“Jadi, hari ini adalah harinya?” Dion memangku tangannya yang sedang menggenggam sebuah bungkusan protein bars, mengunyah sambil melihat layar ponsel yang ditegakkan bersandar pada botol minumannya di meja. “Iya. Makan malam dengan kolega Tuan Chayton,” katanya yang telah menelan makanannya tersebut. Makan siang dengan dua protein bars di ruang istirahat di gedung balet yang secara kebetulan sedang sepi, membuatnya berpikir untuk menghubungi kekasihnya itu sekarang. Well, kekasih … Dion rasa dia harus bisa beradaptasi dengan julukan tersebut sekarang. “Kalau memang cowo itu yang bakalan datang, bagaimana menurutmu?” tanya Leyna yang berada di ujung telepon sedang mengecek tumpukan buku anak-anak dengan sebelah telinga kirinya tersumpal dengan Bluetooth earphone. “Aku tidak bisa menerimanya, bukan?” tanya Dion balik yang disetujui oleh jiwa perempuan yang berada di tubuhnya yang asli itu. Terkadang Dion berpikir berapa lama lagikah dia akan bersemayam di tubuh seorang wanita yang
03 Februari 2030 Burk’s Falls, Ontario, Canada Yang kutakutkan hanyalah sementara, Yang kuinginkan hanyalah kesemuan, Yang kugapai hanyalah angin, Bagai topan menghadang, Di situlah aku tidak bisa berdiri kokoh, Kamu adalah badaiku, Bersama dengan gelap yang kamu bawa, Hidupku seperti langit tanpa bintang. Katakan lah pada awan, Kalau kamu tidak akan selesai, Katakan lah pada angin tiup, Kalau kamu tidak akan beranjak. Mentariku membutuhkanmu, Bagai kelabu yang memeluk sinar, Di sanalah aku berada. _The Stranger's Lust_ "Ternyata benar dugaanku." Seorang pria yang duduk di ruangan rapat dewan itu hanya membulat sirat terkejut. Biasanya dia hanyalah akan menjadi sosok pendengar
03 Februari 2030, Burk’s Falls, Ontario “Mommy,” panggil seorang gadis berpakaian terusan berwarna pink pastel dengan ornament bunga daisy tiruan yang disematkan ke rambutnya yang dikepang menyamping dan digulung menjadi gumpalan. “Leyna, Mommy baru saja akan membangunkanmu.” kata sang wanita berpakaian formal dengan kemeja putih polos ditutup dengan jas pink pastel dipadukan dengan rok span berwarna senada dan high heels putih setinggi dua sentimeter, berdiri di belakang anaknya yang sibuk memoles wajahnya dengan berbagai alat di depan meja riasnya. Wanita yang lebih muda menarik sheer lipstick variasi Plum Dandy dari tangan gadis tersebut dan memoleskan warna tersebut di bibir anak keduanya tersebut. Sang anak bernama Leyna menatap ibunya dengan mata berbinar senang, setelah merapikan lipstick-nya dia memeluk perut sang ibunda s
Leyna Olivia’s POV "Aku ke sekolah dulu, Leyna, Mommy, Daddy. Jemput aku jam tiga sore nanti." "Tidak ada kegiatan di art club?" tanyaku yang menyempil ke jendela mobil yang terbuka sepenuhnya. Mommy Aubrey yang duduk di depan sedikit memajukan badannya untuk memberiku akses melihat Quinza yang telah berdiri depan gedung sekolah sambil mengeratkan tasnya. Quinza menggeleng, "Eung ... eung ... no. Mereka sedang persiapan untuk perlombaan minggu depan. Jadi, yang tidak latihan diminta untuk tidak datang." Aku hanya membulatkan mulutku tanpa suara, selalu ikut mengantar Quinza membuatku sedikit banyak mengetahui jadwal pulang adik satu-satunya. "Ya sudah. Belajar yang bahagia, kami akan menjemputmu jam tiga sore." kataku dan melambaikan tangan sebelum kembali duduk di posisiku sebelumnya. Jendela mobil perlahan menaik beriringan dengan Quinza yang memasuki gerbang sekolah dan masuk ke
Suara bel yang berdering karena pintu didorong masuk, Hun’s Restaurant sedang sepi di jam setengah sepuluh itu. Leyna masuk ke depan dengan Aubrey setelah Chayton masuk dengan gagah. Seorang sekretaris yang mengikutinya dari Red House berdiri di samping Leyna. Leyna merangkul lengan kanan sang ibu di belakang dalam diam, berusaha menekan dirinya untuk tidak menerobos dan memaki orang yang lebih tua darinya puluhan tahun itu. Bukan hanya ada sang paman sendiri di sana, ada lima pegawai restoran yang sedang hilir mudik membersihkan meja dan sebagainya, dua orang kasir sedang beroperasi di depan meja di sebelah standee, Leyna yakin masih ada tiga chef yang sedang sibuk menumis sayur atau memanggang daging di belakang. Tentu saja masih ada store manager berdiri di sana menjalani shift kerjanya, wanita muda itu jelas mengetahui nama sang manajer yang tengah menenangkan sang paman. Leyna lebih suka memanggil ‘Uncle Mark’
“Kau sungguh membawaku? Bukan aku pelakunya!” “Diam! Aku tidak ingin menyuntikmu dengan bius yang kubawa sekarang di kantongku. Jangan banyak bergerak dan ikuti aku.” Sepasang mata hitam itu memutar malas, tentu saja dia akan mengikuti pria bertubuh kekar nan tinggi ini. Karena kedua lengannya dikaitkan dan terlihat diseret menuju sebuah bangunan yang terletak cukup dekat dengan kawasan pepohonan. Siapapun yang tinggal di Burk's Falls pasti tahu bangunan tersebut. Bangunan yang menjadi tempat tinggal pemimpin dan keluarga kecilnya dimana siap dilayani oleh belasan pekerja di sana. Namun, jika ke sana dengan diseret oleh kedua pria berlengan kekar ini, maka Dion hanya bisa menghembuskan napasnya dengan gusar. Semoga saja ada yang bisa meloloskannya dari sini. Karena dia masih ditunggu oleh murid-murid manis di hari esok. Dion dipaksa untuk berlutut di sebuah ruangan dimana ada kursi besar tak berpenghuni. Siap tak siap dia harus disidang. Karen
“Hey! Bangun! Tuan Mark telah berada di sini!” Dion melenguh beberapa detik ke depan, matanya berusaha mengerjap dan melakukan perenggangan tangan yang merasa kebas sebagai bantalan. Sinar mentari yang diam-diam menyusup dari celah tirai yang tidak tertutup sempurna, membiaskan warna jingga kekuningan. Sudah sore, batin pria muda yang masih memakai kemeja biru laut yang sedikit berantakan, celana kain dan pentofel-nya masih terpasang dengan rapi di tubuhnya. Pria itu menaikkan sebelah alisnya, seorang pria bersetelan formal rapi walaupun akan menjelang sunset sebentar lagi. Otaknya menjelajah ke masa lalu tepatnya dua jam yang lalu, seingatnya yang akan datang adalah seorang wanita yang merupakan anak kedua Tuan Grissham. “Nona Muda Leyna tidak bisa datang. Jadi, saya yang menggantikannya karena kegiatannya di luar belum bisa ditinggal.” kata pria yang Dion rasa berada di umur tiga puluhannya itu. “Saya Mark Helius. Sekretar
Sinar mentari yang mulai menyusup dari ventilasi udara membuat seseorang yang tinggal ruangan tersebut berbalik dan terjatuh dari tempat tidurnya yang keras. Matanya yang terasa berat, mau tidak mau harus terbuka melihat sekitar yang terasa asing. "Ini dimana?!" Sepasang mata itu segera kembali fokus melihat sekitar, ruangan sempit yang jelas bukan tempat tidurnya, sebuah tempat tidur sederhana yang terbuat dari kayu tak berkaki dan digantung rapat ke dinding tepat di belakangnya. Pantatnya yang terasa nyeri karena terjatuh dari alas keras itu mendarat di lantai beraspal dengan beberapa lubang serta lumut. Dia tahu Red House punya penampungan tahanan sementara sebelum kembali dieksekusi lebih jauh oleh ayahnya. Jelas dia tahu kalau dia berada di bawah tanah. Leyna hanya tak habis pikir, kenapa putri pemimpin dijebloskan ke dalam pernjara? Semalam tidak ada peristiwa mengerikan yang hinggap di benaknya, tidak ingat kapan dia masuk ke