Yvoxy hanya bisa berdiri dengan keringat dingin yang mulai mengalir melewati wajahnya, namun ia berkata, "Lyxia, pulanglah. Kami hanya ingin memastikan bahwa dirimu baik-baik saja, karena kemarin kedua orang tuamu mengunjungiku hanya untuk menanyakan di mana dirimu seharian, tidak pulang ke rumah."
Lyxia tersenyum lagi, dan membalas, "Baiklah, aku akan pulang, terima kasih sudah mengkhawatirkan diriku, guru," lalu ia mulai melangkah keluar dari gedung perpustakaan.
Yvoxy hanya bisa menatap anak didiknya itu dengan sorot mata yang penuh dengan kecurigaan. Melihat keringat dingin Yvoxy yang mengalir melewati wajahnya dan cara ia memandang Lyxia, Rae langsung menepuk bahu Yvoxy dan berbisik, "Apakah itu barusan adalah Lyxia?"
Yvoxy menggelengkan kepalanya dan membalik badannya, lalu menatap ke arah punggung Lyxia yang sedang berjalan keluar dari gedung perpustakaan. Rae juga membalik badannya dan menatap punggung Lyxia, dengan raut wajah yang penuh dengan rasa kebingungan.
Setelah beberapa saat, Yvoxy lalu membalas Rae, "Kemungkinan besar bisa jadi, batu kristal hitam sialan tersebut, memilih Lyxia sebagai inangnya."
Dengan mata melotot, Rae langsung terkejut mendengar pernyataan Yvoxy barusan, lalu ia berbisik pelan, "Tidak mungkin, Lyxia adalah anak yang sangat – patuh!"
Mereka berdua lalu hanya bisa menatap Lyxia dari kejauhan yang kini sudah berada di luar gedung perpustakaan. Setelah berjalan untuk sekian lama, Lyxia tiba-tiba saja berhenti di tengah jalan, dan dengan sorot mata yang tajam, ia lalu mengangkat kedua tangannya ke depan, dan dengan mudahnya, ia membuka sebuah portal menuju ke dunia manusia.
Ketika portal sudah terbuka, Lyxia langsung masuk ke dalamnya dan portal tersebut langsung menghilang. Kini, ia sudah berada di hutan yang indah di dunia manusia.
Kedua bola matanya kini kembali berwarna hitam, seperti sebelumnya. Lyxia lalu bergumam sendiri, "Aku benar-benar lupa di mana rumah Mikhel..."
Dan ia mulai berlari ke arah kota kecil kemarin, yang letaknya tepat di sebelah hutan itu. Ia berlari ke segala arah sambil mencari Mikhel di seluruh kota, namun ia tidak dapat menemukannya.
Hari semakin gelap. Lyxia akhirnya menghentikan langkahnya di tepi jalan, lalu ia menghela nafas panjang, dan mulai bergumam pada dirinya sendiri, "Mungkin bukan hari ini Mikhel berada di kota ini. Lagi pula, dia memberitahuku bahwa ia hanya akan berada di kota ini setiap hari Senin untuk mengantar hasil panennya."
Lyxia lalu berjalan perlahan menyusuri jalanan yang sepi karena hari semakin malam sehingga banyak orang yang sudah berada di rumahnya masing-masing. Lyxia yang termenung, tiba-tiba teringat bahwa rumah Mikhel berada di sudut kota kecil ini.
Dengan hati yang senang, ia lalu berlari sambil mengingat-ingat di mana letak rumah Mikhel. Lyxia juga baru ingat bahwa ia sendiri menghabiskan waktu berdua dengan Mikhel kemarin malam, di dalam rumah itu.
Berlari dan terus berlari menyusuri jalan tersebut, hingga akhirnya dari jauh, ia melihat sebuah rumah kecil, dan ia ingat, itu adalah rumah Mikhel. Lyxia yang hatinya sedang berbunga-bunga, memutuskan untuk memberi Mikhel kejutan bahwa dirinya datang secara tiba-tiba. Ia lalu berjalan mendekati rumah tersebut dengan langkah kaki yang pelan sehingga suaranya hampir tidak terdengar.
Ia bahkan membuka pagar rumah itu dengan perlahan, kemudian ia berjalan menuju ke halaman belakang dengan berjalan melalui sebuah jalan kecil yang terletak di samping rumah Mikhel, masih dengan langkah yang sangat pelan.
Entah apa tujuannya berjalan seperti itu namun, senyuman di wajahnya sama sekali tidak bisa disembunyikan. Ia sangat ingin memberikan kejutan untuk Mikhel.
Ketika Lyxia sampai di balik pohon yang sangat besar yang terletak di halaman belakang rumah tersebut, tiba-tiba saja ia melihat seorang wanita yang juga sedang berada di halaman belakang, sedang berdiri sambil menikmati indahnya langit malam ini.
Langkah Lyxia lalu terhenti, dan ia mulai mengintip, ingin melihat apa yang sedang terjadi dan siapa wanita itu, mengapa ia berada di rumah Mikhel?
Ia lalu melihat Mikhel datang dari dalam rumah dan memberikan wanita itu secangkir minuman hangat, serta memberikan wanita itu pelukan. Wanita berambut coklat tersebut lalu memeluk Mikhel sambil dengan hati-hati memegang cangkir minumannya.
Kedua bola mata Lyxia yang semula hitam, tiba-tiba berubah menjadi abu-abu lagi, dan ia terus fokus memperhatikan Mikhel dan wanita tersebut dari balik pohon besar.
Wanita tersebut terlihat sedang bertanya pada Mikhel, "Apakah kau merindukan diriku, Mikhel?"
Mikhel lalu tersenyum pada wanita itu dan menjawab, "Aku sangat merindukanmu, sudah tiga tahun lamanya kau tidak kembali ke sini, Mira."
Wanita tersebut membalas senyuman itu dan Mikhel sepertinya tampak senang. Lyxia yang mendengar percakapan mereka berdua tadi, lalu bergumam dalam hatinya, "Mira."
Lyxia lalu fokus kembali melihat dan mendengar Mikhel dan Mira yang terlihat seperti sepasang kekasih. Mikhel lalu memeluk Mira, dan mencium bibirnya dengan penuh cinta. Ciuman tersebut dibalas oleh Mira, yang langsung memeluk Mikhel dengan erat.
Lyxia yang melihat kedua manusia tersebut seolah sedang dimabuk asmara, hanya bisa terdiam dan mulai mengepalkan telapak tangan kanannya. Hatinya langsung hancur begitu ia melihat mereka berdua berciuman dengan mesra. Setelah itu, Lyxia melihat Mikhel yang lalu mengajak Mira masuk ke dalam rumahnya.
Lyxia langsung mengikuti mereka berdua dengan langkah yang begitu pelan. Dari balik sebuah jendela kaca kecil yang terletak di samping rumah, ia lalu mengintip keduanya. Ia hanya bisa melihat Mikhel dan Mira yang tampak mesra berdua saja di dalam ruang tamu, dengan sorot mata yang penuh amarah walaupun ekspresi wajahnya tampak datar.
Tiba-tiba saja, Lyxia mendengar suara seorang wanita dari dalam tubuhnya yang bertanya, "Manusia itu jahat, bukan? Mereka tidak bisa setia. Bagaimana jika kita bunuh saja dia dan wanita itu? Lagi pula, kau sendiri sudah hancur, bukan? Kau memberikan pria manusia itu, kesucianmu dan seluruh jiwa ragamu, bukan? Namun tampaknya pria manusia itu tidak membalas perasaanmu, ia hanya ingin melampiaskan hawa nafsunya saja pada dirimu!"
Lyxia mengangguk setelah mendengar suara wanita misterius yang seolah berada dari dalam dirinya. Ia kemudian berjalan mundur, lalu membuka portal menuju ke dunia penyihir dengan kedua tangannya.
Ia lalu memutuskan untuk pergi dari rumah Mikhel dan masuk ke dalam portal, yang membawanya kembali ke dunia penyihir, tepatnya, di sebuah jalanan yang sepi dan tidak tampak satu penyihir pun.
Kedua bola mata Lyxia terlihat masih berwarna abu-abu. Ia hanya menatap jalanan dengan tatapan kosong sambil berjalan dengan pelan menyusuri jalanan yang sepi. Burung-burung gagak hitam tiba-tiba saja muncul, dan terbang agak jauh di atas kepala Lyxia. Beberapa penyihir yang melihat Lyxia sedang berjalan dengan tatapan kosong, justru ketakutan.
Mereka memilih untuk menjauhi Lyxia, namun, dari kejauhan, Rae yang kebetulan juga sedang berjalan melewati jalan itu, tanpa sengaja ia melihat Lyxia yang sedang berjalan dengan ekspresi wajah yang datar, namun seperti ada kesedihan yang sangat sangat sangat dalam, di dalam kedua bola matanya.
Rae mulai merasa sedih setelah melihat kondisi anak didiknya tersebut, dan berharap Lyxia akan kembali senang apabila ia menari lagi. Lyxia yang berjalan terus tanpa henti, akhirnya tiba di depan rumahnya sendiri. Ia lalu masuk ke dalam kamarnya, dan mengunci rapat pintunya.
Ia kemudian duduk di atas lantai sambil melipat lututnya, berusaha menahan tangis. Tatapan matanya masih kosong, dan bola matanya masih berwarna abu-abu.
Suara-suara meracau burung-burung gagak hitam yang kini terbang di atas rumahnya, tidak juga membuat Lyxia tersadar dari tatapan kosongnya. Namun, setelah beberapa saat, ia justru tersenyum dengan licik, dan mulai tertawa sendiri.
Ia kemudian berdiri tegak, lalu menatap jendela kamarnya yang kini dihinggapi beberapa ekor burung gagak hitam, dan tiba-tiba saja, tubuhnya mulai dikelilingi oleh kabut-kabut hitam dari atas rambutnya hingga ke ujung bawah kakinya.
Lyxia, yang tadinya oleh penyihir-penyihir lainnya terlihat seperti ratu angsa yang cantik, kini mendadak penampilannya berubah total. Ia tiba-tiba berubah, memakai terusan (dress) berwarna hitam, serta ia juga memakai sepasang sepatu balet (en pointé shoes), yang berwarna hitam juga, kedua bola matanya juga masih berwarna abu-abu.
Ia lalu mengangkat kedua tangannya ke depan, dan membuka portal menuju ke dunia manusia. Setelah portal terbuka, ia langsung masuk, dan mendarat tepat di halaman belakang rumah Mikhel, kemudian portal itu menghilang.
Masih subuh, hari itu di dunia manusia, ketika Lyxia sampai di halaman belakang rumah Mikhel itu, ia lalu menatap rumah tersebut agak lama. Lalu, kabut-kabut hitam mulai mengelilingi tubuhnya lagi, dari atas hingga ke bawah.
Ia kini mengubah penampilannya menjadi Mira, wanita yang bersama Mikhel tadi malam, dengan niat yang tidak baik, tentunya.
Mereka berdua kemudian berjalan menuju ke ruang utama yang terlihat sudah banyak penyihir yang berkumpul di sana.Rae dan Naoki terlihat berdiri di barisan paling depan dengan wajah yang sangat bahagia, bahkan Rae sampai menitikkan air mata dan berbisik, "Oh, anak itu sudah besar sekarang!"Yvoxy terlihat berdiri di atas altar pernikahan, karena diminta oleh Ixy untuk menikahkan mereka berdua. Hideki sendiri sudah berdiri di depan Yvoxy dan ketika Syerin dan Ixy masuk ke dalam ruang utama itu, kepalanya langsung menoleh ke arah Ixy, lalu menatap istrinya itu dengan kedua bola mata yang berkaca-kaca."Seekor angsa merah yang cantik," gumamnya dalam hati.Setelah tiba di hadapan Yvoxy, Syerin lalu menyerahkan Ixy kepada Hideki dan ia sendiri langsung berjalan menuju ke barisan di mana Rae dan Naoki berada.Yvoxy langsung saja memulai, "Aku tidak perlu bertanya lagi, kalian berdua pasti akan menjawab iya jika kutanya apakah kalian akan saling mencintai dan apakah kalian akan menerima kek
Di babak ketiga, Ixy yang kali ini berperan sebagai Odile, justru semakin membuat setiap tarian dan adegan yang ia perankan bersama Hideki, semakin terlihat nyata. Seolah dunia adalah milik mereka berdua, dan nyatanya, seluruh mata tertuju hanya pada mereka berdua.Pas de deux yang mereka lakukan bahkan membuat para penonton mulai tegang, karena kuatnya chemistry di antara mereka berdua.Dalam babak keempat, menampilkan akhir yang tragis bagi Odette dan sang pangeran. Tarian yang dibawakan oleh Ixy dan Hideki, membuat beberapa penonton menangis karena akhir ceritanya yang tragis.Setelah pertunjukan The Swan Lake itu selesai dipentaskan dan seluruh pemainnya memberikan hormat kepada para penonton.Seluruh penonton yang hadir langsung saja berdiri dan bertepuk tangan.Pertunjukan yang hebat dengan chemistry yang sungguh menakjubkan di antara Ixy dan Hideki hingga mereka sendiri tenggelam dalam cerita tersebut.Setelah pertunjukan usai dan tirai panggung sudah diturunkan kembali, semua
Setelah beberapa saat, Yvoxy kemudian mendekati Ixy dan berkata pelan, "Aku sejak awal, selalu mengira bahwa kau adalah penyihir, namun setelah Demona berhasil dikalahkan, ternyata selama ini, Ramona-lah yang telah membantumu, Ixy. Maafkan aku sudah mengira kau adalah penyihir sejak awal, ternyata kau sudah terlahir kembali sebagai manusia, dan bukankah ini adalah akhir yang bahagia untukmu?"Lalu Yvoxy menoleh ke arah Rae dan melanjutkan, "Rae, kau harus membereskan seluruh kekacauan yang kau buat di panti asuhan itu! Secepatnya! Yang kau lakukan hanya menari dan bermain-main saja!"Rae langsung tertawa, lalu membalas, "Apa? Aku sudah berhenti menari karena aku sendiri harus menjaga Ixy, nenek sihir tua!"Mendengar itu, Hideki dengan wajah yang memerah, dengan cepat langsung bertanya, "Jika begitu… Bukankah Ixy tidak memiliki tempat tinggal lain selain di panti asuhan itu? Ehm, Ixy… Boleh saja tinggal di rumahku, dengan senang hati!"Naoki langsung menepuk kepala Hideki dengan lemah
Rae langsung saja berlari ke arah Naoki yang sudah kembali seperti sedia kala, dan dengan cepat, ia memeluk Naoki yang baru saja tersadar. Naoki sendiri terlihat kebingungan dengan apa yang baru saja terjadi."Naoki! Kau baik-baik saja!" seru Rae sambil memeluk Naoki dengan erat.Naoki, walaupun ia masih kebingungan, namun ia tersenyum, kemudian membalas, "Ah, ternyata kau mengkhawatirkanku. Maafkan aku, Rae," ia lalu membalas pelukan Rae dengan erat juga.Yvoxy sendiri terlihat tersenyum sambil memandang sekelilingnya. Semua penyihir akhirnya kembali lagi kepada keluarganya masing-masing, ada yang menangis terharu dan bahkan ada yang saling berpelukan.Keluarga-keluarga penyihir yang tadinya terpecah akibat salah satu dari mereka menjadi penyihir hitam atau terpisah karena diculik oleh Demona dan beberapa penyihir melarikan diri menuju ke Gedung Axell, akhirnya kini bisa bersatu kembali.Krahe yang tadinya tersungkur di atas tanah, kemudian bangkit perlahan dan melihat ibu kandungnya
Ixy menggeram. Ia kali ini memberanikan diri untuk berkata kepada Demona, "Kembalikan Hideki sekarang juga! Bebaskan semua yang ada di sini, dan tebuslah dosamu, Demona!"Mendengar perkataan Ixy barusan, Demona menjadi semakin marah, kemudian berteriak, "Jadi kau ingin kematian yang perlahan? Baiklah. Tangkap gadis itu, dan hancurkan dia!"Para penyihir marionette langsung menyerbu dirinya, namun, tiba-tiba, kabut-kabut hitam mulai mengelilingi tubuh Krahe, dan ia menghilang seketika dari samping Rae.Yvoxy dan Rae tampak terkejut, karena kini, Krahe muncul di hadapan Ixy sambil memasang badan untuknya dari para penyihir marionette yang mulai mencoba untuk mencabik-cabik dirinya.Krahe mulai melakukan perlawanan dengan kekuatan sihir hitamnya, ia mulai menghalau satu per satu para penyihir yang masih di bawah kontrol Demona itu.Sambil melakukan perlawanan, Krahe berkata kepada Ixy, "Maafkan aku sudah membuat kekacauan padamu… Aku akui bahwa aku juga menyukai Hideki, namun, kini aku t
Ixy kemudian melakukan fifth position dan mengangkat kedua tangannya ke atas. Demona semakin tertawa melihat Ixy yang hendak menari, lalu ia berkata lagi, "Makhluk bodoh mana yang berpikir bahwa tariannya bisa mengalahkanku?""Ixy tidak lagi sendirian, Demona!" seru seseorang dari belakang Ixy.Rae, Yvoxy, Ixy dan Demona langsung mencari-cari asal suara itu, ternyata Hideki yang tiba-tiba muncul dan berdiri agak jauh di belakang Ixy, membuatnya membatalkan niatnya untuk menari. Ia langsung menatap pria itu dengan raut wajah yang sedih."Hideki? Kau adalah manusia, bagaimana caramu masuk ke dalam dunia penyihir?!" tanya Rae."Krahe membawaku ke sini tanpa sengaja," jawab Hideki dengan senyum kecil di wajahnya.Rae langsung menoleh ke kanan dan ke kiri, ternyata Krahe terlihat sedang tersungkur di atas tanah, dan jaraknya agak jauh dari mereka semua. Hideki kemudian berlari mendekati Ixy, dengan menerobos seluruh penyihir yang sedang menari mengelilinginya.Kemudian ia langsung berdiri