Share

15. We Messed Up

"Apa dia mengatakan seperti itu?" Lena bertanya dengan raut terkejut. Dion mengangguk ragu.

"Itu saat dia membuat roti panggang sesudah pulang sekolah. Dia ingat kalau dia pernah membuat kegosongan parah denganmu. Itu memang terjadi, kan?" Jiwa pria itu semakin gusar ketika melihat Leyna yang terdiam tidak mau menjawab apapun.

Sepertinya rahasia mereka akan terbongkar.

Leyna mengangguk, "Ya, kami pernah."

Bisikan halus dari suara serak itu membuat Dion menghembuskan napasnya dengan lega. "Itu bukan sesuatu yang pantas untuk diceritakan," kata Leyna yang menunduk malu.

"Aku tahu. Tapi, sekecil apapun yang kau lakukan, sebesar apapun kejadian memalukan, kau haruslah mengatakannya padaku. Aku tidak tahu harus menjawab apa." Dion menjulur tangannya mengangkat dagu yang menunduk di depannya, tersirat jelas kalau lawan bicaranya menahan malu.

"Hey, it's okay. You did a great job," kata Dion yang mempertahankan posisinya. Sedangkan Leyna mengangguk perlahan. Dia mengambil napas sebanyak mungkin, Dion menjauhkan tangannya.

"Itu sudah lama sekali, dua tahun yang lalu kurasa. Kami berdua merusuh di dapur. Beruntung para asisten memiliki kesigapan yang bagus atau tidak mungkin kami harus mengungsi selama Red House direnovasi." Leyna menjelaskan serpihan kenangan tersebut.

Matanya kemudian bertabrakan dengan netra di depannya. Leyna mengagumi matanya sendiri walaupun sedikit menghitam, "Dion, kurasa kau harus kembali sekarang. Daddy bisa saja datang ke sini. Pakai eye cream yang ada di atas meja rias. Gunakan essence, toner, serum. Jangan lupa itu lip care harus digunakan setiap malam. Besok kau harus memakai sheet mask." 

"Kenapa banyak sekali?" tanya Dion yang mengerutkan dahi saat mendengar nama-nama asing bagi pendengarannya.

Leyna terkekeh pelan, "Itu semua skincare dan penting bagi semua wanita. Kau harus menggunakannya karena kau sekarang adalah wanita muda kesayangan warga Burk's Falls. Kau kalau masih bingung ada banyak tutorial di internet, gunakan pagi dan malam."

"Tuan Dion Addison berada di tahanan nomor dua, Tuan."

Dion melebarkan matanya dan menatap Leyna yang tampak biasa saja di dalam jeruji tersebut. "Aku sudah menduganya. Kau harus cepat kembali ke atas. Jangan lupa pesanku." Leyna memberikan senyum tipis sebelum duduk di tempatnya dan menunduk seperti posisi awal.

Meninggalkan Dion membeku di sana dan menyiapkan dirinya menghadap Chayton secepat yang dia bisa. Sepertinya ini akan menjadi malam yang panjang nan melelahkan bagi pemuda Addison itu.

_The Stranger's Lust_

5 Februari 2030,

Burk's Falls

Dion melihat pemandangan dari jendela mobil yang tertutup. Dia harus ikut dan menjalani aktivitas baru dalam hidupnya. Di sebelahnya ada Quinza yang setengah mengantuk, mengerjakan algoritma sampai jam sepuluh malam. Di depan ada pasangan suami istri yang bercengkrama mengenai restoran.

Dia sempat bertanya hal itu pada Leyna, Hunt's Restaurant adalah kepunyaan Chayton, sebuah butik baju di perkotaan juga merupakan milik istrinya. Itulah yang membuat keduanya selalu pergi ke kota. Putri kedua pasangan itu hanya membantu sebisa mungkin.

"Jam dua siang nanti, Leyna ke studio, kan?" Aubrey menginterupsi acara sederhana Dion. Yang ditanya mengangguk senatural mungkin.

"Miss Caroline memberi kami undangan untuk opera bulan depan. Katanya Leyna juga ikut partisipasi. Kenapa kamu tidak mengatakannya pada kami?" timpal wanita yang terlihat sporty hari ini.

Dion mengitari satu mobil dengan matanya lalu membalas, "Aku berencana mengatakannya, Mom. Setelah aku mendapatkan tiket untuk kalian tadinya. Sebagai kejutan."

Jawaban konyol, Mister Addison, batin Dion yang merutuk diri sendiri. Namun setelah melihat kedua orang dewasa itu tidak menyanggah Dion berpikir Leyna mungkin sering seperti ini.

"Mau pulang bersama, Quinza?" tanya Dion kepada gadis tersebut yang segera membuka matanya.

"Hah?" ulang yang termuda.

Dion tersenyum, tangannya merapikan helaian rambut yang berantakan karena bergesek dengan sandaran mobil, "Mau pulang bersama nanti sore? Kau ada dance club, bukan?"

Quinza mengangguk dengan mata yang berusaha terbuka walaupun sulit. Dion gemas dengan tingkah anak tersebut. "Tapi, aku pulang jam lima." gumamnya dengan bibir yang terbuka kecil.

"Iya, aku juga. Kita pulang bersama. Aku akan menjemputmu."

Tidak ada suara lagi karena si bungsu memilih untuk melihat keluar area Burk's Falls yang terganti dengan gedung-gedung pencakar langit. Dion juga tidak bertanya lebih lanjut. Setidaknya, dia berhasil melewati seperempat hari dengan baik.

_The Stranger's Lust_

To Be Continue

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status