Share

5. Siluman!

"Prasangkamu melebihi apa yang kau lihat! Jangan bermimpi memiliki Jiwa Murni! Semedi 100 tahun pun, tak akan berhasil!"

________

Tatap teduh seorang gadis Graha Tabib, mengenakan cadar di wajah, mengusapkan krim obat di pergelangan tangan Taja yang terluka.

“Jangan terkena air dalam semalam, akan lama sembuhnya," ujar gadis itu singkat.

"Kamu ..., Shaninka?" Taja menyebut nama gadis Graha Tabib itu. Tidak sering, tetapi ini lebih dari sekali, Taja dirawat dia.

Gadis itu membalas dengan tatap lembut, caranya menatap mewakili seulas senyum di balik cadar bergerak tipis.

"Ya."

Taja memperhatikan Shaninka sedang membalut lukanya.

“Kamu tabib yang baik dan lembut. Terimakasih.”

“Aku hanya murid pengobatan, bukan tabib,” Shaninka, gadis bercadar itu menyanggah. Sepasang mata dan alisnya melengkung di antara celah cadar yang dikenakan.

“Ada apa?” Shaninka menyelesaikan balutan terakhir di pergelangan tangan Taja akibat kejadian saat latihan Pemanah Ulung. Banyak juga luka di bagian kakinya. Baju yang dikenakan pun terkoyak.

“Kenapa kamu selalu memakai cadar?” Taja mengalihkan pembicaraan. Namun Shaninka hanya menjawab dengan tatapan heran.

Itukah mengapa sejak tadi, Taja memperhatikannya. Shaninka terdiam sambil menunduk. Ia merasa kikuk diperhatikan seperti itu.

Suara pintu didobrak paksa dan tiba-tiba muncul Raojhin dengan kondisi banyak balutan di tangan dan kaki. Gelung rambutnya pun masih berantakan. Baju terkoyak di beberapa bagian.

Raojhin berhenti di depan pintu. Tatap sangar dan penuh emosi, ia mendekati Taja di pembaringan.

“Aku melihatmu!" Raojhin menunjuk kasar ke arah Taja.

Taja terkejut menanggapi kedatangan Raojhin sangat tidak bersahabat.

"Aku melihatmu, dasar siluman!” nafas Raojhin memburu. Sorot matanya sangat serius tajam.

Melihat gelagat Raojhin yang jelas-jelas tidak ramah, akhirnya Taja bangkit dan terpaksa menghadapinya.

“Ada apa ini?” setelah beranjak dari dipan, ia menghadapi Raojhin. Sementara Shaninka mundur perlahan.

Beberapa orang yang sedang berada di ruangan bangsal pengobatan, menjadi panik. Mereka mengira bakal ada perseteruan di antara kedua praja muda itu.

Disusul serombongan praja. Sekitar puluhan. Muncul dari arah pintu datangnya Raojhin. Ternyata Ketua Sujinsha juga datang bersama mereka.

“Aku melihat sesuatu di kakinya!” teriak Raojhin.

Semua mata melihat kaki Taja menapak tanpa alas. Ada beberapa luka. Tidak ada yang lebih aneh dari itu.

“Aku melihat sesuatu menjulur dari kakinya ...."

"Semua jari-jarinya ... berubah akar-akar mencengkeram ranting-ranting pohon!” teriak Raojhin.

"Jemarinya ... hijau lumut!”

Semua orang terdiam sejenak. Mengamati sepasang kaki Taja. Merasa aneh dan heran. Antara melihat Raojhin yang bersikap aneh dan Taja yang berdiri di hadapan mereka semua.

“Kau terguncang!” Lorr En tiba-tiba muncul di antara kerumunan praja yang berdatangan.

“Jika bukan karena dia, kau sudah pasti terjatuh dari ketinggian!” balas Lorr En tegas. Air mukanya menahan rasa tidak suka pada Raojhin.

Ketua Sujinsha menjadi penengah. Tak memihak siapapun yang sedang berseteru.

“Raojhin, mungkin saja itu salah satu trik kemampuan dia! Kembalilah ke ruangan pengobatanmu!”

“Tidak, Tuan! Itu bukan trik. Hamba benar-benar melihatnya ...," teriak Raojhin semakin berapi-api, nada suaranya meninggi.

"Dia berubah ... sekarang kakinya dan tangannya kembali normal!” Raojhin bersikukuh dengan ucapannya. Semua praja satu pelatihan, dibuat kebingungan sikap Raojhin.

“Dia, siluman!” teriak Raojhin lantang. Tubuhnya gemetar karena menahan emosi, dan tatap mata penuh curiga. Sembari telunjuknya mengarah ke Taja tiada henti.

“Dia yang selama ini menyelinap!"

"Tak Kasat Mata!"

"Pencuri makanan!”

Teriak Raojhin menjadi-jadi. Akibat ujarannya, semua orang menjadi takut dan sinis.

“Hentikan!” Taja menyela tegas. Di sebelahnya, Lorr En memasang badan kalau-kalau seseorang tiba-tiba akan menyerang.

“Menyingkir!” Raojhin semakin kesal dan menghardik Lorr En.

Ketua Sujinsha memperhatikan Raojhin yang sedang gelap mata.

“Apa ini tentang hasil poin? Kamu tetap pemenangnya, Raojhin!” Kata Ketua Sujinsha.

“Bukan! Ini bukan tentang poin, Tuan! Ini tentang kebenaran bahwa dia bukan manusia!” Raojhin seolah tidak peduli lagi akan keberadaan Ketua Sujinsha.

“Raojhin, tenangkan dirimu!” kata Ketua Sujinsha. Semua orang memandang sinis pada Taja.

Selama ini, Raojhin tidak pernah menunjukkan temperamen aneh, apalagi menyerang seperti ini. Raojhin pendiam dan tidak banyak bicara, tiba-tiba berubah seperti seseorang yang seolah ingin membunuh.

“Berhenti membodohi kami! Tidak mungkin manusia selamat dari ketinggian seperti itu!” Raojhin berusaha menguak logika.

“Dia menggenggam tanganmu sehingga kamu tidak sampai jatuh ke tanah!” Lorr En membela Taja dalam bungkam.

“Seseorang terlatih pasti bisa!” Ketua Sujinsha tampak berpihak pada Taja.

“Kembali ke ruanganmu, Rao!” perintah Ketua Sujinsha sekali lagi.

Namun Raojhin tetap tak mematuhi. Semua merasa heran akan sikap Raojhin yang kelewat lancang seperti itu.

“Semua prasangkamu melebihi apa yang kau lihat!” Taja mencoba bersuara.

“Jadi, kamu menyebutku pembohong?” Raojhin menahan diri, tidak sampai menyerang Taja. Walaupun emosi memuncak.

“Aku tidak berkata seperti itu,” balas Taja.

“Jangan bermimpi untuk mendapatkan jiwa murni!” kata Taja tegas.

“Dengan prasangka buruk sebesar itu, semedi 100 tahun pun tidak akan menjadikan dirimu berhasil mendapatkan Jiwa Murni. Kamu tidak akan mampu!”

Semua ikut terkejut mendengar ucapan Taja yang tegas. Dia praja yang belum lama diterima di Tanapura, tetapi ketegasannya sekali berkata, mampu mempengaruhi banyak orang.

Ketua Sujinsha kembali terdiam. Mencoba mencerna ucapan Raojhin.

“Kami tidak tersangkut di dahan ... tapi dia ... dia ... mencengkeram ranting dengan kaki dan tangannya ... dia ... dia ...,” Raojhin terkulai lemas. Siapapun yang sedang berada di tempat itu tahu jika kondisi Raojhin sedang tidak baik setelah terperosok di pohon dari ketinggian seperti itu. Beberapa orang segera memapah Raojhin kembali ke ruangan lain untuk melanjutkan pengobatan.

Ruangan kembali sepi, hanya beberapa orang masih berada di ruangan bangsal tempat Taja mendapatkan perawatan.

“Tenanglah! Semuanya akan baik-baik saja, dia hanya sedikit terguncang!” tiba-tiba suara Putri Alingga muncul di ruangan itu. Sosoknya muncul di ambang pintu.

“Benar. Dia akan segera pulih,” Shaninka turut menimpali.

Taja terdiam dalam pikirannya sendiri. Semua orang terlanjur mendengar tudingan Raojhin.

“Siluman?!" Taja terheran-heran.

"Aku bahkan bersama mereka saat makan siang,” gumam Taja, menggeleng-geleng kepala selama mengingat perlakuan Raojhin.

“Dia hanya iri pada kemampuanmu!” Lorr En menimpali.

“Selama ini, Raojhin selalu unggul. Dia ingin mencari lawan tanding yang adil,” kata Putri Alingga membenahi anggapan Lorr En.

“Tentang Praja Tak Kasat Mata, itu sudah lama ada. Bahkan sebelum kalian berada di Tanapura. Jadi tidak perlu dirisaukan,” kata Ketua Sujinsha sebelum pergi meninggalkan ruangan itu. Putri Alingga dan Shaninka juga meninggalkan tempat itu.

Suasana kembali sepi, hanya Taja dan Lorr En yang tersisa di ruang bangsal pengobatan. Dipan-dipan lain berjejer tampak kosong.

“Kenapa kamu ceroboh?” Lorr En melirik Taja dan agak berbisik.

“Mana mungkin aku membiarkan dia jatuh dari pohon setinggi itu,” Taja membalas datar, kembali ke pembaringan.

“Setidaknya, jangan sampai ada orang melihat wujudmu yang lain,” kata Lorr En agar Taja lebih berhati-hati. Sembari menoleh sekeliling, ia khawatir kalau-kalau ada orang lain mendengar percakapan mereka.

Taja hanya terdiam, menyadari kecerobohannya.

"Sepertinya, kita akan menjalani hari-hari yang panjang di sini."

Taja menghela nafas. Memandangi kedua telapak tangannya sendiri.

"Bukankah sudah 'kubilang, lebih baik kita segera meninggalkan Tanapura!" Lorr En membalas.

"Entahlah ... aku merasa ... ada banyak hal yang akan terkuak di sini," Taja merasakan pertanda aneh selama tinggal di Tanapura.

"Lagipula, kita akan ke mana lagi?" lanjutnya dan menoleh pada Lorr En.

Teringat bahwa mereka tidak punya pilihan. Tidak punya tujuan. Selama ini dalam pelarian dari satu tempat ke tempat lain.

Diperdagangkan sebagai budak. Dalam pelarian dan tertangkap lagi berulang kali. Bersembunyi di hutan-hutan selama kurun bertahun-tahun.

* * *

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status