Share

Chapter 5

Aku terbangun dari tidurku, cahaya temaram menerangi penglihatanku. Seingatku tadi berada di dalam mobil menuju Las Vegas, lalu mengapa aku berada di atas ranjang?

Kugerakan tubuhku untuk bangun, tetapi ada sesuatu yang menindih perutku. Saat kubuka selimut yang menutupi tubuhku, aku melihat sebuah tangan yang melingkar sedang memelukku. Kubuka selimut itu dengan sekali sentakan, di sanalah aku melihat Levy yang sedang tertidur pulas hanya memakai kemeja putih dengan dua kancing atasnya yang terlepas tanpa memakai eyepatch miliknya.

"Levy," panggilku lembut, kelopak matanya kini sedikit terbuka lalu tersenyum melihatku.

"Kau sudah bangun rupanya," ujar Levy lalu mencoba duduk, aku hanya mengangguk.

"Kita sudah sampai sejak dua jam yang lalu, jika kau ingin tahu. Aku tidak tega membangunkanmu jadi aku menggendongmu ke dalam kamarku," lanjut Levy.

Aku kembali mengangguk sambil menatap mata kiri Levy yang tertutup. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tidak seperti Dante. Dante cacat sejak lahir, sedangkan Levy ... seseorang telah menusuk matanya dengan pisau. Itu yang diberitahukan padaku, siapa pelakunya? Kejamnya orang itu. Levy-ku, keluargaku, aku tidak ingin keluargaku tersakiti.

"Jangan menatap mata kiriku seperti itu, Nuva," kata Levy lembut.

"Maaf," jawabku singkat lalu mengalihkan pandanganku pada tubuh Levy.

"Mengapa melihatku seperti itu?" tanya Levy dan menatapku lucu.

"Tubuhmu," jawabku sambil ingin menyentuh otot bagian perutnya.

Tiba-tiba saja Levy menarik tubuhku ke arahnya dan membisikkan sesuatu. "Apa kau ingin menyentuh dan merasakannya?"

"Ti-tidak, jam berapa sekarang?" jawabku entah mengapa aku menjadi gugup.

"Pukul tujuh malam, Dante sudah menghubungimu ratusan kali. Ia menghubungiku dan ia terdengar sedang marah besar," jawab Levy sambil tertawa kecil.

"Tentu saja ia akan marah besar," jawabku sambil menutup wajahku.

Aku jadi teringat kemarahannya meski ia jauh dariku, tetapi ancamannya selalu berhasil.

"Lalu, di mana ponselku?" tanyaku dan Levy memberikannya padaku.

Kulihat banyak telepon masuk dan e-mail masuk darinya. Aku yakin saat ini ia sedang menghancurkan apa pun yang ada di hadapannya. Saat aku masih mengecek email darinya tiba-tiba saja ponselku berdering. Panggilan masuk dari Dante.

"Hai," jawabku canggung.

"Little Moe ...," jawabnya dingin, ada apa lagi dengannya?

"Maaf, aku baru saja terbangun setelah perjalanan panjang," kataku meminta maaf.

"Kau tidur dengan Levy?" tanyanya aneh.

"Sepertinya, saat aku terbangun Levy sedang tidur sambil memelukku," jawabku apa adanya.

"Mengapa kau membiarkannya? Kau tahukan dia lelaki mesum, aku tidak ingin kau ternodai, Little Moe." Terdengar Dante sepertinya sedang kesal.

"Apa yang salah?"

Menurutku tidak ada yang salah, lagi pula tidur bersama dengannya bukan hal aneh. Kami terkadang tidur bersama, Papa dan Mama pun tidak melarang mereka. Lalu mengapa Dante semarah itu?

"Kau sudah besar dan kau tidak mengerti!" suara Dante kini meninggi, Levy tiba-tiba merebut ponselku.

"Jangan membentaknya, Dante," desis Levy.

"Jangan lakukan apa pun padanya, Levy. Jangan melakukan hal bodoh untuk memuaskan nafsumu," jawab Dante geram.

Aku masih dapat mendengarnya karena suara Dante yang seperti sedang berteriak-teriak. Aku merebut ponselku dan kembali menempelkannya di telingaku.

"Diamlah! Kau terlalu berisik, Dante!" Aku mematikan sambungan telepon itu.

Aku tidak perduli, aku tidak mengerti mengapa ia semarah itu saat aku bersama Levy. Ada apa dengannya?

"Nuva, tenangkan dirimu, ok?" Levy memeluk sambil mengelus rambutku.

"Tenanglah, jangan sampai terbawa emosi. Aku di sini untukmu, kita di sini untuk bersenang-senang. Jadi tenangkan dirimu." Aku hanya diam sambil membenamkan wajahku di dada bidangnya.

Perlahan emosiku mereda, ya aku berada di sini untuk bersenang-senang. Biarlah Dante mengamuk sepuasnya di sana, tidak apa-apa, bukan? Sekali saja aku memberontak padanya.

"Aku ingin membersihkan diriku," bisikku pada Levy dan melepas pelukannya.

"Aku sudah menyiapkan pakaianmu di dalam sana," ujar Levy sambil menunjuk pintu kamar mandi.

Aku tersenyum lalu bergegas menuju arah yang ditunjuk Levy. Membuka pintu itu lalu aku masuk dan menutupnya kembali, interior yang unik khas sekali dengan kepribadian Levy. Aku menyalakan air di bathtub dan menunggunya sambil membuka seluruh pakaianku.

Dua puluh menit berlalu dan aku sudah rapi dengan gaun hitam yang melekat di tubuhku. Kubuka pintu kamar mandi dan melangkah ke arah meja rias yang tersedia. Aku baru melihatnya di sini, karena tadi tidak ada meja rias di samping ranjang.

Aku menyisir rambutku perlahan dan tiba-tiba saja Levy sudah berada di belakang dan memelukku.

"Kau cantik memakai gaun itu," pujinya.

"Lepaskan tanganmu, kau menggangguku," jawabku sambil tersenyum.

Gaun hitam dengan potongan rendah di bagian dada dan mengekspos punggung itu terlihat sangat cocok denganku. Levy melepas pelukkannya, tetapi sebelumnya ia mencium leher jenjangku. Apa itu perbuatan mesum? Mama tidak pernah mengatakannya padaku, jadi aku membiarkannya saja.

"Baiklah, ayo kita turun," ajak Levy dan aku mengangguk.

Levy menggandengku sambil berjalan dengan angkuh melewati semua para anak buahnya yang berjejer rapi di sisi kanan dan kiri lorong menuju lift.

Terdapat dua pintu di lift khusus untuk keluarga Juggernaut. Kami berdua masuk lalu di depan kami juga terdapat pintu lift. Lift itu turun menuju lantai lima, dan pintu yang berada di depan kami yang terbuka. Dan saat pintu lift itu terbuka terlihatlah ruangan besar dengan cahaya terangnya.

"Selamat datang di The Venetian," ucap Levy bangga padaku.

Aku tersenyum, sangat indah … benar-benar indah. Levy sangat hebat dalam mendesain ruangan itu. Ruangan kasino itu bertemakan Venesia, semua orang yang langsung menatap kami memberi hormat dengan sedikit membungkuk.

Levy kembali berjalan dengan senyum merekah di wajahnya sambil menggandeng tanganku. Berhenti tepat di tengah ruangan lalu menatap sekitar, seketika ruangan kasino itu menjadi sunyi.

"Selamat malam, Lady's and Gentlemen. Terima kasih sudah menyempatkan diri kalian untuk bersenang-senang di tempat ini. Aku, Levy Shinigami, dengan ini menyatakan kegembiraanku pada kalian yang sudah meramaikan tempat ini. Untuk itu malam ini saja, kalian bebas bermain hingga puas. Selamat bersenang-senang." Levy memberi sambutan, setelah itu banyak wanita cantik dan seksi menghampirinya. Bermanja-manja di lengan kiri Levy, seolah tidak melihatku atau menolak keberadaanku?

"Ahh ... Levy, kami merindukanmu," ucap salah satu wanita seksi itu dengan nada aneh menurutku.

"Hei, Ladys kalian membuatku sesak," jawab Levy sambil tersenyum, aku mencoba melepas tangan Levy dengan perlahan lalu sedikit menjauh darinya.

Menyebalkan, di saat seperti ini Levy lebih terlihat senang bersama para wanita dewasa itu. Apa dia melupakan janjinya untuk mengajariku?

Kulihat seorang wanita yang tadi bersama Levy menghampiriku. Wajahnya sangat sinis dan tidak bersahabat saat melihatku, apa lagi salahku kali ini?

"Hei, kau!" panggilnya, aku menunjuk diriku sendiri.

"Ya, memangnya siapa lagi?" jawabnya setengah membentak.

Aku sedikit mengangkat daguku hingga tatapan kami bertemu. Aku tidak tahu apa yang wanita itu inginkan dari anak kecil sepertiku.

"Ada apa?"

"Dasar jalang kecil, kau pasti sudah merayu Levy untuk bermain malam ini denganmu, bukan!" katanya kasar.

"Jalang? Merayu? Apa maksudmu?" jawabku tidak mengerti.

"Kau berpura-pura bodoh untuk mendapatkan perhatian Levy? Hebat juga kau, tapi kupastikan Levy akan meninggalkanmu setelah hari ini," desis wanita itu lalu mendorongku hingga aku menabrak meja yang menyajikan makanan.

Braaakk

Praaang

Piring dan gelas terjatuh dan aku beruntung makanan dan minuman itu tidak menimpa dan mengotori bajuku.

"Ada apa ini?"

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status