Share

4. Pemanah Ulung

"Pemanah Ulung, siapkan panah terbaikmu! Panjatlah dahan tertinggi. Bidik sasaranmu!"

_______

Sebuah pohon besar dijadikan tempat yang harus dipanjat oleh semua peserta lomba Memanah Ulung. Pohon besar dan menjulang tinggi, setiap cabang memiliki dahan yang dipasang simpul berbeda. Dahan yang lebih tinggi diikat simpul lebih banyak, artinya siapapun yang mencapai dahan tersebut akan mendapatkan nilai lebih banyak. Setiap satu simpul bernilai Seratus poin.

Komando wasit berseru lantang, membakar semangat semua peserta pemanah.

"Kalian Pemanah Ulung, siapkan panah terbaik! Panjatlah dahan tertinggi. Bidik jitu sasaran terbaikmu!"

Semua peserta praja pemanah mulai memanjat. Tampak Raojhin memimpin yang paling dulu berhasil ke dahan yang paling tinggi daripada praja-praja lainnya.

Raojhin lincah, gesit, cekatan. Tanpa kesulitan ia berhasil memanjat ke cabang dengan tanda simpul sepuluh. Artinya, dia berada di posisi dahan dengan Seribu poin.

Sementara di bawah, jarak puluhan langkah dari pohon besar itu, terpasang papan sasaran panah dengan masing-masing memiliki warna berbeda. Ada tiga warna mewakili jarak. Papan hijau dalam jarak 20 langkah, papan kuning dalam jarak 30 langkah dan papan merah dalam jarak 50 langkah. Setiap papan memiliki poin berbeda berdasarkan warnanya. Tentu papan paling jauh akan memberikan poin paling banyak.

Taja mengamati posisi di mana Raojhin berhasil sampai ke atas sana. Sementara itu, Taja hendak memulai posisi di cabang pohon paling bawah di antara yang lain.

"Ada apa? Kesulitan dengan pohon?" Lorr En menyindir dari bawah pohon dan memperhatikan Taja yang sepertinya enggan bergerak lebih lanjut. Taja sebentar melihat Lorr En yang mendongak padanya, tampak sedikit meledek.

"Aku merasa aneh membawa ini," Taja menyentuh punggungnya, ada selongsong berisi beberapa anak panah. Dan itu beban yang sedikit mengganggu, "Rasanya agak gatal."

"Kenapa kamu tidak turut menjadi peserta?" Taja sedikit protes pada Lorr En dan dibalas tawa agak meledek.

"Kalahkan dia!" ujar Lorr En sambil mengepalkan tangan dan memberi semangat.

Taja bergerak gesit sembari menggerutu, "Tapi aku tidak sedang bersaing!"

Seperti merayap ke rerimbunan, Taja semakin bergerak ke atas dengan gesit. Jemarinya mencuat akar-akar mencengkeram ranting dan dahan, dan tubuhnya semakin ringan terangkat ke atas. Hanya dalam beberapa gerakan saja, tanpa disadari siapapun, Taja sudah berada di dekat posisi Raojhin berada.

Tentu itu mengejutkan Raojhin. Sepintas lalu, ia merasa Taja masih jauh di bawahnya.

"Kamu ...?!"

Hampir saja tangan-tangan Raojhin terlepas dari pegangannya di ranting-ranting. Beruntung ia sigap ketika dalam posisi tidak seimbang dan kembali bersiaga memasang busur di tangannya. Raojhin melepas panah pertamanya.

"Seribu poin!" seorang wasit berteriak menyebutkan jumlah poin yang dicapai Raojhin karena bidikan panah pertama. Selanjutnya, tiga kali bidikan Raojhin mengenai tepat sasaran papan merah.

"Empat ribu poin!" teriak wasit lagi menyebut hasil poin selanjutnya dari bidikan Raojhin yang telah berhasil membidik empat kali ke papan sasaran berwarna merah tepat di tengah target.

Bahkan beberapa praja yang lain, hanya berhasil membidik papan hijau dan kuning. Selebihnya, ada yang meleset!

Semua praja yang lain dan praja yang bukan peserta, termasuk juri dan wasit pun menyaksikan itu. Melihat hasil Raojhin yang terbaik mereka pun terkejut kagum. Tidak heran jika sebelumnya, Raojhin lebih dulu mendapat julukan Pemanah Ulung dalam usia yang semuda itu.

Taja pun ikut menyaksikan. Hanya dia yang belum membidikkan anak panah. Tampak berpikir sebentar. Tiba-tiba ia bergerak ke dahan yang lebih tinggi. Semua peserta terkejut melihat aksi Taja yang melampaui batas.

"Apa yang 'kaulakukan?!" Raojhin menyiratkan was-was ketika melihat Taja mencapai dahan paling tertinggi.

"Dahan simpul dua puluh!" teriak beberapa peserta lain menyaksikan Taja. Belum ada yang mencapai dahan itu. Dahan itu cukup jauh di atas dari dahan ke sepuluh. Karena makin tinggi dahan, makin kencang bergoyang karena angin, dan mengakibatkan kondisi dahan tidak stabil untuk menahan berat tubuh.

"Gila!" Raojhin terpekik.

"Bagaimana mungkin?!" Raojhin gusar di tempatnya dan segera memanjat lagi untuk menyusul posisi Taja.

"Dahan itu tidak cukup stabil!" sergah Raojhin di bawahnya sembari terus memanjat.

"Tidak ada aturan yang melarang siapapun berada di dahan ini, bukan?" sebentar Taja menanggapi Raojhin yang tampak memanjat ke arahnya.

Taja kembali fokus menghadapkan busur tepat di depan dada. Sebuah panah siap dibidik dan segera dilepaskan. Dengan perhatian penuh, tatapan mata Taja menyipit ke satu target utama, yaitu sasaran papan merah.

Sementara itu, dahan bergoyang mengikuti angin. Tubuh Taja turut bergelayut di dahan itu. Tiba-tiba ia memutar tubuhnya menghadap ke bawah dengan cepat sehingga menggantung terbalik dengan posisi siaga memasang busur dan panah siap dibidik.

Sesaat kemudian panah meluncur, menimbulkan suara benda tipis melesat kilat secepat cahaya, menembus suara angin. Dalam sekejap, panah itu tepat menancap ke sasaran papan merah. Suara hantaman benda tajam membius semua semua orang yang menyaksikan. Bidikan panah Taja mengenai target, disertai helai daun di ujung panah tertancap di titik sasaran.

"Seribu poin!" teriak wasit.

"Hentikan!" tiba-tiba Raojhin menyusul ke posisi Taja berada.

"Apa maksudmu?!" Taja membatalkan bidikan kedua. Raojhin sangat mengganggu konsentrasi.

"Tidak ada yang memanah dengan cara begitu!" Raojhin mencegah lengan Taja semula siaga, hendak memanah lagi.

"Tidak ada aturan melarang cara seperti ini!" Taja menapik tangan Raojhin. Ia pun memutar kembali tubuhnya dalam posisi tegak. Tanpa sadar, mereka berdua di dahan yang sama.

Angin berhembus. Dahan pun bergerak dengan berat, menimbulkan suara gemeretak sedikit demi sedikit akibat beban tubuh dua orang.

Krakkkk!!!

"Aaargh ...!"

Suara dahan patah, seiring teriakan Taja dan Raojhin. Dua tubuh terperosok dari dahan yang sama. Bersamaan dengan itu, semua orang di bawah menyaksikan itu, serentak menjerit. Suara dua tubuh membentur dahan dan ranting patah berkali-kali. Gemersik dedaunan memecah kepanikan. Tubuh kedua pemuda itu tersangkut di antara dahan pohon paling bawah. Nyaris jatuh ke tanah.

Beruntung, Taja berhasil menahan dirinya sekaligus menangkap tangan Raojhin. Sementara jemari kakinya mencengkeram erat ranting-ranting. Semua orang panik, segera bergegas menghampiri titik posisi Taja dan Raojhin tersangkut.

"Kenapa kalian?!" tanya Ketua Sujinsha, panik dan heran. Ia paling dulu tiba di posisi kedua praja tersangkut di antara dahan pohon, dan segera membantu keduanya. Banyak praja lain berdatangan pula, segera menolong Raojhin. Hanya Lorr En yang membantu Taja. Dia lebih mudah sampai ke tanah dengan selamat.

Berbeda dengan Raojhin, bajunya terkoyak. Badannya terjepit dahan dan ranting, membuatnya sulit turun. Sembari mengerang kesakitan, Raojhin dipapah. Tampak luka-luka memar dan sayatan di bagian tubuhnya. Terakhir, ia diantar menuju Graha Pengobatan. Akhirnya, pelatihan Pemanah Ulung terpaksa dihentikan.

* * *

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status