Share

The Serpent's Embrace
The Serpent's Embrace
Author: Butterfly

Sang Mata-mata

Author: Butterfly
last update Last Updated: 2025-09-01 10:43:49

Pintu logam tebal itu mendesis, menutup di belakang Adrian dengan bunyi klik yang dingin dan final. Udara di koridor markas AEGIS bersih, steril, dan sangat kontras dengan bau mesiu dan darah yang masih menempel di jaketnya.

Enam hari di wilayah musuh untuk menyelesaikan misi dan akhirnya kini ia bisa pulang. Ia tidak peduli dengan tepuk tangan atau penghargaan, ia hanya menginginkan ranjang yang hangat dan tidak ada suara di kepalanya.

Namun, belum sempat Adrian mencapai ruang loker, suara Komandan Alex menghentikannya.

"Adrian, ruang pertemuan."

Adrian memejamkan mata, kepalanya tertunduk lelah. Ia berbalik, melangkah dengan langkah yang kaku. Alex menatapnya dari seberang meja.

"Sebelum dimulai, aku ucapkan selamat atas kemenangan misi yang baru saja kau jalankan," ucap komandan Alex. Adrian hanya mengangkat bahunya.

"Duduk," perintah Alex.

"Komandan," kata Adrian, suaranya serak. "Aku harap kau mengundangku ke sini untuk melapor."

"Sayangnya bukan untuk itu. Lupakan saja misi yang sudah berhasil itu, sekarang organisasi butuh kau untuk misi berikutnya," jawab Alex, mendorong folder tebal ke depannya. "The Serpent's Coil."

Mata Adrian berubah sayu, berusaha menahan emosinya. "Aku bukan robot, Alex." Ia tidak lagi peduli sopan santun pada atasan, toh Alex pun berlaku sesukanya. "Aku menyelesaikan misi yang kau berikan padaku dan sekarang kau menyuruh aku langsung mengerjakan misi baru, padahal ada banyak orang yang bisa kau perintahkan, di sini bukan hanya aku yang bekerja. Aku butuh istirahat. Aku butuh cuti."

"Cuti tidak ada dalam protokol," jawab Alex, nadanya tidak bergeming.

"Persetan dengan protokol," bentak Adrian, menggebrak meja. Amarahnya meledak, menumpahkan semua frustrasinya. "Aku butuh jeda! Kau menugaskan ku dari satu neraka ke neraka lain tanpa henti!"

Alex tidak bereaksi. Ia hanya mengambil pena dari saku jasnya dan meletakkannya di atas folder. "Selesaikan misi ini dan kau akan mendapatkan cuti selama tiga tahun penuh. Dengan gaji penuh. Aku akan menjaminnya secara pribadi."

Adrian membeku. Tiga tahun. Itu lebih dari yang pernah ia bayangkan. Kebebasan, kehidupan yang normal, jauh dari bau mesiu dan bahaya. Prospek itu terlalu menggoda. Ia menatap folder itu, kemudian wajah Alex yang tanpa ekspresi. Ada sesuatu yang mencurigakan di dalamnya, tetapi janji itu terasa nyata.

"Itu kesepakatan?" tanya Adrian, suaranya kembali menjadi tenang, terkendali.

"Itu kesepakatan," jawab Alex, tetap tenang.

"Kenapa harus aku?" tanya Adrian.

"Karena kau adalah Adrian Kael, sang mata-mata yang tidak pernah gagal menjalankan misi. Kau sudah dididik dari usia muda dan bekerja keras hingga usia mu saat ini. Kau memiliki banyak pengalaman lebih dari siapapun, jadi aku percaya kau juga akan bisa menyelesaikan misi besar kali ini."

Adrian mengambil folder itu, cengkeramannya mengeras pada kertas-kertas. Ia tahu ini adalah janji berbahaya. Namun, demi tiga tahun di bawah sinar matahari, ia rela mengambil risiko.

Adrian yang duduk di kursi kulit yang dingin melihat ke depannya, monitor besar di ruang rapat menyala, menampilkan logo ular yang melilit koin, simbol dari The Serpent's Coil. Komandan Alex berdiri di sampingnya. "Biar aku jelaskan dulu seperti apa The Serpent's Coil."

"The Serpent's Coil," kata Alex, "bukan sekadar geng narkoba. Mereka adalah sebuah perusahaan kriminal. Sangat terstruktur, kejam, dan hampir tidak terlihat."

Gambar di layar berubah, menampilkan wajah seorang pria dengan mata yang cerdas dan senyum tipis.

"Pemimpin mereka adalah Nikolai Petrov, atau nama sandinya 'Viper'. Dia bukan preman jalanan, dia adalah mantan ahli kimia. Cerdas, sangat teliti, dan obsesif. Dia adalah otak di balik segalanya."

Layar berikutnya menampilkan dua wajah lagi.

"Dua orang terpentingnya: Dante Cortez, julukan 'Silencer', tangan kanan Petrov. Mantan pasukan khusus, ahli taktik gerilya perkotaan, dan eksekutor utama. Jika Petrov adalah otak, Dante adalah ototnya yang paling mematikan. Dan Isabella Vargas, julukan 'Shadow'. Dia adalah kepala keamanan dan ahli siber mereka. Dia membangun sistem komunikasi terenkripsi dan jaringan mata-mata yang membuat mereka nyaris tidak mungkin dilacak. Dia juga bertanggung jawab mengeliminasi informan atau kebocoran internal."

Alex menjeda, memberi Adrian waktu untuk mencerna informasi. "Mereka beroperasi seperti perusahaan. Jaringan distribusinya terfragmentasi, setiap bagiannya hanya tahu sedikit. Itulah mengapa kita tidak bisa menghancurkan mereka dari satu titik saja. Kita harus menyusup dan meruntuhkan seluruh jaringan dari dalam."

"Itu rencana yang berisiko," komentar Adrian.

"Memang," balas Alex. "Sebenarnya sebelum kau, ada seorang yang ditugaskan pergi ke sana, tapi dia gugur sebelum misi selesai. Oleh karena itu, kami akan mengirim kembali beberapa orang untuk menyelesaikan The Serpent's Coil, tapi kau lah yang memegang kendali atas misi ini."

"Kita tidak tahu, mungkin saja selain narkoba mereka juga menjual senjata dan melakukan pencucian uang. The Serpent's Coil bermain terlalu rapih sehingga sulit bagi kita untuk membongkar semua kejahatan mereka, dan untuk itu tidak ada cara lain selain menyelusup masuk ke markas mereka."

Adrian mengangguk. Itu sudah ia duga. "Dan bagaimana dengan cara penyusupan?"

"Mereka punya acara besar. Sebuah pesta pribadi yang diadakan Petrov di mansionnya. Di sana, mereka akan melakukan transaksi besar dan merekrut anggota baru. Dengan informasi ini kita tahu bahwa mereka masih membutuhkan pekerja."

"Kau akan menyamar sebagai pembeli. Tapi bukan melalui mereka, melainkan melalui kurir kecil, pengedar di jalanan, dan kau akan masuk ke markas the serpent's coil melalui mereka. Ini adalah cara paling efektif dan paling tidak dicurigai untuk menembus The Serpent's Coil."

"Maksud mu aku harus menyamar dan menjadi penjual narkoba seperti mereka?" tanya Adrian, menegaskan.

"Tepat sekali," sahut Alex.

Komandan Alex tidak perlu menjelaskan lebih banyak. Adrian sudah mengerti.

Di dalam folder itu, ada foto dirinya. Bukan dirinya yang asli, melainkan wajah yang baru—wajah yang dibuat melalui teknologi terbaru AEGIS. Mata yang cekung, kantung mata yang menghitam, dan janggut yang tidak terawat. Wajah itu terlihat familiar, tapi bukan wajahnya. Itu adalah wajah yang akan ia gunakan untuk menembus The Serpent's Coil, sebuah wajah yang sangat berbeda dari dirinya yang asli.

Alex melanjutkan, "Mulai sekarang, kau bukan Adrian lagi. Identitas barumu adalah Lucas. Kau seorang gelandangan, tidak punya tempat tinggal, dan tidak punya apa pun."

"Ingat, kau hanya seorang gelandangan yang mencari pekerjaan, yang hanya ingin bertahan hidup."

Alex menyentuh layar dan sebuah peta kota muncul, dipenuhi titik-titik kecil. "The Serpent's Coil memiliki banyak titik, tapi ada satu tempat yang paling sering dikunjungi pengedar, sebuah gang sempit di sisi utara kota. Di sana, kau akan bertemu dengan pengedar kecil dan mendapatkan pekerjaan. Kata sandinya adalah Shadow."

Adrian menatap peta yang berkedip, otaknya sudah mulai menyusun rencana. Liburan tiga tahun itu ada di ujung sana, menunggu. Yang perlu ia lakukan adalah menjatuhkan sebuah kerajaan, membongkar jaringan yang paling terorganisir, dan menghadapi tiga otak kejahatan paling berbahaya di kota.

"Rencana ini punya banyak celah," kata Adrian, lebih kepada dirinya sendiri. "Tapi itu tidak penting."

"Malam ini juga kau akan bergerak," perintah Alex.

Adrian mengangguk. Ini memang gila. Bahkan ia tidak diberi kesempatan untuk menghirup udara dengan tenang meski satu jam. Tapi ini tidak masalah mengingat tiga tahun kebebasan yang akan ia dapat jika berhasil menyelesaikan misi besar ini.

"Karena misi ini adalah misi besar, kita lakukan dengan hati-hati dan sedikit santai saja, terburu-buru takutnya membuat mereka curiga, bagaimana pun hanya sedikit kesalahan pasti akan langsung dicurigai oleh organisasi besar seperti mereka."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Serpent's Embrace   Pesta

    Saat semua orang tidur, Adrian keluar, langkah kakinya tidak terdengar di antara dengkuran orang-orang yang mabuk. Ia mendengar suara bisikan dari balik pintu ruangan Elias, dan ia berhenti. Ia berdiri di tembok, di sisi pintu, berusaha mendengar apa yang sedang dibicarakan, barangkali itu hal penting yang harus ia ketahui. "Kau yakin tentang ini?" tanya suara yang Adrian kenal, itu adalah suara Elias. "Bagaimana jika kita salah?" "Tidak," jawab suara lain. "Aku tahu bahwa ada penyusup di markas kita. Aku akan menemukannya." "Aku mengerti. Jadi, pesta nanti adalah jebakan. Pemimpin membuat kompetisi ini agar penyusup itu menjual banyak narkoba demi mendapat jabatan baru sehingga bisa menyusup lebih dalam ke The Serpent's Coil. Begitu?" "Benar. Jangan lupa bawa semua anak buah mu ke pesta." "Tentu," sahut Elias. Adrian terkejut. Sial. Tangannya mengepal. Ia telah memakan jebakan musuh. Sebelum ketahuan, Adrian segera pergi dari kamar Elias ini. Pagi harinya, Adrian langsu

  • The Serpent's Embrace   Kiss

    Sore hari, Adrian kembali ke markas the serpent's coil setelah menyimpan uang Sienna di apartemennya. Di sana jauh lebih aman dan tidak akan ada yang mencuri lagi. "Lucas, ayo kita makan di luar!" ajak Sienna, tanpa embel-embel paman lagi. Adrian pun mengangguk. "Um, aku tidak suka memanggil mu paman. Tidak papa jika aku hanya memanggil nama mu?" tanya Sienna di perjalanan. "Tentu. Kau boleh memanggilku siapa pun." Mereka berhenti di sebuah restoran kecil yang sepi, terletak di ujung gang. Restoran itu sederhana dengan beberapa meja dan kursi kayu. Tidak ada pelanggan lain dan Sienna terlihat lega. "Kau yakin di sini?" tanya Adrian. Sienna mengangguk. "Ya," jawabnya, suaranya pelan. "Aku sering makan di sini. Meski tempatnya biasa-biasa saja, tapi aku jamin makanannya enak kok. Kalau di tempat yang lebih mewah dari ini, belum tentu mereka mau menerima kita yang memakai pakaian lusuh seperti ini." Setelah memesan, mereka duduk di sebuah meja kecil, dan Sienna melihat ke luar je

  • The Serpent's Embrace   Membeli Kebebasan

    "Bagaimana jika sebagai imbalannya kita membeli gadis itu dari mereka?" tanya Adrian. Alex menentang. "Tidak. Itu sama saja seperti kau membunuh dirimu sendiri, Adrian. Rencana kita akan gagal. Kita harus tetap pada rencana awal. Kau harus menjadi bagian dari mereka dan gadis bernama Sienna itu akan membantumu." Adrian terdiam. Ia tahu Alex benar. "Kau jangan pernah melibatkan perasaan dalam misi mu, Adrian. Kau masih ingat itu? Jika kau terjerat dalam sebuah hubungan asmara maka misi kita akan hancur dan sia-sia." Adrian menghela napas pelan. "Siapa juga yang melibatkan perasaan? Sienna hanyalah gadis muda yang polos. Aku hanya merasa kasian, bukan karena suka atau hal lainnya," sangkalnya. Alex pun terdiam, mengerti dengan maksud Adrian. "Bagaimana dengan 1 kg narkoba itu?" tanya Adrian. "Aku hanya punya dua hari." Alex tersenyum tipis. "Jangan khawatirkan itu," katanya. "Kami akan mengurusnya." Dengan misi 1 kg narkoba yang kini berada di bawah kendali Komandan Alex

  • The Serpent's Embrace   Kartu As

    Pagi hari Sienna dan Adrian tengah sarapan bersama di kamar, tiba-tiba, pintu kamar terbuka dengan keras dan seseorang menarik rambut Sienna dan menyeretnya keluar. Adrian bangkit, rasa penasaran mendorongnya. Ia mengikuti Sienna dan orang itu dari belakang. Saat ia keluar, pemandangan di depannya membuat jantungnya berdebar. Di ruang utama, ada sebuah pesta sedang berlangsung, tapi bukan pesta seperti yang Adrian kenal. Itu adalah pesta s3ks. Orang-orang mabuk dan telanjang, tergeletak di lantai, berteriak dan tertawa. Bau alkohol, keringat, dan asap rokok membuat Adrian merasa mual. Ia melihat Sienna berdiri di sudut, matanya memandang kosong ke arah orang-orang itu, tanpa emosi. Adrian mendekatinya, "Sienna," bisiknya, suaranya parau. Sienna menoleh. "Kau melihatnya?" Dan Adrian pun mengangguk. "Ini adalah pesta yang hampir sering dilakukan. Pesta yang diadakan oleh atasan untuk para kurir." "Kau tidak ikut? Aku pikir kau ditarik ke sini untuk melakukannya juga," tanya

  • The Serpent's Embrace   Fokus Tugas

    Adrian terkekeh sambil memegangi dadanya yang bekas di pukul Sienna. "Bagaimana pun, Nak, kau jangan terlalu baik dan mudah percaya pada orang lain," katanya. "Aku tahu," jawab Sienna. "Aku yakin aku lebih banyak bertemu dengan orang asing daripada kau, Paman. Tapi, hatiku entah kenapa sangat yakin bahwa kau adalah pria yang baik." "Hatiku yang menuntun aku supaya lebih dekat denganmu," bisik Sienna. "Pada yang lain, aku selalu menghindar. Sebenarnya, hanya kau satu-satunya orang yang berani aku ajak bicara. Biasanya aku hanya diam." Adrian memandang Sienna yang tengah berbicara itu. "Aku senang karena punya teman berbicara," kata Sienna, matanya dipenuhi dengan kebahagiaan. "Tapi mungkin kau bisa sedikit mencukur janggut mu agar tidak terlihat begitu menyedihkan." Adrian hanya membalas dengan senyum tipis. Jam pun mulai menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Di kamar sempit ini, keheningan terasa begitu pekat, hanya sesekali diselingi suara napas mereka yang teratur. Mata Adrian t

  • The Serpent's Embrace   Selamat Datang di Neraka

    Sienna membawa Adrian ke sebuah gedung tua yang tampak tidak terpakai dan membukakan sebuah pintu kecil.Pintu kecil itu terbuka dan Adrian mengikuti Sienna masuk ke dalam. Pemandangan di dalamnya menghantamnya seperti gelombang kejut. Bau alkohol yang tajam dan asap rokok tebal memenuhi udara. Beberapa orang tergeletak di lantai, tak sadarkan diri, sementara yang lain tertawa histeris di pojokan. Ini bukanlah markas, melainkan kandang binatang. Namun, meski di luar tampak seperti bangunan tua, tapi di dalam bangunannya terlihat jauh lebih bagus.Tiba-tiba, tawa dan obrolan mereka berhenti. Semua mata tertuju pada Sienna dan Adrian. Sienna tidak punya waktu untuk menjelaskan. Beberapa orang menghampiri, bukan untuk menyerang Adrian, melainkan untuk melampiaskan kemarahan mereka pada Sienna.Salah satu dari mereka menarik rambut Sienna, membuatnya terhuyung dan jatuh ke lantai. Yang lain mulai memukuli dan menendangnya. Sienna hanya melindungi kepalanya, tidak mengeluarkan suara."Sial

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status