya bergerak mengikuti alunan musik yang dibawakan oleh beberapa orang tersebut. Mikhel memperhatikan Lyxia yang sedang menari balet dengan begitu anggun, dengan decak kagum.
Matanya tidak bisa berhenti melihat tarian indah tersebut, dan beberapa kali ia terlihat menari sedikit bersama Lyxia, seolah tubuhnya tahu gerakan apa selanjutnya.
Lyxia ternyata sedang membawakan sebuah cerita tari balet klasik, yang berkisah tentang seorang ratu angsa bernama Odette yang jatuh cinta kepada seorang pangeran. Lyxia yang sedang menari di hadapan Mikhel, seolah-olah Odette yang sedang menunjukkan rasa cintanya yang begitu dalam, kepada sang pangeran.
Ia ingin Mikhel melihat gerakan-gerakan tarian itu, tarian di mana Odette menunjukkan perasaannya kepada sang pangeran. Semua orang yang berada di sana, benar-benar terpana melihat tariannya.
Lyxia menari dengan begitu lembut, sehingga seolah-olah dia menjadi ratu angsa putih, Odette, dalam cerita itu. Ekspresi wajahnya juga sangat jelas menunjukkan bahwa ia seolah-olah seperti ratu angsa yang penuh dengan cinta dan harapan.
Mikhel menatap Lyxia yang masih menari di hadapannya, dan jantungnya mulai berdebar cepat. Seolah ia tahu bahwa tarian tersebut memang ditujukan untuknya.
Lyxia terlihat masih menari. Tangan dan kakinya juga masih terlihat begitu lincah dan anggun dalam membawakan tarian ratu angsa putih. Sampai pada akhirnya, ia menyelesaikan seluruh gerakan dari tarian ratu angsa putih, dan kembali berdiri dan menatap Mikhel dengan senyuman akhir yang lembut.
Wajah Mikhel menjadi merah. Dalam hatinya, ia tidak menyangka seorang gadis akan menyatakan perasaannya melalui tari balet yang indah dan anggun. Ketika Lyxia sudah selesai menari, seluruh orang yang sudah melihatnya menari dari tadi, langsung bertepuk tangan, dan bersorak-sorai. Festival kembang api pun dilanjutkan dengan sangat meriah.
Orang-orang mulai berkumpul lagi dan bersenang-senang, pesta yang meriah.
Lyxia lalu berjalan mendekati Mikhel, berdiri dekat di hadapannya dan bertanya, "Aku baru saja bertemu denganmu, walaupun pertemuan kita sangat singkat, namun aku harap, kau sudah mengetahui perasaanku lewat tarian yang baru saja aku bawakan." Dan Mikhel sendiri terkejut mendengar perkataan Lyxia barusan.
"Aku tidak tahu harus berkata apa. Tarian tadi begitu indah, dan aku sudah tahu, dengan tarian itu, kau menyatakan perasaanmu kepadaku. Aku sangat senang, Lyxia," balas Mikhel.
Jantung Lyxia semakin berdetak kencang mendengar balasan dari Mikhel barusan. Mikhel langsung meraih dagu Lyxia, dan tiba-tiba saja, ia mencium bibir Lyxia. Di tengah keramaian dan api unggun yang menyala-nyala sangat tinggi ke atas, Lyxia membalas ciuman Mikhel dengan memeluknya erat-erat.
Mereka berdua seolah dimabuk cinta, dan seakan-akan dunia adalah milik mereka berdua, tidak peduli dengan orang-orang yang melihat mereka berdua sedang berciuman di depan umum. Setelah itu, Mikhel lalu mengajak Lyxia pergi dari festival, dengan menggandeng tangannya.
Mereka berdua mulai berlari bersama, di tengah indahnya malam ini, dengan bulan purnama yang terang sekali yang menemani mereka berdua berlari sambil bergandengan tangan dan saling tersenyum.
Lyxia sangat senang mengetahui bahwa perasaannya kepasa Mikhel terbalaskan, walaupun ia baru bertemu Mikhel satu atau dua kali, ia sudah merasakan cinta pada pandangan pertama, sampai ia lupa bahwa ia adalah penyihir, dan penyihir tidak diperbolehkan mencintai manusia.
Setelah berlari untuk sekian lama, mereka berdua akhirnya tiba di depan sebuah rumah yang terlihat tidak begitu menarik, dan kecil. Itu adalah rumah Mikhel yang baru saja ia beli di kota kecil ini.
Mikhel lalu mengajak Lyxia masuk ke dalam rumahnya, hanya untuk sekedar berbicara berdua, mengenal masing-masing lebih dalam. Begitu mereka berdua masuk ke dalam rumah tersebut, Mikhel lalu menyalakan api unggun untuk menghangatkan mereka berdua.
Ia juga tidak lupa untuk menyuguhkan minuman kepada Lyxia, lalu, mereka duduk bersama di atas lantai, sambil bercerita tentang apapun.
Lyxia merasa nyaman duduk di sebelah Mikhel, lalu ia menyandarkan kepalanya di atas bahu Mikhel, dan tiba-tiba saja, wajah Lyxia berubah menjadi sedih.
Ia lalu bertanya, "Mikhel, apakah kau akan berhenti menyukaiku ketika kau tahu bahwa aku adalah seorang penyihir?"
Mikhel terkejut dengan pertanyaan itu, namun, ia menjawab, "Aku tidak peduli, lagi pula di dunia ini tidak pernah kutemukan ada penyihir satu orang pun. Kau hanya berandai-andai. Aku menyukaimu, lagi pula jika benar kau adalah penyihir, maka memang, tarianmu tadi-lah yang menyihir hatiku."
Lyxia sangat senang mendengarnya. Ia memeluk erat Mikhel dari samping. Mikhel lalu menoleh, dan menatap Lyxia dengan tatapan yang penuh cinta. Lyxia lalu mencium bibir Mikhel lagi, dan kali ini, Mikhel membalas ciuman tersebut.
Lyxia sendiri tampaknya lupa sama sekali bahwa ia tidak boleh mencintai manusia, namun, ia justru malah bermesraan dengan seorang manusia. Ia sangat percaya bahwa Mikhel adalah jodohnya, walaupun dunia mereka berbeda, dan Mikhel tidak tahu sama sekali tentang itu, bahkan, Lyxia memutuskan untuk -merahasiakannya.
Mereka bermesraan berdua dan Lyxia sama sekali tidak kembali ke dunia penyihir. Ia ingin merasakan apa itu cinta, cinta pertamanya di dunia manusia. Ia lalu berpikir bahwa manusia tidak sejahat itu, lalu, mengapa bisa ada kutukan bahwa setiap penyihir yang mencintai manusia, maka akan mendapatkan sebuah musibah dalam hidupnya?
Lyxia hanya bisa tersenyum sambil menatap wajah pria manusianya tersebut, yang tidur di sampingnya dengan begitu lelap.
Pagi menjelang, dan mereka berdua terlihat tidur sambil berpelukan semalaman penuh. Lyxia sama sekali tidak kembali ke dunia penyihir, sehingga kedua orang tuanya, yang berada di dunia penyihir, tentu terlihat sedikit panik dan mulai mencari-cari putri semata wayangnya tersebut.
Kedua orang tua Lyxia bahkan mencari-cari dirinya hingga harus menemui dan bertanya kepada semua teman-temannya, namun, tidak -membuahkan hasil. Ibunya, mulai berpikir bahwa anak gadisnya itu pergi ke dunia manusia yang mungkin membuatnya penasaran dan tidak segera kembali ke dunia sihir.
Dengan perasaan yang tidak tenang, kedua orang tuanya lalu membuka sebuah portal menuju ke dunia manusia, dan mulai mencari keberadaan anak gadis mereka.
Ketika mereka berdua tiba di dunia manusia, tepatnya di tengah hutan di mana sinar matahari bisa menembus seluruh pepohonannya, dengan cepat, mereka berdua lalu berlari ke arah kota kecil tepat di sebelah hutan tersebut letaknya. Lyxia yang tidak mengetahui bahwa kedua orang tuanya mencari-carinya hingga memaksa mereka untuk datang ke dunia manusia.
Pagi itu, Lyxia dan Mikhel setelah bangun dari tidurnya, mereka kemudian berjalan menuju ke dapur dan lalu Lyxia duduk di atas sebuah sofa yang empuk. Setelah itu, Mikhel membuatkan Lyxia sebuah minuman hangat. Lyxia, dengan senyum yang polos, memandang punggung Mikhel yang sedang membersihkan piring-piring kotor, dengan penuh cinta, sambil meminum minuman hangat yang baru saja Mikhel bawakan untuknya.
Mereka berdua lalu memutuskan untuk keluar dari rumah dan berjalan-jalan mengelilingi kota. Ketika mereka berdua melewati taman di tengah kota, tiba-tiba saja, Lyxia menghentikan langkahnya, dan terkejut dengan apa yang ia lihat dari kejauhan, yakni kedua orang tuanya yang terlihat panik di wajah mereka, sambil mencari-cari dirinya di setiap kios yang mereka lewati.
Lyxia melihat kedua orang tuanya sedang berlari kecil di sudut jalan dan terlihat seperti sedang mencari-cari dirinya, langsung saja ia menarik tangan Mikhel, menggandengnya dan mengajaknya berlari menuju ke sebuah kios yang belum buka pagi itu.Lyxia lalu mengintip kedua orang tuanya itu dari balik kios.Mikhel lalu terheran-heran dengan sikap Lyxia, dan bertanya, "Lyxia, ada apa?"Lyxia menoleh ke arah Mikhel, lalu menjawab dengan pelan, "Kedua orang tuaku sedang berada di sini, ah, Mikhel, aku tidak memberitahukan kedua orang tuaku bahwa aku akan pergi ke festival kembang api kemarin, maafkan aku."Mikhel lalu tertawa mendengar jawaban Lyxia yang polos itu, lalu membalas, "Baiklah kalau begitu, aku sebaiknya pergi terlebih dahulu, kau tahu di mana bisa menemukan diriku. Sampai jumpa nanti, sayang," lalu Mikhel mengecup bibir Lyxia, kemudian ia berjalan dan meninggalkan Lyxia sendirian.Lyxia lalu mengintip lagi kedua orang tuanya itu dari balik kios kecil tadi. Dengan rasa gugup, i
Setelah Lyxia masuk ke dalam lorong gelap yang minim cahaya, tiba-tiba saja, pintu kecil tadi tertutup rapat dengan sendirinya. Lyxia seolah tidak mendengar sama sekali suara pintu tersebut, dan seolah terhipnotis, ia justru semakin penasaran kemana bulu burung gagak hitam tersebut akan membawanya.Bulu burung gagak hitam tersebut mulai terbang rendah dan semakin menjauhinya, dan Lyxia mulai berlari untuk mengejar bulu burung gagak hitam itu.Setelah berlari untuk beberapa saat, ia akhirnya tiba di sebuah ruangan yang berada di ujung lorong. Bulu burung gagak hitam tersebut masih terus melayang, lalu pintu ruangan tersebut terbuka sendiri, dan bulu burung gagak hitam tersebut kemudian masuk ke dalamnya, diikuti oleh Lyxia.Bulu burung gagak hitam itu akhirnya mendarat di atas sebuah lemari yang terlihat sudah tua usianya. Lyxia lalu membuka lemari tua itu dengan perlahan. Memang ruangan yang gelap, namun, entah bagaimana, Lyxia bisa melihat seberkas cahaya berwarna abu-abu yang memant
Yvoxy hanya bisa berdiri dengan keringat dingin yang mulai mengalir melewati wajahnya, namun ia berkata, "Lyxia, pulanglah. Kami hanya ingin memastikan bahwa dirimu baik-baik saja, karena kemarin kedua orang tuamu mengunjungiku hanya untuk menanyakan di mana dirimu seharian, tidak pulang ke rumah."Lyxia tersenyum lagi, dan membalas, "Baiklah, aku akan pulang, terima kasih sudah mengkhawatirkan diriku, guru," lalu ia mulai melangkah keluar dari gedung perpustakaan.Yvoxy hanya bisa menatap anak didiknya itu dengan sorot mata yang penuh dengan kecurigaan. Melihat keringat dingin Yvoxy yang mengalir melewati wajahnya dan cara ia memandang Lyxia, Rae langsung menepuk bahu Yvoxy dan berbisik, "Apakah itu barusan adalah Lyxia?"Yvoxy menggelengkan kepalanya dan membalik badannya, lalu menatap ke arah punggung Lyxia yang sedang berjalan keluar dari gedung perpustakaan. Rae juga membalik badannya dan menatap punggung Lyxia, dengan raut wajah yang penuh dengan rasa kebingungan.Setelah bebera
Lyxia kini mengubah dirinya menjadi Mira, menggunakan ilmu sihir hitam yang tiba-tiba saja ia miliki. Padahal, tidak ada satu penyihir pun di dunia penyihir yang bisa menggunakan sihir hitam tersebut kecuali para penyihir hitam dan pemimpinya, Demona, karena sumber energinya berasal dari kegelapan, dari iblis.Entah apa yang merasuki Lyxia, dan entah rencana apa yang ia punya sehingga ia mengubah dirinya sendiri menjadi Mira, wanita yang bersama Mikhel tadi malam.Ia lalu masuk ke dalam rumah Mikhel yang tidak dikunci, dengan perlahan. Mikhel yang terlihat hendak membuang sampah dan membuka pintu depan rumahnya, tiba-tiba terkejut ketika ia menemukan Lyxia yang kini adalah Mira.Mikhel terkejut ketika ia melihat 'Mira' yang kini berdiri tepat di hadapannya, namun ia tersenyum dan bertanya, "Mira, bukankah kau baru saja pulang tadi? Atau adakah sesuatu yang tertinggal di sini?"'Mira' lalu tersenyum mendengar pertanyaan tersebut, dan menjawab, "Tidak, aku hanya ingin bersamamu, walau h
Lyxia mulai menari dengan indah, sambil mengelilingi ibunya, dan membuat ibunya tersebut terpana akan keindahan setiap gerakan tari yang dibawakan Lyxia. Hanya gerakan tari balet yang sederhana, namun, ia mampu menghipnotis ibunya sendiri.Para penyihir yang sedang memperhatikan mereka berdua, bukannya senang karena tarian tersebut indah, melainkan justru merasa ketakutan, karena bayangan Lyxia yang terlihat tampak seperti burung gagak hitam dengan sayap besar yang seolah sedang menari-nari sebelum membunuh mangsanya.Dari kejauhan, terlihat Rae dan Yvoxy yang sedang berlari ke arah Lyxia dan ibunya, namun, keduanya justru langsung menghentikan langkahnya masing-masing ketika mereka memperhatikan bahwa Lyxia sedang menari di hadapan ibunya sendiri.Sementara Rae seperti terpana dengan tarian Lyxia, Yvoxy justru melihat bayangan Lyxia yang seolah-olah adalah burung gagak hitam dengan sayapnya yang besar, sedang menari di hadapan mangsanya.Menyadari ada sesuatu yang salah, Yvoxy langsu
Lyxia lalu menatap Rae dengan sorot mata yang sinis dan berkata, "Lyxia sudah tewas. Gadis bodoh itu sudah tidak ada. Jangan kau sebut lagi namanya. Ramona yang bodoh menyegelku dengan kepingan-kepingan hatinya sehingga ia hidup sampai akhir hayatnya tanpa merasakan emosi dan tidak memiliki perasaan apapun, bodoh bukan?""Namun ia lupa satu hal, bahwa segel bodohnya itu tidak kuat untuk selamanya. Gadis bodoh yang kau panggil Lyxia ini, keinginan jahatnya sangat kuat sekali, menarik perhatian burung-burung iblis pelayan-pelayanku. Gadis bodoh ini datang sendiri kepadaku, perlu aku jelaskan apa lagi? Ia telah membangkitkan kekuatan kegelapan dalam hatinya dan hal itu membuat segel yang mengurungku selama ini, akhirnya hancur! Bagus sekali!"Air mata Rae seketika tumpah mendengar jawaban itu. Ia langsung teringat sosok Lyxia yang selalu senang ketika ia menari balet untuk semua orang.Tariannya selalu indah dan elegan, seolah-olah angsa putih, Lyxia selalu membuat orang-orang yang melih
Yvoxy lalu menggandeng Rae, dan berjalan menuju ke tengah-tengah bagian dalam gedung tersebut, dan para penyihir senior terlihat memberikan jalan bagi mereka berdua.Terdapat tiga buah anak tangga yang menuju ke atas sebuah altar besar yang letaknya persis di tengah Gedung Axell. Yvoxy lalu menaiki anak-anak tangga tersebut dan ketika ia sampai di atas altar, ia kemudian berdiri tegak sambil masih menggandeng Rae yang terlihat agak bingung dan panik.Yvoxy lalu berbisik pada Rae, "Ini kali pertamamu, jangan tegang, seluruh penyihir yang berkumpul di sini adalah para penyihir senior, kau tidak perlu setakut itu."Kemudian, Yvoxy menoleh ke depan, ke arah para penyihir senior yang sudah menunggu-nunggu kedatangannya sejak tadi.Seorang penyihir senior lalu berteriak, "Apa yang sudah terjadi, Yvoxy? Lyxia adalah anak didikmu, bagaimana kau bertanggung jawab akan hal ini?"Seorang penyihir lainnya berteriak juga, "Apakah mungkin Lyxia sudah jatuh cinta pada seorang manusia dan perasaan it
Mendengar pertanyaan dari Rae barusan, Yvoxy lalu menjawab dengan cepat, "Lyxia baru saja menguasai sihir untuk membuka portal ke dunia manusia. Kita bisa mulai dari sana, dunia manusia. Ia tampak terburu-buru memintaku dalam waktu satu minggu, agar ia bisa menguasai caranya membuat portal tersebut. Kau harus mengikutiku, Rae, sebagai cucu dari Ramona, aku berharap banyak padamu."Rae mengangguk. Mereka lalu berjalan bersama, keluar dari Gedung Axell, lalu pulang ke rumah masing-masing. Langit masih tampak gelap gulita karena kehadiran Demona yang mulai menguasai langit di dalam dunia penyihir.Melihat langit yang begitu kelam, Rae kemudian bersedih. Ia mengingat Lyxia sebagai anak didik yang pintar, bahkan tariannya selalu membuat orang-orang yang melihatnya, terpana dan terkagum-kagum. Rae meneruskan langkahnya, berjalan menuju rumahnya yang agak jauh dari Gedung Axell. Matanya masih terlihat sedih atas kejadian hari ini.Sementara itu, pintu di sebuah gedung tua kosong dan gelap ya